Dedi Mulyadi wacanakan subsidi listrik bagi warga miskin dan jompo
Dedi Mulyadi wacanakan subsidi listrik bagi warga miskin dan jompo. Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa pemerintah harus hadir memberi solusi. Subsidi tagihan listrik untuk warga miskin dia nilai menjadi urgensi yang harus dilaksanakan.
Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memiliki solusi atas mahalnya tagihan listrik yang harus dibayar warga miskin. Solusi tersebut muncul saat mantan Bupati Purwakarta dua periode itu bertemu dengan Mak Ade (65).
Nenek tersebut merupakan warga Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Mereka bertemu di sela kunjungan Dedi Mulyadi di kabupaten tersebut.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi akan mencari pasangan untuk Pilgub Jabar? "Pak Airlangga berpesan ke saya, jangan terlalu jauh kalau main dari luar rumah, jangan melewati Jawa Barat, harus berada di wilayah Jawa Barat. Kemudian nanti cari pasangan di Golkar yang sesuai dengan kriteria sebagai calon istri (wakil) yang baik," kata dia.
-
Mengapa Dedi Mulyadi akan meminta restu Prabowo untuk maju di Pilgub Jabar? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi merawat Sapi Bargola? Dirawat dengan Rasa Melalui pengelolaan di Peternakan Lembur Pakuan, Dedi memberikan contoh bagaimana mengelola peternakan yang baik, pertanian organik sampai pada membangun sektor perikanan yang baik di pedesaan.
-
Dimana pusat gempa bumi di Garut? Gempa bumi melanda sisi selatan Jawa Barat pada Sabtu (28/4) pukul 23:29 WIB. Getaran diketahui berpusat di Samudera Hindia Selatan, Kabupaten Garut, dengan besaran magnitudo hingga 6,2.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana Andi Widjajanto melihat sentimen Ganjar-Mahfud pasca debat? "Melihat apa yang terjadi di debat empat, dengan melihat sentimen bahwa hanya Pak Mahfud dan Mas Ganjar yang terus menerus berada di sentimen positif, sementara Pak Prabowo dan Mas Gibran terus menerus ada di sentimen negatif," kata Andi, di Media Center TPN Ganjar-Mahfud, Jakarta, dikutip Jumat (26/1).
Mak Ade mengeluh, penghasilan dirinya yang sehari-hari berjualan sayur tahu hanya Rp 10 ribu. Karena itu, tidak pernah cukup untuk membayar tagihan listrik yang mencapai Rp 80 ribu per bulan. Padahal, di rumahnya tidak terdapat alat elektronik yang memakan energi listrik besar.
"Kalau enggak nabung dari awal bulan, itu enggak akan kebayar Pak. Jadi, setiap hari menyisihkan uang untuk bayar listrik," keluhnya.
Akibat memprioritaskan untuk membayar tagihan listrik, Mak Ade harus makan dengan menu seadanya. Ikan teri dan sayur tahu sisa jualan menjadi lauk pauk sehari-hari.
Menanggapi keluhan tersebut, Dedi Mulyadi mengungkapkan bahwa pemerintah harus hadir memberi solusi. Subsidi tagihan listrik untuk warga miskin dia nilai menjadi urgensi yang harus dilaksanakan.
"Saya dapat keluhan soal tarif listrik, kondisi Mak Ade termasuk warga prasejahtera. Jadi, saya gulirkan program subsidi listrik bagi warga jompo dan sebatangkara," katanya.
Basis data akan menjadi pijakan pria yang lekat dengan iket Sunda tersebut dalam pelaksanaan program tersebut. Klasifikasinya menurut Dedi, penerima subsidi tersebut harus warga miskin, jompo dan hidup sebatangkara.
"Calon penerimanya secara detail didata dulu supaya tepat sasaran. Tujuannya, agar tidak terjadi perebutan subsidi dalam pelaksanaannya. Kalau tidak begitu, nanti warga mampu malah dapat subsidi kan bahaya," katanya.
Mengingat luasnya wilayah Jawa Barat, Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat itu menegaskan diferensiasi program. Daerah Garut misalnya, masih membutuhkan program langsung pembangunan infrastruktur, dan pembangunan rumah tidak layak huni.
Sementara, dalam kunjungannya ke Kota Bekasi beberapa waktu kemarin, dia menemukan fenomena program tersebut tidak diperlukan. Kota Bekasi kata dia, membutuhkan subsidi kontrakan rumah karena infrastruktur di sana sudah relatif sangat baik.
"Dalam konteks Jawa Barat ini, program tidak bisa sejenis. Saya di Garut kita perlukan pembangunan infrastruktur sementara di Kota Bekasi saya gulirkan subsidi kontrakan," tuturnya.
(mdk/eko)