Demo Dokter hingga Perawat Tolak RUU Kesehatan Berakhir Damai, Ini Janji Anggota DPR
Sampai akhirnya, suara mereka turut didengar oleh sejumlah Anggota Dewan yang secara langsung menemui massa aksi.
Gelombang penolakan terhadap Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan Omnibus Law turut dilakukan sejumlah para dokter dan perawat. Dengan menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Senin (5/6) pagi tadi.
Aksi yang dilakukan ribuan para tenaga kesehatan dari berbagai organisasi profesi pun digelar secara damai. Sampai akhirnya, suara mereka turut didengar oleh sejumlah Anggota Dewan yang secara langsung menemui massa aksi.
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Dimana konsentrasi dokter spesialis di Indonesia? Dia mengatakan 59 persen dokter spesialis terkonsentrasi di Pulau Jawa. "Rata-rata semuanya dokter spesialis pada di Jawa dan di kota. 59 persen dokter spesialis itu terkonsentrasi di Pulau Jawa, 59 persen," ujarnya.
-
Bagaimana cara dokter menjaga kesehatan? "Saya seorang dokter dan berikut adalah lima hal yang tidak saya lakukan, atau tidak lagi saya lakukan, demi kesehatan saya. Yang pertama adalah mengonsumsi alkohol. Tidak ada jumlah alkohol yang aman untuk kesehatan kita," katanya dalam unggahan video.
-
Apa saja layanan medis yang dilayani oleh Dokter Terawan? "Prof Terawan Hanya melayani Tindakan Digital Substraction Angiography (DSA), dan Immunotherapy Nusantara," kata Okta.
-
Kapan dokter Soebandi gugur? Mengutip situs Begandring, dokter tentara sekaligus wakil komandan Divisi Damarwulan ini gugur ditembak tentara Belanda dalam sebuah penyergapan di Desa Karang Kedawung, Jember pada 8 Februari 1949.
-
Apa tujuan utama dibentuknya Ikatan Dokter Indonesia (IDI)? Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat profesi dokter.
Salah satu perwakilan yakni, Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Aliyah Mustika Ilham mengaku akan mengawal proses penetapan RUU tersebut.
Dengan memperhatikan masukan-masukan yang dikritisi para nakes.
"Sekarang memang ada beberapa cluster yang sudah jadi pembahasan, untuk itu kami tetap mengawal sebelum dibahas. Memang draf ini turunan dari Baleg ke Komisi IX. Saya terus mengawal masukan dan aspirasi dari teman-teman khususnya tenaga kesehatan medis yang memang merasa terdzolimi," kata Aliyah kepada wartawan, Senin (5/ 6).
Janji itu disampaikan Aliyah usai berdialog dengan massa aksi yang setelah itu membubarkan diri. Dengan menyatakan akan memperjuangkan masukan yang diminta para massa aksi.
Seperti tuntutan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), perihal perlindungan hukum tenaga kesehatan; pembiayaan kesehatan; dan tentang prosedur Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
"Nanti kita lihat saja nanti. Saat ini pembahasan masih berlanjut. masih, masih tapi sebagian sudah kami akomodir," tuturnya.
Di samping itu, Aliyah juga menanggapi terkait dengan ancaman dari para tenaga kesehatan yang bakal melakukan mogok. Menurutnya, hal itu tidak perlu dilakukan, karena pihaknya akan berusaha untuk mengakomodir masukan dan kritik dari para nakes.
"Semoga saja tidak ada, kami akan mencari titik temunya dan akan kamu bicarakan khususnya di komisi IX. Karena kalau memang mogok lumpuh semua ini, lumpuh pasien untuk kesehatan Indonesia," sebutnya.
Demo Para Nakes
Sebelumnya, Lima organisasi profesi bersama forum tenaga kesehatan kembali menggelar demo. Kali ini, demo dilakukan di depan Gedung DPR RI mulai pukul 08.30 WIB. Tuntutan yang dibawa para pendemo masih sama, yakni menolak RUU Kesehatan Omnibus Law.
Lima organisasi tersebut ialah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). Diperkirakan, 30.000 tenaga medis dan kesehatan memadati depan Gedung DPR.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Adib Khumaidi mengatakan, demo ini tidak hanya digelar depan Gedung DPR tapi serentak di seluruh wilayah Indonesia. Total tenaga medis dan kesehatan yang turun ke jalan hari ini mencapai lebih dari 100.000 orang.
Dia menyebut, berbagai upaya diskusi telah dilakukan oleh para tenaga medis dan kesehatan yang tergabung dalam lima organisasi profesi. Namun, pemerintah tetap bersikeras RUU Kesehatan harus disahkan.
"Kami, para tenaga medis dan kesehatan sangat mendukung transformasi kesehatan untuk negeri ini. Namun, dalam transformasi kesehatan seharusnya pemerintah memprioritaskan masalah kesehatan yang masih banyak belum tertangani terutama di wilayah terpencil, bukannya dengan membuat RUU Kesehatan yang tidak ada urgensinya ini," kata Adib melalui keterangan tertulis, Senin (5/6).
"Banyaknya jumlah regulasi ternyata tak berbanding lurus dengan kemampuan regulasi itu menyelesaikan berbagai persoalan. Jika aturan-aturan hukum yang dikeluarkan tidak sinkron, salah satu akibatnya adalah tidak adanya kepastian hukum bagi rakyat, dalam hal ini tenaga medis dan kesehatan, juga masyarakat," sambungnya.
Sementara Ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, sejak draf Rancangan Undang-Undang Kesehatan (RUU Kesehatan Omnibus Law) 'bocor' pada 2022 lalu, para tenaga medis dan kesehatan gelisah.
Sebab, selain proses rancangan yang tidak transparan, namun juga isi RUU tersebut tidak memberikan rasa aman dan nyaman bagi para tenaga medis dan kesehatan untuk bekerja.
"Bahkan selama 3 tahun masa pandemi, para tenaga medis dan kesehatan selalu berada di garis depan dan benteng terakhir untuk melindungi pemerintah dan masyarakat. Tidak sedikit nyawa tenaga medis dan kesehatan yang menjadi korban. Namun usai bekerja keras membantu memulihkan situasi kesehatan di Indonesia, seruan para tenaga medis dan kesehatan akan RUU Kesehatan seperti angin lalu bagi pemerintah, sebagaimana terjadi sebelumnya dalam pembuatan UU Cipta Kerja yang tidak transparan," kata Harif.
Sebagai informasi, ini merupakan demo besar-besaran kedua tenaga medis dan kesehatan menolak RUU Kesehatan. Demo pertama digelar di kawasan Patung Kuda Jakarta Pusat pada 8 Mei 2023. Saat itu, sebanyak ribuan tenaga kesehatan dan medis hadir menggunakan kostum putih.
(mdk/rhm)