Cerita teror-teror yang menimpa para pengemudi GO-jek
Seperti dilarang melewati kawasan tertentu, diancam hingga dirampok sudah pernah dialami para pengemudi GO-Jek.
Munculnya GO-Jek di Jakarta, memudahkan masyarakat untuk melakukan aktivitas. Sebab, dengan kondisi ibu kota yang setiap hari macet bisa diatasi dengan adanya ojek online tersebut.
Dengan memakai tarif berdasarkan jarak tempuh penumpang, GO-Jek semakin digandrungi pecintanya. Terlebih lagi jika ada tarif promo yang flat, dipastikan banyak penumpang akan memilih jasa GO-Jek.
Namun, di balik antusiasnya sambutan masyarakat ada cerita-cerita pilu yang dialami para pengemudi GO-Jek. Mereka kerap kali mendapatkan teror-teror dari beberapa kalangan yang tak menghendaki keberadaannya. Seperti dilarang melewati kawasan tertentu, diancam hingga dirampok.
Berikut beberapa cerita teror yang menimpa para pengemudi GO-Jek:
-
Mengapa Gojek dianggap sebagai penyedia layanan ride-hailing yang paling dipilih? Menurut pernyataan resminya, Selasa (24/9), penghargaan ini menunjukkan bahwa Gojek diakui sebagai penyedia layanan ride-hailing yang paling dipilih oleh pengguna saat menggunakan angkutan umum di Jakarta.
-
Apa yang membuat Gojek menjadi aplikasi favorit? Gojek, aplikasi layanan on-demand yang populer di Indonesia, telah berhasil meraih status sebagai aplikasi online favorit berkat kemampuannya dalam mengintegrasikan angkutan umum.
-
Bagaimana Gojek mendapatkan penghargaan dari DTKJ? Penghargaan ini diperoleh berdasarkan survei kepada pengguna angkutan umum serta penilaian terhadap inovasi dan upaya integrasi dengan moda transportasi lain melalui fitur GoTransit.
-
Kenapa Gojek menyediakan layanan motor listrik? Program bergabung sebagai mitra pengemudi Gojek, GoRide Electric bertujuan mendukung penggunaan motor ramah lingkungan. Selain itu, juga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
-
Siapa yang memberikan penghargaan kepada Gojek? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Kapan Gojek menerima penghargaan dari DTKJ? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
Usai antar pelanggan, pengemudi Go-Jek dirampok di Bekasi
Nasib apes menimpa seorang pengemudi Go-Jek, Nuryasin. Pria berusia 32 tahun ini menjadi korban perampasan di sekitar kantor Wali Kota Bekasi, Jalan Juanda, Kota Bekasi, dini hari tadi.
Kasubag Humas Polresta Bekasi Kota, AKP Siswo mengatakan, peristiwa itu bermula ketika korban usai mengantarkan pelanggannya ke Stasiun Bekasi dari Perumahan Harapan Indah.
Korban yang hendak pulang ke Rawalumbu, berhenti di lokasi kejadian sekitar pukul 02.00 WIB, karena telepon selularnya berdering.
"Tiba-tiba dipepet oleh dua orang tak dikenal menggunakan sepeda motor," kata Siswo di Bekasi, Selasa (18/8).
Pelaku itu, kata dia, lalu mengalungkan sebilah celurit ke leher korban. Karena merasa terancam, korban kemudian memberikan satu unit ponsel yang bisa dipakai untuk mencari penumpang.
"Pelaku melarikan diri ke arah Kranji, sebelum kabur, mereka membuang kunci sepeda motor korban di saluran air," kata Siswo.
Siswo menambahkan, dalam kasus itu Nuryasin merupakan korban perampasan, bukan korban perampokan. Sebab, pelaku memberikan hartanya, lagi pula korban tak dilukai.
"Kami masih melakukan penyelidikan, sejumlah saksi sudah dimintai keterangan dalam kasus tersebut," ujarnya.
Pemkot larang ojek online masuk Solo karena bakal bikin macet
Pemerintah Kota Solo tak akan memberikan kesempatan bagi ojek online untuk berkembang di Kota Bengawan. Hal ini karena moda transportasi yang marak berkembang di Ibu kota tersebut hanya akan menambah kemacetan di jalan raya.
Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kota Solo, Yosca Herman Soedrajad mengatakan ojek online apa pun alasannya hanya akan membuat kisruh transportasi di Indonesia. Hal ini karena regulasi dasar angkutan tersebut tidak jelas sehingga akan merusak angkutan umum resmi atau taksi.
"Fenomena ini terjadi lantaran kurang cepatnya kebijakan kota atau kabupaten dalam menangani sarana angkutan umum massal," ujar Herman, Selasa (18/8).
Keberadaan ojek online, menurut dia, bukanlah solusi untuk penyediaan transportasi yang dapat mengurai kemacetan di Kota Bengawan. "Ojek bukanlah angkutan massal. Maraknya ojek pasca kerusuhan tahun 1998 lantaran sulitnya mencari pekerjaan," ucapnya.
Herman menambahkan pihaknya akan tetap fokus untuk menambah angkutan publik yang dapat menampung banyak penumpang namun juga tetap ramah lingkungan. Terkait ojek online, ia mengaku akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian, organisasi angkutan darat (Organda), dan operator Batik Solo Trans (BST).
"Angkutan masal tetap kami prioritaskan. Ojek bisa saja beroperasi di wilayah yang tidak bisa dijangkau angkutan umum," tutup Herman.
