Gagal panen karena kemarau, warga Gorontalo terpaksa alih profesi
Banyak yang memilih menjadi buruh bangunan hingga tukang ojek. Kaum ibu juga membantu suami dengan menjadi PRT.
Sejumlah warga khususnya yang bermukim di wilayah pegunungan di Kota Gorontalo, terpaksa beralih profesi dari petani menjadi buruh. Penyebabnya lantaran hasil pertanian mereka tidak bisa diandalkan karena lahannya kekurangan air.
Anwar Edi, salah seorang warga yang bermukim di pegunungan Gorontalo, mengatakan, saat ini dia bersama rekan-rekannya memilih melakoni pekerjaan menjadi buruh bangunan. Sebab bila tidak dilakukan, maka mereka tidak mendapat penghasilan.
"Untuk menopang kebutuhan keluarga khususnya untuk rumah tangga, kami terpaksa bekerja menjadi buruh bangunan," kata Anwar, seperti dilansir dari Antara, Selasa (28/7).
Anwar mengatakan, selain menjadi buruh bangunan, ada sejumlah warga tadinya bertani banting setir bekerja menjadi karyawan toko, pengemudi bentor (becak motor). Bahkan kaum ibu banyak yang terpaksa menjadi pembantu rumah tangga.
Sunu Antu, salah seorang warga lainnya mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, dia terpaksa menjadi pengemudi bentor. Dia nekat melakukan hal itu meskipun belum lancar mengemudi dan bahkan tidak mempunyai surat izin mengemudi (SIM).
Sunu mengatakan, saat ini areal perkebunan sudah mulai kering. Tanaman cabai dan tomat tidak bisa diandalkan, sedangkan keluarga harus ditopang sebanyak lima jiwa, sehingga dia harus beralih menjadi pengemudi bentor.
"Kalau saya hanya mengandalkan hasil kebun, maka tentunya tidak akan mencukupi untuk memenuhi keperluan rumah tangga," kata Sunu.
Maryam M, seorang warga lainnya mengatakan, sejak tiga pekan dia sudah bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Hal itu dilakukan buat membantu suaminya yang juga beralih pekerjaan dari petani menjadi buruh bangunan.
Maryam menambahkan, biasanya buat menopang kebutuhan rumah tangga, setiap pekan dia menjual hasil berkebun seperti cabai, tomat, bawang, pepaya, pisang, ubi dan kelapa. Namun karena musim kemarau, hasilnya jauh dari memuaskan.
"Sejumlah ibu rumah tangga saat ini bekerja menjadi pembantu pada keluarga yang berkecukupan," kata Maryam.