Gara-gara papan tulis, guru matematika bikin murid meringis
Sang murid kini mengaku trauma dan tak mau sekolah.
Hanya gara-gara menghapus tulisan di papan tulis, seorang siswi SMP 15 Palembang berinisial NA (13) menjadi korban penganiayaan oleh guru matematika berinisial SF. Korban diduga ditampar, ditendang, dan diseret ke kantor kepala sekolah oleh SF.
Berdasarkan data yang didapat dari laporan diterima polisi, Kamis (11/3), peristiwa itu terjadi saat jam pelajaran matematika di sekolah berada di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, Selasa (1/3) pukul 15.30 WIB. Sementara orangtua korban baru mengetahuinya beberapa hari ini setelah korban bercerita.
Dalam laporannya, ibu korban, Reni (36) mengatakan, SF beralasan emosi karena anaknya menghapus papan tulis. Guru itu menempeleng kepala bagian belakang korban.
Kemudian, pelaku menendang bahu kiri korban hingga memar. Tendangan itu dibuktikan dengan dari adanya bekas telapak sepatu pelaku di baju korban.
Tak puas menganiaya di hadapan murid yang lain, pelaku menyeret korban ke ruangan kepala sekolah. Di sana korban ditinggal seorang diri, sementara pelaku kembali mengajar di kelas korban.
Kasat Reskrim Polresta Palembang, Kompol Maruly Pardede, mengatakan, laporan korban sudah diterima dan akan segera diusut. Buat melengkapi penyelidikan, pihaknya masih menunggu hasil visum dokter terhadap luka memar dialami korban.
"Sedang kita proses, terlapor akan kita panggil untuk diperiksa," kata Maruly kemarin.
Terungkapnya kasus dugaan penganiayaan itu lantaran NA tak mau lagi berangkat sekolah. Dia mengaku trauma dan malu kepada teman-temannya karena merasa tak lagi punya harga diri.
Curiga dengan sikap korban, keluarga mendesaknya untuk menceritakan apa yang terjadi. Sebab, di rumah dan di lingkungan rumahnya tidak terjadi hal buruk menimpa korban.
Betapa kagetnya orangtua ketika mendengar pernyataan korban. Ternyata, korban tak lagi ingin sekolah karena dianiaya guru matematika di dalam kelas.
"Kami kaget kok bisa begitu. Pas ditanya, masalahnya cuma gara-gara menghapus papan tulis," kata ibu korban, Reni.
Reni mengaku sudah menemui pelaku buat menanyakan pengakuan anaknya. Namun, Reni dibuat emosi karena pelaku menjawabnya dengan sikap acuh dan merasa tak bersalah.
"Dia (pelaku) bilang waktu itu sedang naik darah. Dia tidak merasa bersalah, seenaknya saja bilang begitu," ujar Reni.
Beberapa hari lalu, sambung reni, pihak sekolah mendatangi rumahnya di Jalan Tembok Baru, Lorong Melati, Kecamatan Seberang Ulu II, Palembang, buat berdamai. Namun, Reni menolak karena terlanjur kecewa dengan sikap guru matematika itu.
"Begitu ya guru sekarang. Seenaknya saja sama anak muridnya, ditempeleng, diterjang, terus diseret-seret. Nah, ini mereka mau berdamai," ucap Reni.