Di KAA, Jokowi bakal singgung konflik Yaman dan ISIS
Di KAA, Jokowi juga bakal gaungkan komitmen dukung kemerdekaan Palestin
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diharapkan dapat memanfaatkan momentum di Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-60 pada tanggal 19-24 April besok. Momentum itu yakni bentuk peningkatan eksistensi Indonesia dalam kawasan regional maupun internasional, salah satunya yakni kontribusi dalam penyelesaian konflik Timur Tengah.
Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto pun mengamini dalam pembahasaan KAA besok, Indonesia akan menyinggung permasalahan konflik Yaman dan ISIS. Hal itu juga sebagaimana disampaikan oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, kemarin.
"Kemarin sudah terima dubes OKI, di situ disuarakan harapan mereka bahwa Indonesia bisa ikut sumbang lakukan kontribusi tentang masalah Yaman. Kontribusi yang dilakukan tidak semata-mata kekuatan militer atau ekonomi tapi jalankan norma dan kerangka institusional termasuk perdamaian dunia," ujar Andi Widjajanto di Mabes TNI Cilangkap, Kamis (16/4).
Meskipun dalam penyelesaian itu tetap kewenangan PBB, kata Andi, pemerintah akan memaparkan beberapa inisiatif-inisiatif penyelesaian konflik di depan negara yang hadir KAA.
"Pada prinsipnya, tetap dengan yang digabungkan oleh PBB dalam penyelesaian konflik. Indonesia akan lakukan beberapa inisiatif-inisiatif karena Indonesia negara dengan penduduk muslim terbesar," ujarnya.
Kepercayaan OKI kepada Indonesia, kata Andi, juga dalam penyelesaian ISIS. Menurut Andi, mengapa Indonesia dipercayakan demikian lantaran negara-negara luar yakin solusi yang dipaparkan lebih kombinasi defentif.
"Iya, karena Indonesia dinilai sebagai suatu negara yang relatif berhasil untuk melakukan kombinasi defentif, preventif dan keamanan untuk terorisme. Kami andalkan pada budaya, agama, dan deradikalisasi. Itu yang mereka tangkap," ujarnya.
Andi menambahkan, sejak dulu Indonesia sudah memiliki prinsip diplomasi yang diandalkan untuk jaga stabilitas keamanan dunia. Prinsip itu berlandaskan Piagam PBB dan dalam KAA yang dirumuskan dengan dasasila Bandung.
"Yang pasti Indonesia punya prinsip diplomasi yang diandalkan untuk jaga stabilitas, pertama berlandaskan piagam PBB, di KAA kita punya dasasila Bandung, berbekal pengalaman diplomasi untuk stabilitas maka Indonesia diterima banyak negara bukan karena kekuatan militer atau ekonomi tapi Indonesia menawarkan norma-norma bersama yang bisa diterima negara-negara bersengketa. Kita pernah jalankan peran itu dengan baik untuk perdamaian kamboja, bagaimana jaga thailand dan kamboja itu akan diperkuat diplomasi Indonesia," papar Andi.
Diketahui, Indonesia dalam penyelenggaraan KAA nanti akan mendeklarasikan kemerdekaan Palestina. "Nanti akan difinalkan, pembahasan di NY sudah 90 persen untuk munculkan deklarasi dukungan untuk Palestina. Untuk Indonesia, ketika KAA 1955 ada keinginan memerdekakan bangsa-bangsa asia. Satu pekerjaan rumah yang tersisa dari KAA 1955 adalah Palestina. Jadi Indonesia gaungkan lagi komitmennya untuk merdekakan Palestina," pungkasnya.