Depan mahasiswa, kepala BNPT bicara penanganan terorisme
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius mengingatkan mahasiswa mengenai bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Menurutnya, mahasiswa adalah ujung tombak bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius mengingatkan mahasiswa mengenai bahaya penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Menurutnya, mahasiswa adalah ujung tombak bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mantan Sekretaris Utama Lemhanas ini mengatakan, negara Indonesia berdiri karena idealisme dari para pemuda pada saat itu. Untuk itu wawasan kebangsaan perlu untuk selalu diingatkan dan disampaikan keseluruh tenaga pendidik dan mahasiswa yang nantinya akan menjadi sumber informasi bagi masyarakat di sekitarnya.
-
Di mana banjir terjadi di Jakarta? Data itu dihimpun hingga Jumat 15 Maret 2024 pada pukul 04:00 WIB. "Kenaikan status Bendung Katulampa dan Pos Pantau Depok menjadi Siaga 3 (Waspada) dari sore hingga malam hari serta menyebabkan genangan di wilayah DKI Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji dalam keterangan tertulis, Jumat (15/3).
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang diumumkan oleh BPBD DKI Jakarta? Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mengumumkan, cuaca ekstrem berpotensi melanda Ibu Kota hingga 8 Maret 2024.
-
Mengapa Museum BNPT dibangun? Museum ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
-
Apa tujuan dibangunnya Museum BNPT? Nantinya, museum yang terletak di kawasan Sentul, Bogor, Jawa Barat ini bertujuan untuk menceritakan perjalanan dan sejarah terorisme di Indonesia.
"Identitas diri jangan sampai hilang dari bangsa ini, jangan pernah dilupakan Sumpah Pemuda, kita merdeka dengan modal idealisme yang kuat dan bermodalkan bambu runcing," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/5).
Suhardi memberikan kuliah umum dengan tema "Resonansi Kebangsaan dan Bahaya radikalisme" di auditorium di Universitas Negeri Padang (UNP), Padang, kemarin. Menurut Suhardi, anak sekarang tidak bisa di doktrin wawasan kebangsaan hanya dengan pola-pola lama.
Untuk itu, lanjutnya, pola pendidikan kebangsaan perlu disampaikan dengan cara-cara yang lebih inovatif. Untuk mendalami wawasan kebangsaan tidak hanya menggunakan akal dan logika, tapi juga hati.
"Termasuk dalam penanganan terorisme juga perlu mendapatkan sentuhan hati yang lembut dan ikhlas. Seperti sebuah kegiatan Silaturahmi Kebangsaan Satukan NKRI yang mempertemukan para mantan narapidana aksi terorisme dengan para penyintas beberapa waktu lalu, itu kita lakukan dengan hati," jelasnya.
Lebih lanjut, mantan Kapolda Jawa Barat ini, menyebutkan kegiatan silaturahmi yang mendapatkan apresiasi dari kalangan internasional tersebut bisa terjadi karena menggunakan pendekatan hati, bukan intervensi. Karena sumber masalah orang-orang yang termakan oleh paham radikal sangat kompleks, mulai dari masalah pendidikan, social, agama, dan lain sebagainya.
"Oleh karena itu penanganannya juga harus melibatkan seluruh kementerian. Apalagi saat ini BNPT sudah mendapatkan arahan dari Presiden untuk mengkoordinasikan 36 Kementerian dan Lembaga terkait penanggulangan terorisme," ujarnya.
Rektor UNP, Ganefri mengingatkan bahwa provinsi Sumatera Barat yang terlihat adem dari masalah radikal terorisme belum tentu steril dari bahaya paham ini. Karena dengan kecanggihan teknologi yang ada saat ini semua bisa diakses termasuk propaganda kelompok radikal terorisme.
"Tujuan kami yang pertama melihat kerja BNPT dalam menanggulangi terorisme sangat inovatif. Wilayah Sumatera Barat yang terlihat adem tidak tertutup, terbebas dari virus-virus radikalisme," ujar Ganefri.
Lebih lanjut Ganefri menambahkan aksi BNPT yang bisa mempertemukan para mantan narapidana terorisme dengan para penyintas maupun keluarga sangat luar biasa. Begitu juga dengan beberapa inovasi-inovasi lain pola kerja BNPT yang menggunakan metode soft approuch.
"Kami sangat mengapresiasi pola tersebut. Berbeda dengan penanggulangan di negara lain yang kebanyakan main 'sikat saja'. Saya selalu mengikuti perkembangan BNPT dengan pola-pola penanggulangannya tanpa kekerasan," tandasnya.
Baca juga:
BNPT: Duta damai jaga dunia maya dan dunia nyata dari radikalisme
Waspadai upaya kelompok radikal susupi generasi muda
BNPT pelajari cara Amerika intai seseorang terlibat jaringan teroris
Lawan radikalisme, Suhardi minta ketahanan nasional terus diperkuat
Indonesia dan Singapura tingkatkan kerjasama atasi terorisme
BNPT: Kita cegah agar generasi muda tidak terpapar paham radikal