Debat Ketiga Pilpres, Ganjar Cerita Saat Bertemu Istri Jenderal Hoegeng Bicara Kondisi Polisi
Ganjar mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia terkait keamanan.
Debat Ketiga Pilpres, Ganjar Cerita Saat Bertemu Istri Jenderal Hoegeng Bicara Kondisi Polisi
Calon Presiden (Capres) nomor urut tiga, Ganjar Pranowo mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia terkait keamanan. Hal itu dia ungkapkan saat Ganjar menyampaikan visi misi dalam debat ketiga Capres, Minggu (7/1).
- Ganjar Tutup Debat Capres: Rakyat Dikecewakan Pemimpin dan Lawan Politik Dinasti
- VIDEO: Keras Ganjar Ungkap Peribahasa Jawa, Sindir Habis Politik Kepentingan
- Selama Debat Ketiga Pilpres 2024, Prabowo Tiga Kali Setuju dengan Pernyataan Ganjar
- Debat Capres: Ganjar Ingin Bangun Rudal Hipersonik dan Senjata Otonom, Dananya 2 Persen dari PDB
Ganjar lantas menceritakan saat dia bertemu dengan istri mantan Kapolri Jenderal Hoegeng, Merry Hoegeng.
"Polisi yang menjadi pengabdi di masyarakat betul-betul bisa mengayomi, seperti kemudian pada saat saya bertemu dengan ibu Merry Hoegeng. Bagaimana Ibu Merry menceritakan bahwa polisi kita mengayomi dengan kesungguhan. Polisi kita hidup dengan sangat sederhana, dan mereka punya integritas yang tinggi," kata Ganjar.
Ganjar yang merupakan anak seorang polisi juga mengaku memahami cerita yang disampaikan Merry.
"Sebagai anak polisi saya paham betul ini sesuatu yang sulit, dan pasti akan bisa kita lakukan dan tentu saja inilah capaian-capaian yang akan kita lakukan oleh Ganjar-Mahfud," lanjutnya.
Selain itu terkait isu politik luar negeri, capres yang diusung PDIP itu menilai politik luar negeri Indonesia adalah alat untuk negosiasi terhadap dunia luar, dengan tetap mengutamakan kepentingan nasional.
"Kenapa itu menjadi penting, karena kita mesti betul-betul bisa melakukan redefinisi terhadap politik luar negeri yang bebas aktif, yang disesuaikan dengan kondisi kekinian," ujar Ganjar.
Bagi Ganjar ini menjadi penting karena Indonesia perlu untuk memilih dan memprioritaskan yang menjadi kekuatan.
"Rakyat butuh lapangan kerja lebih banyak. Investasi harus lebih banyak. Maka kita mesti memperkuat infrastruktur diplomasi kita, duta besar, para diplomat, dan tentu saja inilah yang musti kita berikan penugasan-penugasan untuk membereskan persoalan-persoalan kepentingan ekonomi nasional dalam konteks kekinian," beber Ganjar.
Dan tentu saja, lanjut Ganjar, tidak pernah lupa Indonesia selalu setia pada kesepakatan yang pernah diambil, dekolonisasi yang dilakukan mendorong meyakinkan kita semua untuk membebaskan seluruh bangsa, tanpa boleh mengintervensi satu dengan yang lain.
"Dan inilah komitmen kita pada kemerdekaan Palestina, yang kita dukung terus. kemudian itu kita kerjakan beberapa problem krisis iklim barangkali akan kita selesaikan dengan membawa pola-pola diplomasi, sesuai dengan kekinian yang diperlukan," terangnya.
Dalam persoalan pertahanan, Ganjar menyebut sistem pertahanan rakyat semesta mesti didorong dan dilapisi sehingga menjadi benteng pertahanan Nusantara sebagai sebuah satu kesatuan.
Ganjar juga menyinggung soal anggaran pertahanan. Bagi Ganjar, pertahanan Indonesia mesti masuk pada wilayah 5.0 dengan teknologi sakti, dengan rudal hipertonik, senjata cyber, sensor quantum dan sistem senjata otonom. Dan itu bisa dilakukan kalau anggaran dari Kementerian Pertahanan itu 1-2 persen dari PDB.
"Untuk keamanan terorisme narkoba, di zaman online judi online, kekerasan seksual ini perlu mendapatkan perhatian termasuk TPPU. Maka reformasi kepolisian betul-betul harus mengantisipasi ini dengan penguatan cyber system kita, termasuk pengembangan SDM cyber yang kuat," pungkasnya.