Data BMKG Bantah Wiranto Soal Karhutla di Riau Tidak Separah yang Diberitakan
Berdasarkan data BMKG di websitenya www.bmkg.go.id, pada 19 September 2019 pukul 08.00 WIB, konsentrasi PM10 atau kualitas udara di Pekanbaru memasuki level sangat tidak sehat di angka 317.77 µgram/m3.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM (Menko Polhukam) Wiranto menyebut kondisi kebakaran hutan dan lahan tak separah seperti yang dikabarkan media. Hal ini dibuktikannya dengan hasil kunjungan Presiden Joko Widodo ke Riau tanpa mengenakan masker.
Pernyataan Wiranto tersebut seolah-olah membantah hasil pengamatan yang dilakukan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait kondisi kualitas udara, jarak pandang dan fenomena alam atau hal lainnya yang berkaitan dengan prakiraan cuaca.
-
Kapan Hutan Pinus Pengger buka? Hutan Pinus Pengger buka setiap hari mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore.
-
Kapan kebakaran hutan terjadi? Sebelumnya AR diburu polisi karena diduga membakar hutan milik Perhutani pada 21 Oktober lalu.
-
Bagaimana hutan awan terbentuk? Ketika udara tersebut naik dan mendingin, awan terbentuk saat bertemu dengan lereng gunung yang tinggi. Melalui fenomena ini, awan menyaring melalui tajuk pepohonan di mana uap air pada daun atau jarum pohon bergabung menjadi tetesan yang lebih besar.
-
Di mana letak Hutan Punti Kayu? Letaknya berada di tengah Kota Palembang tepatnya Jalan Kol. H. Burlian km 6,5.
-
Bagaimana masyarakat setempat menjaga kelestarian hutan di Kutai Timur? “Kita di sini juga hidup beriringan dengan adat. Cuma memang hukum adat itu tidak dominan di sini karena bukan hukum positif. Tapi hukum adat tetap kita hargai suatu norma-norma yang ada di kehidupan masyarakat kita,” papar Wakil Bupati Kutai Timur Kasmidi Bulang.
-
Di mana kebakaran hutan tersebut terjadi? Ia diduga membakar area hutan milik Perhutani seluas 5 hektare, setengah dari total luas hutan tersebut, yaitu 10 hektare.
Berdasarkan data BMKG di websitenya www.bmkg.go.id, pada 19 September 2019 pukul 08.00 WIB, konsentrasi PM10 atau kualitas udara di Pekanbaru memasuki level sangat tidak sehat di angka 317.77 µgram/m3. Kualitas udara Pekanbaru semakin buruk karena pada pukul 06.00 WIB berada di angka 220.68 µgram/m3.
Kondisi serupa juga terjadi di Palembang. Kualitas udara di Palembang telah memasuki level berbahaya di angka 436.02 µgram/m3. Kondisi ini meningkat dari beberapa jam sebelumnya di kategori sangat tidak sehat di angka 265.23 µgram/m3.
Menurunnya kualitas udara di kota itu disebabkan masuknya asap dari kebakaran hutan dan lahan yang terbawa angin dengan kecepatan 5-30 knot (9-37 km/jam). Berdasarkan sumber dari LAPAN, tercatat beberapa titik panas di wilayah sebelah selatan-tenggara Palembang dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen yang berkontribusi asap, yakni kawasan SP Padang, Banyuasin I, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Pematang Panggang, Air Sugihan, Pedamaran dan Mesuji.
Sementara, jarak pandang tertinggi yang tercatat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada tanggal 18 September 2019 hanya 8 km dan terendah pada pagi hari ini berkisar 500-800 meter dengan kelembapan 82-92 persen dengan keadaan cuaca asap (smoke). Kondisi itu membuat dua penerbangan mengalami holding atau memutar di langit Palembang.
Kasi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang Bambang Beny Setiaji menjelaskan, untuk mengetahui kondisi udara pihaknya menggunakan alat pemantau PM10 yang terbilang sudah canggih. Alat itu dipasang di kantor BMKG Kenten Palembang dan hasilnya langsung masuk ke BMKG pusat secara online.
"Ya, kalau dibilang canggih ya sudah canggih alatnya, alat itu memang berfungsi untuk memantau kualitas udara atau PM10," ungkap Bambang, Rabu (19/9).
Menurut dia, hasil pengamatan alat pemantau PM10 tidak pernah dilakukan manipulasi data. Apapun yang terpantau akan diinformasikan kepada masyarakat melalui situs resmi BMKG.
"Tidak bisa dimanipulasi, data yang masuk sesuai dengan kondisi udara saat pemantauan oleh asap itu," ujarnya.
"Seperti hari ini level PM10 di Palembang sudah berbahaya. Tidak bisa kita ubah menjadi tidak sehat atau sangat tidak sehat karena begitulah hasil pengamatan alat itu," tegasnya.
Baca juga:
Padamkan Api Karhutla, 16 Anggota Satgas Terpapar Karbon Monoksida
Walhi Desak Izin Korporasi Pelaku Kebakaran Hutan dan Lahan Dicabut
Polisi Tetapkan 230 Orang Tersangka Karhutla
PT Bumi Hijau Lestari Jadi Tersangka Karhutla di Sumsel
Nasib Tragis Para Hewan Akibat Kebakaran Hutan Ulah Manusia