Darah juang Kartini Kendeng melawan pabrik semen
Darah juang Kartini Kendeng melawan pabrik semen. Patmi dan para Kartini Kendeng rela meninggalkan keluarga demi perjuangan menjaga kelestarian lereng Pegunungan Kendeng. Takdir berkata lain. Lentera perjuangan Patmi melawan pabrik semen harus berhenti setelah dokter menyatakan Patmi telah meninggal dunia.
Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/6 Tahun 2017 yang ditandatangani Kamis (23/2) malam mengantarkan para Kartini Kendeng kembali ke ibu kota, Jakarta. Surat keputusan itu berisi izin lingkungan yang baru untuk PT Semen Indonesia di Kabupaten Rembang. Izin lingkungan semen di Rembang merupakan tindak lanjut rekomendasi Komisi Penilai Amdal (KPA) yang telah melaksanakan sidang penilaian adendum Andal pada 2 Februari 2017.
Sesuai yang tertera dalam keputusan mengenai izin lingkungan, PT Semen Indonesia Rembang diberi izin membangun pabrik berkapasitas 3 juta ton pertahun. Kegiatan yang akan dilakukan adalah penambangan batu gamping di Desa Tegaldowo, Kecamatan Gunem, penambangan tanah liat serta sarana dan prasarana di desa Tegaldowo, Desa Kajar, Desa Pasucen, dan Desa Timbrangan Kecamatan Gunem, serta Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu, Kabupaten Rembang. Kemudian pabrik dan utilitas di Desa Kajar dan Desa Pasucen Kecamatan Gunem, jalan produksi di Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu, serta jalan tambang di Desa Tegaldowo, Desa Kajar, dan Desa Timbrangan, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
-
Kapan Pabrik Semen Indarung I didirikan? Pabrik semen pertama di Indonesia terletak desa Indarung kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. Semen merupakan salah satu bahan penting dalam proses sebuah pembangunan baik itu perumahan dan gedung-gedung besar. Mungkin tidak banyak yang tahu jika pabrik semen pertama di Indonesia berada di Pusat Kota Padang, Sumbar.Pabrik tersebut bernama Indarung I yang sudah didirikan sejak 18 Maret 1910 oleh seorang Perwira Belanda Carl Christophus Lau, dengan nama pabriknya NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
-
Kenapa petani Kendeng menolak pembangunan pabrik semen? Mereka memprotes pembangunan pabrik tersebut karena dibangun di wilayah karst yang berfungsi untuk menyerap air. Selain itu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan pihak terkait dinilai tidak transparan.
-
Bagaimana proses pembangunan pabrik semen pertama di Indonesia? Dalam proses pembangunan, Carl menggandeng beberapa perusahaan seperti Firma Gebroeders Veth, Fa.Dunlop, dan Fa.Varman & Soon. NV NIPCM sendiri memiliki kantor pusat di Belanda, akan tetapi pabrik yang didirikan di Kota Padang ini masih bagian dari cabangnya.
-
Dimana pabrik semen pertama di Indonesia terletak? Pabrik semen pertama di Indonesia terletak desa Indarung kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. Semen merupakan salah satu bahan penting dalam proses sebuah pembangunan baik itu perumahan dan gedung-gedung besar. Mungkin tidak banyak yang tahu jika pabrik semen pertama di Indonesia berada di Pusat Kota Padang, Sumbar.Pabrik tersebut bernama Indarung I yang sudah didirikan sejak 18 Maret 1910 oleh seorang Perwira Belanda Carl Christophus Lau, dengan nama pabriknya NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
-
Siapa yang mendirikan Pabrik Semen Indarung I? Pabrik semen pertama di Indonesia terletak desa Indarung kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat. Semen merupakan salah satu bahan penting dalam proses sebuah pembangunan baik itu perumahan dan gedung-gedung besar. Mungkin tidak banyak yang tahu jika pabrik semen pertama di Indonesia berada di Pusat Kota Padang, Sumbar.Pabrik tersebut bernama Indarung I yang sudah didirikan sejak 18 Maret 1910 oleh seorang Perwira Belanda Carl Christophus Lau, dengan nama pabriknya NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM).
-
Dimana Wamentan meninjau aktivitas pengembangan semen beku unggul? Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Harvick Hasnul Qolbi meninjau aktivitas kerja pengembangan semen beku unggul yang dilakukan Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Diskresi ini memantik kembali api perlawanan para Kartini Kendeng. Pada Senin (13/3), mereka kembali memasung diri sendiri dengan cara mengecor kedua kaki menggunakan semen. Aksi pasung semen jilid II ini sebagai bentuk protes dan perlawanan terhadap pemilik modal. Walaupun kaki mereka dicor dengan semen, tapi suara para Kartini Kendeng terdengar lantang menembus kokohnya dinding istana negara.
Mereka rela meninggalkan keluarga demi perjuangan menjaga kelestarian lereng Pegunungan Kendeng.
"Saya nggak kangen rumah karena memperjuangkan lahan pertanian," ujar Sudiri, warga lereng Pegunungan Kendeng.
Warsiti (35), perempuan asli Rembang diantar langsung oleh suami untuk ikut memperjuangkan lahan pertanian di pegunungan Kendeng. Sembari duduk bersandar dan meminum segelas teh hangat, Warsiti bercerita panjang lebar tentang perjuangan mereka dari Semarang hingga Jakarta menuntut gubernur Jateng mematuhi putusan pengadilan yang dimenangkan petani Kendeng. Muslikhah (30), adik Warsiti turut gabung dalam aksi ini. Sambil sesekali memijat kakinya yang terasa pegal, Muslikhah bercerita, dia rela meninggalkan kedua anaknya serta suami demi perjuangan ini.
