Cerita Mama Jay 16 Tahun Hidup Tanpa Septic Tank di Tanjung Duren
"Kalau dipandang di luar mah serem, terus jorok, tapi padahal jauh lebih kekeluargaan," kata wanita akrab disapa Mama Jay itu kepada merdeka.com, Senin (7/10).
Gang sempit yang hanya cukup dua orang berlalu-lalang tampak ramai. Kondisinya kumuh dan dipadati puluhan warga tinggal. Tempat itu berada di Gang Sekretaris I RT 5 RW 7, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Pemandangan gang itu dihiasi peralatan rumah tangga. Sepanjang gang banyak barang-barang sembarangan diletakkan di depan rumah. Jemuran bambu warganya juga terlihat menghias atap-atap usang.
-
Kapan KEK Singhasari diresmikan? KEK Singhasari berlokasi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, wilayah ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus sejak 27 September 2019.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Di mana Desa Kesimpar berada? Desa di tengah Hutan Petungkriyono itu bernama Kesimpar.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan KM Rezki tenggelam? Peristiwa tenggelamnya KM Rezki diperkirakan terjadi sekira pukul 13.25 WITA, Sabtu, 2 Desember 2023.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
Rumah dalam gang tersebut berdiri di lingkungan yang tidak layak. Posisinya berada di atas kali kecil. Airnya keruh, penuh lumut dan banyak kotoran.
Namun, keadaan tersebut tak membuat warga setempat prihatin bahkan justru sangat bahagia. Hidup kekeluargaan, tolong-menolong dan bebas bercengkrama. Tidak malu hidup miskin.
Salah satunya di ceritakan warga perempuan bernama Jay. Hidup 16 tahun di lingkungan yang tak sehat tersebut, membuatnya nyaman.
"Kalau dipandang di luar mah serem, terus jorok, tapi padahal jauh lebih kekeluargaan," kata wanita akrab disapa Mama Jay itu kepada merdeka.com, Senin (7/10).
Jay tidur di bawah atap kontrakan sepetak bersama anaknya yang masih kecil. Satu kontrakan ada lima pintu. Diisi lima orang keluarga dan difasilitasi satu kamar mandi. Perbulan, ia bayar sekitar Rp 400 ribu.
Jay kemudian membandingkan kehidupan warga perumahan yang menurutnya saling cuek. Sementara, Gang Sekretaris punya cerita tersendiri. Bermakna dan indah bagi sesama manusia.
Keseharian warganya saling mengisi satu sama lain. Mulai mencuci baju dan bergantian masak. Bahkan, para tetangga sigap menolong bila ada yang sakit. Mereka juga kerap patungan, mengisi hari dengan kudapan yang dinikmati bersama.
"Siang hari bolong suka rujakan, situ punya gula, situ punya mangga, situ punya timun, saya yang ngulek aja, di sini beneran, bareng bareng ramai ramai, senang banget," ungkapnya.
Sepanjang gang itu, juga terdapat toilet berderet. Keadaannya kotor, berkerak, dan sempit dengan satu WC jongkok. Kondisi itu diperparah dengan tidak adanya septic tank. Sehingga, hajat yang dibuang warga langsung nyemplung ke kali Gang Sekretaris.
Kondisi itu tidak membuat penghuni gang mengeluh. Mereka pasrah menikmati fasilitas yang ada. Seperti Jay yang sudah kebal dengan aroma yang tidak enak.
"Sudah terbiasa, happy, emang Alhamdulillah gak pernah tercium aroma (kotoran) karena udah biasa," ucap Jay.
"Justru saya malah makan di sini (depan kali) makan rame-rame, di situ ada orang berak, gak ada yang tercium aromanya," ujarnya.
Jay kemudian menyinggung kami di tengah perbincangan mengenai tidak adanya tempat penampungan hajat. Baginya, tanpa septic tank bukan masalah besar. Ia mengajak kami terbiasa dengan keadaan sekitar.
"Dari tadi udah banyak yang berak, masnya santai aja disini, bau enggak? banyak mondar mandir (BAB), happy," seloroh dia.
Sejauh ini, Jay mengaku belum mengalami sakit akibat lingkungan yang tidak sehat. Paling tidak, hanya kurang enak badan ringan. "Alhamdulillah, paling masuk angin aja, diare enggak," tandasnya.
Curahan hati yang diungkapkan Jay, tak jauh beda dengan Yon, wanita lanjut usia yang sudah tinggal 18 tahun di Gang Sekretaris I. Ia tak ambil pusing pusing soal keadaan jorok tanpa septic tank.
"Itu ada salurannya (pipa), langsung masuk (ke kali), gak ada (septic tank) makanya gatau dari dulunya, saya kan ngontrak pendatang jadi dari dulunya begini," ucapnya.
Yon juga terbiasa dengan jumlah kamar mandi yang belum cukup memenuhi kebutuhan warga. Dia pasrah, kamar mandi sering bergantian digunakan untuk anak-anak berangkat sekolah.
"Kalau sehari hari udah biasa begini sih," ucap wanita yang berjualan minuman es itu.
Sementara, warga bernama Ahmad Jawawi mengaku keadaan sekitar tak mengganggu kehidupan sehari-harinya dengan aroma tak sedap. Namun, dia berharap pemerintah bisa melakukan penataan di gang sekretaris I dan sanitasi.
"Harapannya kalau mau dibuatkan septic tank sangat terima kasih, sangat mendukung termasuk penataan kampung, sangat diharapkan masyarakat," tandasnya.
Baca juga:
PDIP Minta Anies Gunakan Dana Operasional Bangun Septic Tank di Tanjung Duren
Pemprov DKI Perintahkan PAL Jaya Bangun Septic Tank di Tanjung Duren
DKI Sebut Anggaran Pembuatan Septic Tank Dimasukkan di RAPBD 2020
Cerita Warga Tanjung Duren Pasrah Tinggal di Lingkungan Tak Sehat Tanpa Septic Tank
Pancasila Tidak Cukup Bila Kesenjangan Masih Merajalela