Diiming-imingi jajanan, 6 remaja pria asal Sumenep dicabuli guru
Para korban yang merupakan teman sepermainan itu pun tak menolak bujukan dari sang guru.
Enam remaja pria asal Sumenep mendatangi Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ditemani ayah salah dari 6 remaja ini, mereka mengadukan perbuatan tak senonoh yang dilakukan oleh guru mengaji di Pasongsongan, Sumenep, Jawa Timur.
Ahmad Rizali orangtua dari korban MR (14) mengatakan, kasus pelecehan seksual yang menimpa anaknya itu sudah terjadi sejak lama. Pelaku M Salimudin Nafa (45) yang juga tetangga korban awalnya mengiming-imingi korban dengan tawaran jajanan.
Para korban yang merupakan teman sepermainan itu pun tak menolak bujukan dari sang guru. Tak jarang dua di antara korban bahkan kerap ditelepon pelaku.
"Mereka dibujuk dan ditawarkan jajanan dan anak-anak ini pun menghampiri pelaku itu," ujar Rizali di Kanto KPAI, Jakarta Pusat, Senin (25/7).
Nelayan asal Sumenep ini menuturkan, para korban kerap digerayangi tubuhnya saat sedang menginap di musala. Tak jarang pula pelaku menyembunyikan barang-barang milik korban agar korban menghampiri dan melakukan tindak pelecehan seksual.
"Mereka sedang menginap di musala, malam-malam digerayangi. Kadang sendal, arloji, buku anak-anak diumpetin biar mereka datang sendiri ke si pelaku," ungkap Rizali penuh emosi.
Dari enam korban yakni MR (14), AG (17), GR (18), SA (14), TG (16), dan AM (16) dua di antaranya menjadi korban pelecehan seksual sejak usia SD. Namun, para korban enggan melaporkan kepada orangtua lantaran mereka diancam dikeluarkan dari sekolah. Hal ini karena selain guru mengaji, pelaku juga anggota komite sekolah tempat para remaja ini bersekolah.
"Kalau dua korban lain itu memang di telepon sengaja suruh datang dan dilecehkan. Kalau enggak ada mereka ini ya gantinya teman-teman yang lainnya," cerita Rizali.
Pria usia 40 ini mengatakan kasus ini akhirnya terungkap setelah salah satu korban mengadukan perbuatan tak senonoh pelaku terhadap orangtuanya. Kemudian saat pelaku tengah menjalankan aksinya di Balai Desa warga pun langsung menggerebek pelaku.
"Jadi dia sedang berada di ruangan tertutup balai desa. Lama digedor akhirnya didobrak dan terbukti sedang melakukan dengan salah satu anak. Malam harinya dia mengaku melakukan dan menyatakan damai dan berjanji tidak akan melakukan mengulang perbuatan yang sama," tutur Rizali.
Sebelum kasus itu terungkap, Rizali mengaku ada perubahan sikap dari anak sulungnya itu. MR menjadi semakin agresif dan tak lagi bermain di sekitar rumahnya. MR lebih sering bermain dengan teman-temannya yang rumahnya jauh dari lingkungannya karena merasa malu menjadi korban pelecehan seksual.
"Perbedaanya jadi susah nurut, gampang marah, dia malu dan menjauh dari lingkungan. Padahal dulu anak saya penurut," tandasnya.