"Saya ninggalin anak di rumah. Anak saya dua, 11 tahun sama 5 tahun di urus bapak sama simbah (eyang). Tujuannya aksi sampai bapak Jokowi nemui. Masih sering telfonan sama anak. Bapak enggak ke sini ada kerjaan di sawah," tutur Muslikhah.
Istana merespon. Perwakilan petani Kendeng bertemu dengan Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Senin (20/3). Hasilnya, operasional pabrik semen dihentikan sementara sambil menunggu kajian lingkungan hidup.
"Dan sudah disepakati bahwa PT Semen Indonesia menghentikan untuk sementara proses penambangannya dan memang sudah mereka hentikan," kata Teten di Istana Negara, Senin (20/3).
Tapi itu saja tidak cukup. Sebab, Gubernur Ganjar belum mencabut SK yang diterbitkan. Karena itu para kartini Kendeng akan tetap memasung kaki mereka hingga Ganjar mencabut SK izin baru untuk Semen Indonesia. Namun diputuskan hanya sembilan orang yang akan melanjutkan aksi dipasung semen. Sebagian besar warga peserta aksi diminta pulang ke kampung halaman. Keputusan itu diambil Senin malam setelah perwakilan petani Kendeng bertemu Teten.
Patmi (48), termasuk salah satu Kartini Kendeng yang semen di kakinya akhirnya dibuka agar dia bisa pulang. Tapi darah juang dan militansi Patmi tak terbendung. Dia menolak pulang ke Pati dan tetap melanjutkan aksi protes bersama warga lainnya. Siti, peserta aksi dipasung semen, tak bisa melarang keinginan Patmi. "Bu Patmi tidak mau. Dia bilang, 'saya mau di sini'," ujar Siti.
Berulang kali turun aksi, Siti mengagumi sosok Patmi sebagai perempuan yang peka dan gigih memperjuangkan perlawanan terhadap pabrik semen yang dianggap merusak lingkungan hidup mereka.
"Bu Patmi itu sangat gigih. Ketika dia cium (persoalan seputar pabrik semen), dia langsung ikut gerakan. Dia ikut jalan kaki dari Pati-Semarang. Dia juga ikut aksi jalan kaki dari Rembang-Semarang," cerita Siti.
Setelah cor di kaki Patmi dilepas, dia membersihkan diri dan mandi. Setelah mandi, Patmi berteriak kesakitan dan sempat muntah. Padahal tim dokter yang selama ini mendampingi para Kartini Kendeng, memastikan Patmi dan peserta lainnya tidak mengalami kendala kesehatan.
"Kita punya beberapa dokter untuk melihat kondisi kesehatan peserta. Bu Patmi adalah satu peserta yang tidak dikhawatirkan kondisinya," kata Muhammad Isnur, advokat dan pengacara publik LBH.
Tim dokter langsung membawa Patmi ke rumah sakit St. Carolus. Namun takdir berkata lain. Lentera perjuangan Patmi melawan pabrik semen harus berhenti setelah dokter menyatakan Patmi telah meninggal dunia. Kematian Patmi termasuk sudden death (kematian tiba-tiba).
"Pihak RS St Carolus menyatakan bahwa bu Patmi meninggal mendadak pada sekitar Pukul 02.55 WIB dengan dugaan jantung," ujar Mokh Sobirin dari Desantara, salah satu NGO (Non Government Organization) yang tergabung dalam 'Koalisi untuk Kendeng'.
Duka mendalam terpancar di raut wajah para petani Kendeng yang berkumpul di kantor LBH Jakarta. Kepulangan Patmi meninggalkan kesedihan, tapi tidak menyurutkan api perlawanan mereka. Sosok Patmi digambarkan sebagai wanita yang peka dan gigih terhadap persoalan yang dialami warga.
"Bu Patmi adalah salah satu dari yang mengecor kaki dengan kesadaran tanggung jawab penuh," ucap Sobirin.
Koko, salah satu anggota Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) memandang Patmi sebagai pejuang yang konsisten dengan pilihan hidupnya. Koko menyamakan nama Patmi dengan Padma yang berati bunga. Kepulangan Patmi akan memunculkan bunga-bunga perlawanan.
"Kita pasti mati. Tapi kita yang memilih jalannya. Kita yang memilih apakah (mati) dengan mencintai ibu bumi atau dengan mendurhakainya, " ungkap Koko.
Kemarin pagi, jenazah Patmi langsung dipulangkan ke kampung halaman di Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati, untuk dimakamkan. Kabar duka ini juga sudah sampai ke telinga Presiden Jokowi. Atas nama Presiden Jokowi, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menyampaikan duka cita atas meninggalnya Patmi (48).
"Ya tim saya sudah bantu urus ya. Berduka cita, jantung ya, kemungkinan juga faktor capek. Tapi ya memang kita imbaulah kalau mau menyampaikan pendapat, aspirasi, jangan aksinya mengambil risiko pada keselamatan," kata Teten.
"Tadi Pak Presiden sudah minta kami untuk mengurus kepulangannya, tapi tadi sudah diurus," katanya.
Istana juga berjanji akan memberikan santunan kepada keluarga yang ditinggalkan almarhumah. "Iya nanti diberikan santunan juga ya," kata Teten.
Baca juga:
Wajah duka petani Kendeng kenang perjuangan Patmi tolak pabrik semen
'Kepulangan' Bu Patmi tumbuhkan bunga perlawanan petani Kendeng
Disambut ratusan warga, jenazah petani Kendeng dimakamkan di Pati
Peserta aksi cor kaki Kendeng tetap berharap bertemu dengan Jokowi
Kenangan keluarga Patmi: Ibu berjuang bela anak cucu dan Tanah Air