Cerita nahas Waria usai puaskan pelanggan
Para Waria sering dibayar tak sesuai tarif oleh pelanggan.
Banyak Waria apes usai melayani pelanggannya. Saat menagih uang bayaran mereka justru ada yang mendapat bogem mentah.
Vanesa alias Suhendi, seorang waria yang tinggal di kos di Kelurahan Sindang Kasih, Kecamatan Purwakarta Kota, Purwakarta, Jawa Barat, menjadi korban penganiayaan yang dilakukan seorang pemuda pelanggannya bernama Andi, warga Pasawahan Purwakarta.
Vanesa mengalami luka serius di kepala dan perutnya, setelah dibacok dan terkena sabetan golok. Korban oleh petugas kepolisian dari Sektor Kota Purwakarta dan dibantu warga kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Bayu Asih Purwakarta, untuk menjalani perawatan, Minggu (27/12).
Dari keterangan sejumlah saksi, kasus pembacokan tersebut terjadi, setelah pelaku dan korban terlibat pertengkaran hebat. Diketahui sebab musababnya adalah setelah korban meminta uang sisa pembayaran kencan. Pelaku yang tak terima kemudian naik pitam dan menganiaya korban.
"Awalnya ada pertengkaran, kemudian korban menjerit jerit dan saat dilihat sudah berlumuran darah. Katanya gara-gara ditagih uang kencan," kata Agung, salah seorang warga.
Pasca kejadian, pelaku yang semula akan melarikan diri berhasil diringkus warga, untuk kemudian diserahkan ke kepolisian.
Saat diinterogasi, Andi mengaku telah membacok kepala dan perut korban. Pelaku juga mengaku emosi lantaran terus menerus ditagih uang sisa pembayaran kencan, yang semula dijanjikan Rp 50 ribu, dan baru dibayar Rp 20 ribu.
"Saya kesal karena terus ditagih, padahal sudah saya kasih 20 ribu, tapi malah nahan STNK dan KTP saya," kata Andi.
Lalu, Ddua Waria, Dedek Irawan dan Darma Zebua alias Dara duduk tidak dibayar penuh oleh pelangganya. Karena kesal keduanya mengambil telepon genggam Darmanto Sinaga dan Dicky Pratama Sinaga.
Keduanya menyatakan memegang HP itu sebagai jaminan karena Darmanto dan Dicky masih belum membayar penuh layanan yang mereka berikan. Apes bagi keduanya kasus berbuntut panjang hingga ke Pengadilan Negeri (PN) Medan.
"Biasanya kami per orang dibayar Rp 50 ribu. Tetapi mereka malam itu cuma ngasih Rp 20 ribu. Kami meminta kekurangannya, tetapi mereka bilang gak punya uang, dan menyerahkan dua ponsel sebagai jaminan. Tetapi berselang beberapa lama, polisi menangkap kami," aku Dedek.
Lain lagi cerita Dahlia,. Dia pernah dibayar hanya Rp 3.000 oleh seorang pelajar SMP. Padahal kesepakatan awal sekali kencan Rp 5.000. Dia kesal tetapi karena tidak tega akhirnya uang itu dikembalikan.
"Aku kasih kembalian dua ribu. Jadi, aku cuma dikasih tiga ribu," ungkap Dahlia.