Cerita Bupati Emil jadi tokoh muda penggerak NU di Jepang
Suami artis Arumi Bachsin ini mengaku, sejak berusia 22 tahun sudah terlibat aktif di bidang keorganisasian NU. Di tahun 2004 silam, dia tercatat sebagai penggerak eksistensi NU cabang istimewa di Negara Jepang.
Bupati Trenggalek, Jawa Timur, Emil Elistyanto Dardak menilai, Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi keagamaan yang ramah dan lebih toleran dalam menjalankan syiar Islam. Karena alasan itulah dia tertarik bergabung di organisasi yang didirikan Hadratus Syaikh Hasyim Asy'ari itu dan menjadikannya sebagai wadah kajian keagamaan.
Bahkan, suami artis Arumi Bachsin ini mengaku, sejak berusia 22 tahun sudah terlibat aktif di bidang keorganisasian NU. Di tahun 2004 silam, dia tercatat sebagai penggerak eksistensi NU cabang istimewa di Negara Jepang.
Saat terlibat sebagai aktivis organisasi Islam terbesar di Indonesia itu, dirinya masih berstatus mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan pasca sarjana di Ritsumeikan Asia Pacific University Jepang hingga 2006.
Emil yang saat itu menjabat sebagai ketua bidang hubungan eksternal, menganggap perlu mendirikan organisasi seperti NU yang membawa ajaran Islam dengan ramah di luar negeri.
"Jepang itu negara kepulauan, sama seperti di Indonesia. Tapi saat itu belum ada wadah diskusi tentang ke-Islaman yang ramah," kata Emil saat berbincang-bincang santai dengan wartawan di Surabaya, Rabu (22/2).
Anggota NU di Jepang, lanjut dia, adalah para mahasiswa asal Indonesia yang belajar di Negeri Samurai tersebut. "Para mahasiswa Indonesia di Jepang, juga membutuhkan forum kajian dan diskusi agama yang ramah seperti yang mereka ketahui dan pelajari di Indonesia," katanya.
Memang, diakui Emil, saat dia masih menempuh pendidikan di Jepang, ada kajian tentang ilmu agama Islam. Tapi kajiannya berbeda dengan yang dipelajarinya sejak kecil di Tanah Air.
Atas pandangan itulah, Emil dan beberapa rekannya di Jepang, memilih NU sebagai wadah kajian Islam, karena dianggap membawa syiar yang ramah dan lebih toleran.
Beberapa program yang diingatnya saat menjadi pengurus adalah memproduksi konsep pengenalan teknologi informasi kepada santri untuk nelayan di Pati, Jawa Tengah, dan konsep Alquran digital yang saat ini sudah banyak dimanfaatkan masyarakat.
Kemudian, saat lulus dari Ritsumeikan Asia Pacific University dengan predikat doktor ekonomi pembangunan termuda dengan usai 22 tahun, Emil kembali ke Tanah Air. Sayang, karena kesibukannya menjadi konsultan bank dunia (sebelum menjadi bupati), membuatnya jarang aktif di NU.
"Meski begitu, kultur saya tetap NU, komunikasi dengan orang-orang NU tetap terjalin, bahkan yang menikahkan saya dengan istri saat itu Ketua PBNU," tuturnya sembari tersenyum.
Bagi Emil, NU telah meletakkan dasar Islam sebagai wajah agama yang ramah dan Rahmatan Lil'alamin. "Para ulama NU telah merumuskan kajian dan ajaran Islam dari yang bersifat tekstual dan kontekstual, menjadi formula yang ideal untuk menjadi pegangan hidup umat manusia," tandasnya.