Cegah Stunting, Generasi Muda Diminta Menikah di Usia Ideal
Puan meminta generasi muda merencanakan pernikahan dengan baik. Pernikahan kurang terencana dengan baik bisa menjadi salah satu penyebab anak kelak dilahirkan tidak tumbuh dengan baik atau mengalami stunting.
Ketua DPR RI Puan Maharani menuturkan, penyebab stunting merupakan isu multi dimensi yang membutuhkan solusi terintegrasi. Salah satunya adalah mengenai masalah pernikahan dini.
Untuk itu, dia meminta generasi muda merencanakan pernikahan dengan baik. Pernikahan kurang terencana dengan baik bisa menjadi salah satu penyebab anak kelak dilahirkan tidak tumbuh dengan baik atau mengalami stunting.
-
Apa yang akan dilakukan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani terkait calon Panglima TNI? Nama calon panglima TNI akan diumumkan oleh Ketua DPR RI Puan Maharani. Calon tunggal sesuai amanah UU," imbuhnya.
-
Kenapa Pramono Anung menggandeng Puan Maharani? "Sebenarnya saya yang menggandeng Mbak Puan, karena memang Pak Prabowo kan dikerubutin banyak orang yang pasti ada bisik-bisik masa diomongin," kata Pramono kepada wartawan di Kemang, Jakarta Selatan, Jumat (6/9).
-
Kapan Puan Maharani memutuskan untuk memberlakukan kehadiran fisik di rapat paripurna? “Karena memang setelah pemerintah mengumumkan masa pandemi berakhir, jadi di sekitar kantor DPR ini sekarang semua ya kehadiran itu adalah kehadiran fisik,”
-
Bagaimana Puan Maharani bisa menjadi Ketua DPR? Kini puan Maharani menjabat sebagai Ketua DPR RI periode 2019 hingga 2024. Dia menjadi wanita pertama yang menduduki jabatan Ketua DPR.
-
Apa yang diputuskan oleh Puan Maharani mengenai rapat paripurna? Ketua DPR Puan Maharani menjelaskan alasan rapat paripurna DPR tidak lagi menyebutkan jumlah kehadiran anggota dewan secara virtual. Padahal, sebelumnya selama masa pandemi Covid-19 anggota dewan diperbolehkan hadir secara virtual.
-
Di mana sentra kerajinan tembaga yang dikunjungi Puan Maharani? Di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Desa Tumang, Kecamatan Cepogo, terdapat sebuah sentra kerajinan tembaga dan kuningan.
"Yang perlu diperhatikan adalah pernikahan dilakukan di usia ideal, karena dapat mengurangi risiko berat lahir rendah. Selain itu para calon ibu harus menjaga kesehatan dan asupan gizinya selama hamil serta di 1.000 hari pertama pasca kelahiran," katanya dalam diskusi 'Strategi Penurunan Stunting dari Hulu' yang digelar Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Senin (20/12).
Dia berbagi dengan generasi muda Blitar tentang peran pernikahan dan kehamilan terencana terhadap penurunan stunting.
Kegiatan ini dihadiri 1000 peserta merupakan program sosialisasi BKKBN terhadap Generasi Berencana alias Genre. Sekaligus memperkenalkan aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) yang memfasilitasi pembinaan calon pengantin dan para calon ibu agar mempersiapkan kehamilan dengan lebih baik.
Peserta diharapkan menjadi agen komunikasi yang mampu mengedukasi lingkungan sekitarnya tentang pentingnya perencanaan sebelum menikah dan hamil. Sosialisasi ini penting karena angka stunting di Indonesia terus bergerak di atas 20 persen.
"Artinya, Indonesia sudah masuk kategori kronis stunting," ujar Puan.
Data Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menunjukkan, 1 dari 3 balita di Indonesia menderita stunting atau kurang gizi kronis. Sementara prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan 115 dari 151 negara di dunia di mana tantangan yang ada, kata Puan, yakni terkait pengetahuan tentang gizi dan nutrisi belum merata.
"Edukasi seperti ini penting, jadi nanti kalau menikah, yang dipikirkan bukan hanya foto pre-weddingnya tapi juga bagaimana supaya bisa lebih sehat," ujarnya.
Permasalahan gizi dan nutrisi sendiri telah lama menjadi perhatian Puan. Ia menilai selama ini masyarakat terus diimbau untuk makan makanan yang baik, namun masalah sebenarnya lebih besar dari itu.
"Seringkali bukan masyarakat tidak mau makan bergizi, tapi karena kendala biaya, prioritas anggaran juga kurangnya informasi tentang gizi dan nutrisi," kata Puan.
Mantan Menko PMK itu menambahkan, peningkatan tren gaya hidup sehat di tengah masyarakat saat ini sebenarnya bisa dijadikan momentum yang baik untuk mensosialisasikan pengetahuan gizi ke seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja, menurut Puan, hal ini membutuhkan gotong royong semua pemangku kebijakan.
"Bukan hanya untuk mengedukasi namun memastikan rakyat memiliki kemudahan untuk mengakses asupan bergizi," tutup Cucu Proklamator RI Bung Karno tersebut.
(mdk/fik)