Curah Hujan Diprediksi Tinggi, Masyarakat Solo Raya Diminta Waspada Bencana
Menurut dia, berdasarkan bencana yang sudah pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, ada dua jenis dampak bencana. Yaitu dampak langsung dan tidak langsung.
Banjir yang terjadi di Jabodetabek hendaknya menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat Indonesia lainnya. Tak terkecuali masyarakat Solo Raya, yang terdiri dari Kota Solo, Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Boyolali, Wonogiri, Karanganyar serta Sragen.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, hujan masih akan terus terjadi hingga pada puncaknya di bulan Februari mendatang.
-
Dimana BMKG memprakirakan cuaca cerah? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Apa itu Bingka khas Banjar? Kue tersebut disebut dengan Bingka yang secara kasat mata mirip seperti kue lumpur.
-
Apa yang ditekankan Ganjar Pranowo kepada pelaku UMKM di Banyumas? Di depan para pelaku usaha, Ganjar menekankan pentingnya pelatihan-pelatihan secara rutin bagi UMKM agar dapat lebih maju.
-
Kapan banjir Demak terjadi? Banjir besar yang menerjang wilayah Demak terjadi sejak Kamis (8/2).
-
Siapa Baim Alkatiri? Lama tidak terlihat, Ibrahim Khalil Alkatiri tumbuh menjadi remaja dewasa yang tampan.
-
Dari mana Bingka Banjar berasal? Berasal dari Banjar, Kalimantan, kue bingka cocok disajikan sebagai teman minum teh sore.
Berkaca dari bencana banjir besar yang melanda Jakarta, Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Suryanto menyampaikan, hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur kawasan Soloraya dikhawatirkan dapat memicu terjadinya bencana alam.
"Hujan lebat dengan intensitas tinggi dikhawatirkan akan meningkatkan risiko longsor di wilayah Tawangmangu, Karanganyar. Selain itu juga resiko banjir di beberapa titik di Kota Solo dan beberapa kabupaten lainnya di Soloraya. Dampak risiko longsor atau banjir dan beberapa jenis bencana yang lain tidaklah sesederhana yang muncul," ujar Suryanto, Jumat (3/1).
Menurut dia, berdasarkan bencana yang sudah pernah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, ada dua jenis dampak bencana. Yaitu dampak langsung dan tidak langsung.
Dampak langsung akibat bencana meliputi dampak yang ada nilai pasarnya dan dampak yang tidak ada nilai pasarnya.
"Dampak yang ada nilai pasarnya itu contohnya, kerusakan lahan pertanian, rumah, kendaraan dan fasilitas umum. Sedangkan, dampak yang tidak ada jenis pasarnya adalah kerugian yang sulit ditentukan nilai ekonominya, seperti bangunan yang memiliki nilai sejarah," jelasnya.
Lebih lanjut Suryanto menjelaskan, resiko yang ditimbulkan pasca bencana tersebut tentunya harus diidentifikasi berdasar wilayah yang memiliki resiko ancaman tertinggi. Hal tersebut dimaksudkan agar pemerintah dapat merancang langkah-langkah preventif dalam menyelamatkan warganya dari ancaman bencana.
"Berdasarkan dari dampak resiko bencana yang mengancam, ada baiknya kita bersatu padu untuk mengidentifikasi kembali. Dimana wilayah di sekitar kita yang memiliki tingkat risiko tinggi," ujarnya.
Pemerintah, dikatakannya, juga bisa mengalokasikan anggaran untuk menyiapkan warga supaya lebih siap menghadapi risiko bencana. Selain meminta kesiap-siagaan pemerintah, Suryanto juga berharap agar masyarakat juga ikut waspada dan mengantisipasi datangnya bencana.
"Misalnya dengan menyiapkan tas darurat yang dilengkapi dengan bahan makanan, senter, baju hangat, selimut, dan obat-obatan," tutupnya.
(mdk/fik)