Cerita Pemudik yang Lolos Sampai Garut Bermodal Keyakinan 'Polisi Juga Manusia'
“Modal nekat sebetulnya. Tapi Alhamdulillah lancar dan bisa sampai ke Garut dengan aman dan selamat. Yang paling utama, tidak diputarbalikan ke Bandung lagi,” ujarnya.
Sejumlah warga Garut ‘berhasil’ mudik dan sampai di Kabupaten Garut dari sejumlah wilayah, baik dalam maupun luar Provinsi Jawa Barat. Berbagai upaya dilakukan, namun rata-rata dari mereka bermodalkan keyakinan ‘Polisi Juga Manusia’.
Salah satunya cerita pemudik asal Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut, Surya (33). Dia mengaku berhasil sampai di Garut dari Kota Bandung bersama istrinya menggunakan roda dua. Ia berhasil memasuki Garut di hari pertama larangan pelaksanaan mudik, Rabu (6/5). Surya bercerita bahwa ia berangkat dari Bandung setelah melaksanakan salat subuh.
-
Kapan Gunawan tertinggal rombongan mudik? Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
-
Bagaimana cara melakukan peregangan saat mudik? Menurut dr. Prasetyo, peregangan sebaiknya dilakukan setiap beberapa jam sekali, terutama bagi mereka yang menyetir dalam perjalanan jarak jauh. Hal ini membantu melancarkan peredaran darah, mengurangi ketegangan otot, dan menjaga tubuh tetap rileks.
-
Kenapa Gunawan tertinggal rombongan saat mudik? Gunawan (55) itu hendak mudik ke Tangerang dari Ciamis bersama keluarganya menggunakan mobil. Di tengah perjalanan, Senin (8/4) sekira pukul 02.00 WIB saat sopir istirahat, ia pergi ke toilet. Namun saat kembali, mobil yang ditumpanginya sudah pergi.
-
Kenapa orang Indonesia melakukan mudik? Momentum Lebaran dipandang baik untuk merajut silaturrahim dengan sanak saudara membuat tradisi mudik awet hingga kini.
-
Kapan biasanya orang-orang mudik? Mudik merupakan tradisi pulang kampung yang biasa dilakukan masyarakat Indonesia menjelang Hari Lebaran.
-
Kenapa Danis Murib ditembak mati? Komando Operasi Gabungan Wilayah (Kogabwilhan) III di Distrik Bibida Kabupaten Paniai menembak mati seorang desertir TNI karena tergabung dalam Organisasi Papua Merdeka (OPM).
“Modal nekat sebetulnya. Tapi Alhamdulillah lancar dan bisa sampai ke Garut dengan aman dan selamat. Yang paling utama, tidak diputarbalikan ke Bandung lagi,” ujarnya, Sabtu (8/5).
Ia mengakui bahwa awalnya merasa khawatir kalau harus sampai diadang petugas yang melakukan penyekatan. Namun waktu subuh adalah waktu yang kebanyakan orang, termasuk polisi, memilih untuk beristirahat.
“Saya yakin, polisi juga manusia lah, bukan robot. Jadi pasti ada capek, butuh istirahat. Modalnya itu saja. Masa iya polisi 24 jam berdiri di jalan menyekat dan memeriksa lalu memutarbalikan kendaraan dari luar kota,” ungkapnya.
Namun menurut Surya, di hari pertama diberlakukan penyekatan, pos-pos penyekatan di batas kota yang ia lewati kebanyakan tidak diisi oleh petugas sehingga ia tidak satu kali pun diperiksa oleh petugas. Ia pun kini sudah berkumpul bersama keluarga besarnya di Kecamatan Karangpawitan, Kabupaten Garut.
Warga Garut lainnya, Titin (27) juga mengaku berhasil mudik ke Garut dari Cianjur menggunakan roda empat bersama suami dan anaknya pada Kamis (7/5) malam. Selama di perjalanan, dia mengaku tidak pernah diberhentikan sama sekali oleh petugas yang melakukan penyekatan sejak masuk wilayah Bandung melalui Padalarang.
Saat masuk tol Padalarang, kendaraannya pun tidak diperiksa sama sekali oleh petugas. “Kayanya karena melihat plat nomor kendaraan yang kita pakai. Memang plat nomornya D, jadi mungkin nyangkanya warga Bandung, padahal tujuan kita ke Garut,” ucapnya.
Setelah berhasil melewati gerbang tol Padalarang, ia kemudian bergerak menuju Cileunyi. Menurut Titin, jalan tol yang biasanya ramai memang tampak lebih sepi dibanding hari biasa. Namun hal tersebut tidak berarti kendaraan yang masuk tol arah Cileunyi sedikit.
Ia menyebut bahwa saat keluar tol Cileunyi, sejumlah kendaraan dengan plat luar kota, seperti Subang dan lainnya nampak terlihat olehnya. Walau begitu, saat itu kendaraannya melewati pos penyekatan, kendaraannya juga kendaraan plat luar kota lainnya tidak diberhentikan oleh petugas.
“Petugas memang ada, tapi ya mengatur lalu lintas saja. Ada juga memang yang diberhentikan, tapi yang diberhentikan itu kebanyak motor. Jadinya kami bisa melewati pos penyekatan Cileunyi dengan aman. Pun demikian saat melewati Kadungora, kami tidak diberhentikan karena nampak kosong. Mungkin pak polisis kecapean. Sudah malam juga sih pas masuk Garut. Alhamdulillah bisa sampai rumah dengan selamat,” sebutnya.
Berbeda dengan Surya dan Titin, salah seorang santri asal Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, Jalal (21) berhasil melewati pos penyekatan dengan cara lain. Jalal saat hendak mudik ke rumahnya, memilih cara menggunakan angkutan perkotaan dari Kabupaten Tasikmalaya.
Jalal bercerita bahwa yang bisa melewati pos penyekatan adalah angkutan perkotaan, karena mengaku warga dalam kota.
“Pas naik, kita sudah dikasih tahu oleh sopir angkot kalau ada pemeriksaan harus mengaku warga Tasik. Tapi kita diantarkan sampai batas kota sampai ketemu angkot lagi yang ke Garut. Alhamdulillah bisa sampai ke Garut dengan aman dan tidak diputar balikan,” katanya.
Baca juga:
Polda Lampung Putar Balik 179 Kendaraan di Hari ke-2 Operasi Ketupat Krakatau
Jokowi Soal Larangan Mudik: Mari Tahan Diri Demi Keselamatan Bersama
Dishub DKI: SIKM Tidak Berlaku Bagi Pekerja Bodetabek
Terjaring di Pos Penyekatan Pemudik, Rombongan Warga Ini Malah Panjatkan Doa
10 Pemudik Sembunyi di Truk Pengangkut Motor Negatif Covid-19