Dalam 5 tahun terakhir, tak ada laporan warga Solo terkena wabah difteri
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih menjamin bahwa vaksin yang didistribusikan selalu melalui rantai dingin, sehingga berfungsi maksimal. Petugas DKK juga selalu memantau rantai dinginnya. Pihaknya juga meminta masyarakat agar ikut mewaspadai penyakit difteri.
Serangan wabah difteri telah mengancam sejumlah wilayah di Indonesia. Namun hampir selama 5 tahun terakhir, penyakit yang disebabkan oleh kuman 'Corynebacterium diptheriae' dan menyerang hidung, tenggorokan bahkan kulit ini tak ditemukan di Kota Solo.
Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, hingga saat ini belum mendapatkan laporan terkait temuan kasus difteri. Hal tersebut dikemukakan Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan DKK Solo, Dwi Martyastuti kepada wartawan di balai kota setempat, Senin (11/12).
"Kami tidak menemukan laporan adanya kasus difteri di Solo. Setidaknya dalam 5 tahun terakhir ini," ujar Dwi.
Kendati demikian, Dwi mengaku terus melakukan langkah-langkah antisipatif. Di antaranya dengan menjalankan program imunisasi vaksin DPT, terutama untuk anak usia di bawah 1 hingga 11 tahun. Pihaknya juga menargetkan cakupan imunisasi DPT minimal 70,8 persen.
"Hingga Oktober 2017, cakupan imunisasi di Solo sudah 80,9 persen," ujarnya.
Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih menjamin bahwa vaksin yang didistribusikan selalu melalui rantai dingin, sehingga berfungsi maksimal. Petugas DKK juga selalu memantau rantai dinginnya. Pihaknya juga meminta masyarakat agar ikut mewaspadai penyakit difteri.
"Difteri ini penyakit menular yang efeknya dapat menyebabkan kematian. Masyarakat harus terus waspada," ujarnya.
Siti menjelaskan, ciri-ciri difteri yang perlu diwaspadai, yakni gejala demam yang mencapai 38º C, adanya selaput berwarna putih keabu-abuan di tenggorokan yang mudah berdarah jika dilepaskan. Terkadang menyebabkan pembengkakan jaringan lunak leher.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, ada 95 kabupaten-kota dari 20 provinsi melaporkan kasus difteri hingga November 2017. Sementara pada kurun waktu Oktober-November 2017 ada 11 provinsi yang melaporkan terjadinya Kejadian Luar Biasa Difteri di wilayah kabupaten-kota. Yakni Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Baca juga:
Sepanjang 2017, sebaran difteri di Aceh capai 93 kasus, 4 pasien meninggal dunia
1 Pelajar di Sleman terindikasi difteri, Dinkes kerahkan tim surveilans
Menkes jenguk pasien difteri
Antusiasme murid SDN 03 Karawaci ikuti imunisasi difteri
Gelar ORI difteri, Dinkes Kota Tangerang targetkan 618 ribu anak ikut vaksin
-
Apa yang dimaksud dengan difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa yang bisa terkena penyakit difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Kapan PDRI dibentuk di Sumatera Barat? Mengutip situs esi.kemdikbud.go.id, pemerintah darurat ini berhasil berdiri pada 22 Desember 1948 di Halaban, sebuah daerah di Lima Puluh Kota.
-
Siapa yang berisiko tinggi tertular Difteri? Faktor-faktor yang meningkatkan risiko tertular difteri antara lain:Tidak mendapat vaksinasi difteri secara lengkapTinggal di area padat penduduk atau yang buruk kebersihannyaBepergian ke daerah yang tingkat difterinya sedang tinggiMemiliki daya tahan tubuh lemah, misalnya karena menderita AIDS
-
Kapan biasanya gejala difteri muncul? Periode inkubasi biasanya 2-5 hari, tetapi dapat memakan waktu hingga 10 hari.
-
Kapan difteri bisa menular? Seseorang bisa tertular difteri bila tidak sengaja menghirup atau menelan percikan air liur yang dikeluarkan penderita saat batuk atau bersin.