Demokrat optimis Rasiyo-Abror jadi 'kuda hitam' di Pilkada Surabaya
Mereka yakin duet Rasiyo-Abror bisa mendulang suara dan menyalip pamor Risma-Whisnu.
Partai Demokrat optimis pasangan Rasiyo-Dhimam Abror (Rasido) mampu meladeni dominasi petahana Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana (Tri-Sakti) dalam Pilkada Surabaya, Jawa Timur, 9 Desember mendatang.
Keyakinan ini disampaikan Fungsionaris DPC Partai Demokrat Surabaya, Herlina Harsono Nyoyo, kepada wartawan, Kamis (20/8). Dia mengatakan, pasangan diusung partainya dan Partai Amanat Nasional (PAN) itu, bakal menjadi 'kuda hitam' di Pilkada serentak.
"Dalam keyakinan kami (Partai Demokrat) Pak Rasiyo akan menjadi kuda hitam di Pilkada nanti," kata Herlina.
Menurut analisa Helina, figur mantan Sekdaprov Jawa Timur ini sama dengan Risma dalam Pilkada Surabaya 2010 lalu. Saat itu, pasangan Risma-Bambang (Bambang Dwi Hartono) tidak diunggulkan, tetapi kenyataannya mampu melejit.
Sebelum Whisnu Sakti Buana diusung sebagai Wakil Wali Kota, tadinya Bambang Dwi Hartono lebi dijagokan. Hanya saja Bambang kemudian mundur karena maju di Pilgub Jawa Timur. Kemudian posisi Bambang digantikan Whisnu.
"Jadi seperti Bu Risma di tahun 2010, Rasiyo-Abror akan menang tanpa diduga-duga," lanjut Herlina.
Meski begitu, Herlina yang juga Ketua Komisi A Bidang Hukum DPRD Surabaya mengakui, figur Rasiyo belum terlalu populer. Tidak seperti calon lain, yang lebih dulu diketahui tingkat keterpilihannya sebelum maju menjadi bakal calon.
"Rasiyo justru sebaliknya, akseptabilitasnya belum diketahui karena belum pernah muncul dalam polling. Kalau Abror, Sukoto, kan sudah tahu elektabilitasnya, sedang Rasiyo belum diketahui," ucap alumnus jurusan Psikologi dari Universitas 17 Agustus (Untag) Surabaya ini.
Herlina memperkirakan, dalam kurun waktu empat bulan sebelum Pilkada serentak digelar, duet Rasido bisa membalik keadaan. "Demokrat dan PAN akan all out menggalang dukungan. Saya sangat yakin dengan elektabilitasnya nanti," sambung Herlina.
Kendati demikian, guna mewujudkan keyakinan itu, Herlina perlu mengingatkan mereka harus terus bekerja keras, dan segera melakukan konsolidasi dengan PAN serta partai-partai lain, yang bersedia mendukung pasangan Rasido.
"Jika target PDIP menang 93 persen tidak terpenuhi, itu kekalahan pertama. Dan apabila nantinya Rasiyo-Abror yang menang, akan menjadi kekalahan kedua bagi PDIP," sindir Herlina.
Herlina mengatakan, keyakinannya pasangan Rasido menang dalam pilkada bukan tanpa alasan. Sebab, pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2013 lalu, duet diusung Partai Demokrat dan PAN, yakni Soekarwo-Saifullah Yusuf, menang di Surabaya. Padahal, Surabaya merupakan basis massa PDI-Perjuangan.
"Surabaya kan lumbung (massa) PDIP, tapi pada Pilgub lalu kan yang menang KarSa (Soekarwo-Saifullah Yusuf). Kita akan buktikan lagi pada Pilkada Surabaya nanti," tutup Herlina.