Daftar TNI tahun 1945, bawa granat rampasan langsung jadi letnan
Daftar TNI tahun 1945, bawa granat rampasan langsung jadi letnan. "Seorang sukarelawan yang mendaftarkan diri dengan membawa 10 anak buah, diberi pangkat kopral. Bila memimpin 20 orang, ia menjadi sersan. Tetapi bila membawa senapan dan granat selundupan, dia menjadi perwira," kata Soekarno.
Kini TNI AU akan segera diperkuat oleh Sukhoi SU-35. Sejumlah pesawat lain seperti F-16, Sukhoi SU-27, Hawk MK-53 dan T-50i juga membuat TNI AU makin diperhitungkan.
Dibanding tahun 1945 saat Indonesia baru merdeka kondisinya bagai bumi dan langit. Saat itu Angkatan Udara hanya punya beberapa pesawat bekas Jepang yang sebenarnya tak layak terbang.
Saat itu jumlah orang Indonesia yang bisa menerbangkan pesawat hanya beberapa orang. Sebagian malah takut terbang. Maka tes masuk Angkatan Udara pun tentu tak sesulit sekarang.
"Satu-satunya pertanyaan yang diajukan adalah, "Apakah anda, berani naik pesawat terbang kita? Bila jawabannya "ya", maka dia diterima di Angkatan Udara," kenang Soekarno.
Nasib Angkatan laut juga tak kalah miris. Saat itu hanya ada beberapa kapal kayu. Tak seimbang dengan Indonesia yang lautnya sangat luas.
Saat Tentara Keamanan Rakyat terbentuk tanggal 5 Oktober 1945, sangat mudah menjadi perwira. Cukup bawa granat rampasan dan mendaftar. Tak perlu tes ini dan itu, langsung diberi pangkat letnan.
"Seorang sukarelawan yang mendaftarkan diri dengan membawa 10 anak buah, diberi pangkat kopral. Bila memimpin 20 orang, ia menjadi sersan. Tetapi bila membawa senapan dan granat selundupan, dia menjadi perwira," kata Soekarno.
Soal seragam pun masih campur-campur. Jangan bayangkan TNI berseragam lengkap seperti sekarang.
"Sebagian tentara memakai uniform rampasan dari Belanda. Sebagian rampasan Australia dan ada juga yang melucuti tentara Jepang lengkap dengan sepatu boot dan pedang panjang," kata Soekarno.
Uniknya saat itu bisa saja komandan hanya memakai pakaian usang dan celana pendek lusuh, sementara prajuritnya berpakaian lebih bagus. Tergantung siapa yang merampas duluan. Banyak juga yang ukurannya tak sesuai, sehingga kebesaran.
Tapi tak ada yang peduli saat itu. Mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia sejuta kali lebih penting daripada seragam mentereng.