Ginjal balita Zhidan bocor, orangtua kesulitan biayai pengobatan
Zhidan juga pernah akan dibuang sang ibu ke hutan.
Zhidan Firmansyah (4) balita warga Dusun Sumberejo, Desa Besowo, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri divonis dokter mengidap penyakit sidroma nefatik atau istilah umumnya gangguan pada ginjal alias ginjal bocor.
Balita yang pernah mau dibuang ibunya yang kini meninggalkannya itu, hanya tergolek di rumah lantaran orangtua tak mampu membiayai pengobatan. Soyoto (36) sang ayah tidak memiliki biaya untuk berobat anaknya.
Suyoto tergolong keluarga di bawah garis kemiskinan. Mereka tinggal di rumah yang relatif kecil, dengan ukuran hanya 4 kali 6 meter persegi. Dinding rumahnya pun hanya terbuat dari triplek berwarna hijau. Suyoto tinggal bersama orangtuanya yang sudah berusia lanjut yakni, Mbah Bayem (73).
Kasri (41) bibi Zhidan menuturkan, keponakannya divonis oleh dokter mengidap penyakit ginjal bocor sudah dua minggu. Gejala awal badannya panas, dingin dan perutnya membesar.
"Saat awal sakit, badannya panas dan juga dingin. Perutnya membesar seperti seseorang yang sedang sakit kembung. Karena khawatir terjadi apa-apa, kami lantas membawanya ke Rumah Sakit Umum Daerah Pelem, Pare. Setelah melalui pemeriksaan, ternyata dokter mendiagnosis ginjal Zhidan bocor," kata Kasri dengan sedih, Kediri, Jumat (2/1).
Karena penyakit yang diidap Zhidan tergolong berbahaya, pihak rumah sakit menyarankan agar dia diopname. Akan tetapi, Suyoto tidak memiliki biaya untuk rawat inap anaknya.
Dengan berat hati, sang ayah memilih alternatif rawat jalan untuk anaknya. Suyoto yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, mengaku tidak sanggup mendapatkan uang untuk biaya perawatan Zhidan di rumah sakit.
"Untuk makan sehari-hari saja, kadang diberi ibu. Dengan penghasilan yang tidak menentu dari buruh tani, jelas tidak sanggup apabila Zhidan harus opname. Saya akhirnya memilih supaya anak saya dirawat jalan saja, yang penting mendapatkan obat," kata Suyoto.
Penderitaan Zhidan tidak sampai di sini saja. Sejak 7 bulan, dia sudah ditinggalkan oleh ibunya. Sang ibu kabur dari rumah dan sampai sekarang tidak ada kabarnya. Suyoto, ayahnya sudah berulang kali menghubungi nomor telepon istrinya, namun nomor tersebut sudah tidak aktif.
Menurut cerita Kasri, sewaktu kecil, Zhidan pernah akan dibuang oleh ibu kandungnya. Saat itu, dia menangis. Ibunya merasa kesal kemudian hendak membuangnya ke hutan. Untung saja, Suyoto mampu meredam amarah sang istri. Hingga akhirnya Zhidan tidak sampai dibuang oleh ibunya.
Penyakit yang diidapnya membuat perut Zhidan membesar dan kakinya membengkak. Bahkan, besar kaki Zhidan kini hampir menyamai dengan kaki ayahnya.
Zhidan hanya bisa merintih kesakitan. Derita yang dialami Zhidan ini membuat ayah dan neneknya bersedih. Mereka hanya bisa meluapkan rasa kesedihaanya dengan menetaskan air mata.
Pihak keluarga berharap, Zhidan bisa berobat ke rumah sakit dan penyakitnya mendapat penanganan medis yang layak. Keluarga sangat berharap pemerintah membantu biaya pengobatan Zhidan di rumah sakit, agar segera sembuh.
Terpisah, Kepala Desa Besowo Sumariono mengaku keluarga Zhidan sebenarnya sudah mengurus program kesehatan BPJS, sebagai syarat berobat ke rumah sakit.
Akan tetapi, pengurusan kartu sehat tersebut saat ini masih dalam proses. Pihaknya berencana mengumpulkan pada kepala dusun (kasun) untuk menggalang dana bantuan biaya berobat Zhidan.
"Nanti malam saya akan kumpukan para kasun. Saya berniat menggalang dana meminta sumbangan ke warga. Setelah terkumpul kita sumbangkan ke keluarga Zhidan supaya bisa berobat ke rumah sakit," janji Sumariono.