Cucu pembunuh nenek di Malang seorang atlet bulu tangkis
Pelaku juga dikenal sebagai siswa yang pendiam.
ASRSB (16), pelaku pembunuhan terhadap neneknya di Malang dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan tidak banyak tingkah. Karena itu banyak yang kaget dan tidak percaya kalau aksi sadis tersebut dilakukannya. Kepala Sekolah SMAK Santa Maria Kota Malang Kanisius Narumore, tempat ASRSB sekolah mengaku sempat tidak percaya dengan tindakan yang dilakukan oleh muridnya. Pihaknya hanya sebatas mengetahui pemberitaan dari media.
"Tidak pernah melakukan yang aneh-aneh. Kalau pun dianggap mokong (bandel) bukan termasuk yang berlebihan, masih wajar," kata Kanisius Narumore, Jumat (26/2).
ASRSB duduk di kelas 10, sementara kakaknya juga lulusan sekolah tersebut. Karena alasan ekonomi, pihak sekolah memberikan perhatian dalam bentuk bea siswa.
Pelaku pernah berhubungan dengan BK (bimbingan konseling) di sekolah karena mengaku kesulitan belajar. Kejadian itu dialami semester awal, saat mengawali masuk sekolah.
ASRSB juga tercatat sebagai atlet bulu tangkis di sekolahnya. Saat dijemput ke sekolah oleh polisi, dia sedang bertanding di SMAN 8. Beberapa saksi melihat, pelaku sangat tenang.
"Dia terlihat tenang. Biasanya kalau selesai melakukan kejahatan ada kepanikan, tetapi dia tenang," tegasnya.
ASRSB menjadi tersangka dalam pembunuhan sadis atas neneknya sendiri, Betsy Susilowati (91). Pembunuhan dilakukan dengan memukul korban, mencekik dan menggorok lehernya.
Jenazah korban dibuang ke sungai Metro, tidak jauh dari tempat tinggalnya pada Senin (22/2). Pelaku mengaku menyeret jenazah seorang diri dan menjatuhkan ke sungai dari jembatan.
Jenazah ditemukan warga sekitar satu kilometer dari lokasi. Luka di leher membuat polisi yakin, bahwa jasad merupakan korban kejahatan dan bukan meninggal karena terpeleset.