Kesal ulah ojek pangkalan, penghuni Kalibata City bikin petisi
Kelakuan ojek pangkalan yang menolak GO-JEK dan GrabBike ternyata tidak sepenuhnya mendapat dukungan, penghuni Apartemen Kalibata City ini malah mengusung petisi agar kedua aplikasi ojek tersebut dapat beroperasi tanpa mendapat teror.
Petisi ini diunggah dalam situs change.org. Penghuni yang merahasiakan namanya dengan inisial DD P Jakarta meminta GO-JEK dan sejenisnya bisa diizinkan masuk ke dalam lingkungan apartemen. Tak hanya terhadap pengemudi aplikasi ojek, ancaman serupa juga ditujukan bagi konsumen yang menyusul para driver.
"Saat ini di sekeliling Kalibata City dapat ditemukan poster-poster penolakan terhadap GO-JEK dan GrabBike dari Persatuan Ojek Kalibata City. Poster-poster ini dapat ditemukan di hampir di setiap akses masuk motor ke lingkungan Kalibata City. Tidak hanya sekedar aksi penolakan, tindakan teror verbal (pengusiran) maupun fisik (pemukulan) pernah dialami oleh pengendara GO-JEK dan GrabBike yang hendak masuk ke ke dalam lingkungan apartemen. Lebih meresahkannya lagi, penghuni apartemen yang terlihat menghampiri pengendara GO-JEK atau GrabBike ke luar apartemen karena larangan masuk tersebut juga kadang diteror oleh oknum-oknum ojek yang tidak bertanggung jawab," demikian ditulis DD P dalam situs petisi change.org, Senin (10/8).
Menurutnya, tindakan premanisme yang dilakukan ojek pangkalan tersebut sudah sangat meresahkan. Dia juga meminta agar pengelola memberikan perlindungan bagi penghuni.
"Penghuni Apartemen Kalibata City merasa sangat resah dengan kondisi ini. Apartemen yang seharusnya menjadi lingkungan tempat tinggal yang aman dan nyaman kini terganggu dengan adanya teror dari pihak luar yang mengatasnamakan persatuan ojek. Akses terhadap layanan transportasi yang layak, jasa layanan barang (kurir), dan layanan antar makanan seperti yang ditawarkan oleh GO-JEK dan GrabBike adalah hak dari penghuni apartemen yang harus dilindungi. Larangan masuk terhadap GO-JEK, GrabBike, atau moda transportasi terkait ke dalam lingkungan apartemen oleh pihak eksternal yang disertai dengan ancaman tidak seharusnya dibiarkan terjadi. Tindakan teror adalah manifestasi dari budaya premanisme yang apabila dibiarkan akan semakin merebak. Pengelola Apartemen Kalibata City dan pemangku kepentingan terkait diharapkan turun tangan untuk mengatasi masalah ini."
"Polemik yang dialami oleh Penghuni Kalibata City adalah contoh dari bagaimana hak penghuni tempat tinggal atas akses transportasi publik yang layak dan jasa layan antar dibatasi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Sebagai orang Indonesia yang menjunjung tinggi keadilan, mari suarakan petisi ini!"
Ojek pangkalan: GO-JEK masuk Kalibata City langsung diseret keluar!
Kisruh yang terjadi antara GO-JEK dengan ojek pangkalan berbuntut panjang dengan pelarangan bagi pengendara GO-JEK mengambil penumpang di Apartemen Kalibata City, Jalan Kalibata Raya Nomor 1, Rawa Jati, Pancoran, Jakarta Selatan. Secara terbuka, pihak ojek pangkalan melarang pengemudi GO-JEK memasuki apartemen seluas 12,5 hektar itu.
Para pengendara ojek pangkalan yang berada di apartemen Kalibata City bahkan sepakat menolak usaha milik Nadiem Makarim itu beroperasi di sana. Di salah satu sudut bahkan mereka memasang spanduk berisi pelarangan ojek online seperti GO-JEK dan GrabeBike.
"GO-Jek enggak boleh masuk, kita di sini sudah merintis dari awal, mereka seenaknya ambil penumpang tanpa izin," kata ojek pangkalan Soles (53) saat ditemui di pangkalannya di pintu masuk aparteman Kalibata City, Jakarta Selatan pada Senin (10/8).
Dia menuturkan, apabila ada GO-JEK mengambil penumpang akan dilarang secara halus dengan memerintahkan menjauhi lokasi tersebut. Namun, jika GO-JEK memaksa masuk, para ojek pangkalan tak segan menyeret sopir GO-JEK itu keluar.
"Paling kita teriakin, tapi kalau ada yang ngeyel, langsung diseret keluar. Mereka (GO-JEK) terkadang diam-diam masuk, yang pasti kita tak akan main tangan kalau mereka tak memaksa," ujar lelaki yang berdomisili di Kalibata itu.
Kebijakan pelarangan GO-JEK memasuki apartemen ternyata direstui oleh pihak pengelola apartemen Kalibata City. Dia mengaku sempat bertemu pengelola untuk menuntaskan perselisihan itu.
Pihak pengelola, kata dia, meminta sopir ojek pangkalan tak melakukan kekerasan untuk mengusir GO-JEK dari apartemen milik perusahaan grup Agung Podomoro tersebut.
Ke depan, dengan pihak pengelola apartemen, dibuktikan dengan kepemilikan kartu khusus ojek apartemen Kalibata yang dikeluarkan pihak pengelola Kalibata City.
"Jadi semua tukang ojek di sini sudah terdata, kalau ada apa-apa pengelola tahu," katanya.