Dasar Mendikbud Nadiem Ingin Ubah Ujian Nasional
Dasar Mendikbud Nadiem Ingin Ubah Ujian Nasional. Selama ini Ujian Nasional hanya menyajikan materi dan topik yang dipadatkan berdasarkan mata pelajaran. Sehingga cara tercepat untuk mendapatkan angka tinggi di Ujian Nasional adalah dengan menghapal. Demikianlah kenyataan yang terjadi di lapangan.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim membandingkan antara Ujian Nasional (UN) dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Kaitannya dalam mengukur prestasi siswa.
Nadiem mengatakan, Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter menitikberatkan pada numerasi dan literasi. Lebih lanjut Nadiem menjelaskan, Numerasi sendiri bukan kemampuan menghitung tetapi kemampuan menggunakan konsep matematika yang tidak terlalu rumit dan diaplikasikan kepada suatu masalah yang nyata.
-
Kapan Naja dinyatakan lulus kuliah? Naja yang baru saja dinyatakan lulus dari kuliahnya di Inggris kini tumbuh menjadi remaja yang super cantik.
-
Apa saja ujian yang dialami Nabi Ayub? Nabi Ayub diberikan banyak ujian hidup dari Allah. Mulai dari hilangnya harta dan kekayaan, diberikan penyakit hingga belasan tahun, dan ditinggalkan oleh keluarga tercinta.
-
Kapan najis mukhaffafah dianggap suci? Jika najis mengenai baju Anda, maka setelah dipercikkan air, baju diperas kemudian dikeringkan.
-
Apa yang terjadi di Pesanggrahan Menumbing selama pengasingan para tokoh nasional? Meski dipisahkan, para tokoh juga memikirkan nasib negara Indonesia pada saat itu.
-
Kenapa Nabi Ayub diberi ujian? Allah pun memberikan berbagai macam ujian kepada Nabi Ayub.
-
Kapan Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak wafat? Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
Sedangkan, Literasi bukan kemampuan membaca tetapi kemampuan memahami isi konten dari suatu bacaan dan menganalisanya.
"Kenapa minimum. Karena tidak cukup mengukur prestasi siswa tetapi cukup sekolah ini sudah di level mana, perlu ditolong atau tidak," kata Nadiem saat memberikan sambutan di Hotel Century, Jakarta Pusat pada Jumat (13/12).
Sementara itu, selama ini Ujian Nasional hanya menyajikan materi dan topik yang dipadatkan berdasarkan mata pelajaran. Sehingga cara tercepat untuk mendapatkan angka tinggi di Ujian Nasional adalah dengan menghapal. Demikianlah kenyataan yang terjadi di lapangan.
"Banyak sekali guru stres karena penilaian sekolah dan siswa dan orangtua stres karena seleksi dia ke tahap berikutnya bergantung kepada angka ini," kata dia.
Padahal, maksud Ujian Nasional adalah menilai sistem pendidikan atau suatu tolok ukur untuk mengevaluasi sekolah. "Bukan evaluasi sistem pendidikan, bukan untuk menentukan prestasi siswa," ucap dia.
Nadiem lalu menganalogikan kedua sistem tersebut seperti mengajak siswa untuk berenang di suatu Pulau. Menurut dia, apabila masih menggunakan sistem Ujian Nasional yang sekarang. Guru lebih dulu bertanya kepada para siswa.
"Ditanya dan dilatih pengetahuan terkait gaya renang. Tahu enggak gaya katak seperti apa? Tahu enggak gaya bebas seperti apa? Air itu apa? berenang itu apa?" terang dia.
Agar Anak Dapat Pendidikan Bermutu
Lain halnya dengan sistem Asesmen Kompetensi Minimum yang akan diterapkan pada 2020 nanti.
"Kalau kompetensi adalah bisa berenang enggak? Langsung diceburin ke dalam laut, dia bisa berenang atau tidak," ucap dia.
Nadiem menerangkan itulah yang menjadi alasan ingin mengubah format dalam mengukur prestasi siswa. Nadiem juga menyinggung amanat undang-undang. Menurut dia, hak semua anak mendapatkan pendidikan dengan mutu yang baik. Maksudnya mutu itu adalah kompetensi, kemampuan dan menjadi produktif di dalam masyarakat.
"Kalau kita, Mereka enggak akan tenggelam pada saat setelah lulus SMA atau Perguruan Tinggi," terang dia.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com