Dari Gus Sholah hingga Gus Mus berpeluang pimpin NU
Tensi panas menyelimuti Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, tahun ini.
Tensi panas menyelimuti Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang, Jawa Timur, tahun ini. Mulai dari pro kontra pemilihan Rais Aam melalui sistem musyawarah untuk mufakat atau Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa), hingga isu penculikan peserta, isu kepentingan parpol, hingga kampanye hitam yang menyerang calon tertentu mewarnai Muktamar kali ini.
Sejauh ini, ada sejumlah nama yang sudah menyatakan siap maju mencalonkan diri sebagai ketua umum PBNU. Ada juga nama-nama yang disebut-sebut berpeluang kuat menduduki posisi tersebut.
Sebut saja KH Sholahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Sholah (pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng), dan incumbent Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU saat ini). Selain dua orang itu, nama mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Ali dan KH Mustofa Bisri alias Gus Mus (Rais Aam PBNU saat ini) dinilai memiliki peluang. Berikut ulasannya keempat tokoh NU tersebut;
-Gus Sholah
Gus Sholah adalah cucu dari pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari. Adik dari mendiang KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini telah menyatakan diri siap maju menjadi calon ketum PBNU.
Meski sempat diisukan mundur dari bursa calon ketua umum, Gus Sholah telah membantah isu tersebut.
"Ini tinggal beberapa hari, kok mengundurkan diri. Jadi saya tegaskan tidak mengundurkan diri. Saya sehat wal afiat walaupun sudah kepala tujuh, Alhamdulillah, tetap sehat wal afiat," katanya beberapa saat lalu.
Gus Sholah mengklaim mendapat dukungan dari separuh lebih peserta Muktamar. Saat ini ada 29 pengurus wilayah sementara pengurus cabang ada 515.
Menurutnya, NU adalah aset bangsa. NU adalah organisasi yang didirikan oleh para ulama yang memiliki ilmu tinggi dan ikhlas. Karenanya, NU tak boleh dikotori dengan perilaku yang tidak baik.
"Praktik money politik, misalnya ke jamiyah. Karena data di Tebu Ireng, banyak orang dari pihak-pihak tertentu yang mengiming-imingi untuk melakukan hal-hal semacam ini. Hentikanlah, berilah NU manfaat jangan memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok," katanya.
Pada Muktamar ke-32 NU di Makassar, Gus Sholah kalah suara oleh KH Said Aqil Siroj yang akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2015
Pria kelahiran Jombang, 11 September 1942 ini tidak terima dengan anggapan banyak ustaz yang mengajarkan radikalisme. Gus Sholah juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komnas HAM. Pada Pilpres 2014, Gus Sholah menjadi cawapres dari Wiranto.
-Said Agil Siroj
Said Agil Siroj merupakan calon incumbent. Saat ini dia masih menjabat sebagai Ketua Umum PBNU periode 2010-2015.
Said terpilih menjadi Ketua Umum pada Muktamar ke-32 yang diselenggarakan di Makassar setelah mengalahkan rivalnya Slamet Effendi Yusuf pada putaran kedua. Pria kelahiran Cirebon 3 Juli 1953 ini, mempunyai latar belakang akademis yang luas dalam ilmu Islam.
Said Aqil merupakan alumni S3 University of Umm Al-qura. Dia lulus pada tahun 1994. Sebelumnya, dia mengambil S2 di universitas yang sama dengan jurusan Perbandingan Agama dan lulus pada 1987.
Said Aqil menamatkan S1 di Universitas King Abdul Aziz, jurusan Ushuluddin dan Dakwah. Dia lulu pada tahun 1982. Dengan latar belakang ilmu pendidikan Agama yang kuat dijadikan modal Siraoj dalam dakwah dan memperjuangkan Islam lewat NU.
Namun, isu kedekatannya dengan kelompok Syiah menyeruak jelang pencalonan. Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah Kiai Cholil Nafis mengatakan KH Said Aqil Siroj membuat nota kesepahaman (MoU) dengan Universitas al-Musthafa al-’Alamiyah, Qom, Iran.
Menurut Kiai Cholil Nafis, dokumen kerjasama di bidang pendidikan, riset dan kebudayaan itu dilakukan tanpa sepengetahuan dan persetujuan Rais Am Syuriah PBNU yang saat itu dijabat KHA Sahal Mahfudz. Dokumen tertanggal 27 Oktober 2011 itu dibuat dalam dua bahasa, Persia dan Indonesia.
"Saya kopi yang berbahasa Indonesia karena saya gak begitu paham bahasa Persia," katanya.
-Said As'ad Ali
Mantan Wakil Ketua Badan Intelijen Negara (BIN) As'ad Ali disebut-sebut siap maju mencalonkan diri di Muktamar ini. Menurutnya, Muktamar kali ini begitu penting karena sejak NU berdiri pada 1926, baru kali ini diselenggarakan di Jombang.
"Muktamar kali ini dilandasi semangat menyambut satu abad NU. Organisasi NU adalah organisasi kemasyarakatan yang sangat kuat memegang tawasuth (moderat), tawazun (proporsional) dan tasamuh (toleran)," kata As'ad.
Dia menilai NU paling cocok mengatasi berbagai persoalan keagamaan yang berkembang. Menurutnya, warga Muslim di Afghanistan bahkan meniru mendirikan organisasi NU Afganistan atau NUA dengan format yang mirip dengan NU yang ada di Indonesia.
As'ad lahir di Kudus 19 Desember 1949. Dia merupakan alumni Pondok pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. Dia masuk Badan Koordinasi Intelijen Negara (BAKIN) sejak 1982-1999 dan bertugas di Timur Tengah seperti Arab saudi, Yordan, Suriah dan Libanon.
Said Ali juga pernah menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) selama 9 tahun sejak era Presiden Abdurahman Wahid, Presiden Megawati Soekanoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dia kemudian diminta para Rais Aam, serta ulama sepuh NU menjadi Waketum PBNU periode 2010 hingga 2015.
-KH Mustofa Bisri (Gus Mus)
KH Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus disebut-sebut bakal mencalonkan diri sebagai Rais Aam mendampingi Said Aqil Siroj yang maju sebagai calon ketua umum. Namun, Gus Mus juga banyak dinilai berpeluang jika mencalonkan menjadi ketua umum.
Pria kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 10 Agustus 1944 ini adalah pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang. Bersama Gus Dur, Gus Mus adalah salah seorang pendeklarasi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan sekaligus perancang logo PKB yang digunakan hingga kini.
Gus Mus juga dikenal sebagai seorang penyair dan penulis kolom yang sangat dikenal di kalangan sastrawan. Kata-kata bijak dan nasihatnya kerap dijadikan logo oleh para pengguna jejaring sosial.