Daun fermentasi ala Ton Martono, pakan alternatif sapi saat kemarau
Ide itu awalnya buat membantu sesama peternak.
Bagi peternak sapi di daerah minim air, datangnya musim kemarau menjadi ancaman. Hal itu karena daun-daun pakan ternak akan mengering dan langka.
Meski demikian, seorang peternak sapi dari Gunung Kidul, Yogyakarta, Ton Martono, berhasil menemukan cara jitu. Dia memfermentasi daun kering menjadi pakan alternatif sapi. Ide Ton Martono muncul lantaran prihatin kepada sesama peternak sapi ketika kemarau tiba. Saat masuk musim hujan membuahkan ide fermentasi itu.
"Kasihan peternak sapi yang hidup di daerah minim air seperti kami ini. Kalau kemarau tiba, semua daun jadi kering. Kalau beli daun di kota lain juga mahal," ujar Ton Martono, Rabu, (20/7).
Dari hal tersebut, Ton kemudian berinisiatif membuat pakan alternatif dari fermentasi daun kering dengan biaya murah. "Tidak butuh biaya mahal dan sangat mudah. Dengan begitu peternak tidak perlu panik dengan datangnya kemarau panjang," ujarnya.
Menurut Ton, prinsipnya segala jenis daun kering bisa difermentasi, kecuali yang mengandung racun. Bahkan dia menyatakan kulit kacang dan jagung juga bisa difermentasi.
Ton yang tinggal Desa Karangrejek, Gunungkidul membeberkan resep fermentasi. Pertama-tama daun kering seberat 10 kilogram dicampur dengan 1/2 polar, garam gosrok 10 sendok makan, tetes tebu 10 sendok makan, air 5 liter, 1 ons kulit buah pohon mahoni sudah dihaluskan, dan suplemen organik cair satu tutup botol kecil.
Setelah diaduk merata, kemudian dimasukkan ke dalam tong lantas ditutup rapat. Proses fermentasi akan berlangsung optimal setelah tiga hari.
"Daun 10 kilogram yang difermentasi tersebut cukup untuk kebutuhan satu ekor sapi selama dua hari," ucap Ton Martono.
Ton menerangkan, keunggulan dari fermentasi daun kering ini dapat menyehatkan sapi. Selain itu, fermentasi ini dapat menangkal berbagai penyakit sapi, seperti flu masuk angin, pilek, dan kotoran cair.
"Selain sebagai obat, juga dapat untuk penggemukan karena penuh dengan protein. Karena dikasih kulit mahoni itu yang dapat menangkal penyakit," lanjut Ton.
Ton Martono melanjutkan, biaya memproduksi fermentasi daun kering tergolong murah. Hanya membutuhkan uang sebesar Rp 12 ribu.
Saat ini, Ton Martono sudah mensosialisasikan temuan fermentasi ini kepada peternak-peternak sapi di daerah minim air. Dia mengaku sudah kerap diminati menjadi pemateri pada kelompok ternak mulai dari Wonogiri, Pracimantoro, Kulonprogo, Sragen, dan lain-lain.