Girder jatuh, 3 orang diperiksa dan pembangunan LRT terancam molor
Dampak jatuhnya girder yang menimpa rumah warga dini hari tadi membuat penyelesaian pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang terancam mundur. Pemerintah setempat meminta rumah yang dekat dari lokasi proyek untuk dikosongkan sementara.
Dampak jatuhnya girder yang menimpa rumah warga dini hari tadi membuat penyelesaian pembangunan Light Rail Transit (LRT) Palembang terancam mundur. Pemerintah setempat meminta rumah yang dekat dari lokasi proyek untuk dikosongkan sementara.
Hal itu diungkapkan Gubernur Sumsel Alex Noerdin saat mengecek lokasi jatuhnya girder akibat crane terbalik di Simpang Jakabaring Palembang, Selasa (1/8). Menurut dia, waktu penyelesaian awalnya ditargetkan Januari 2018, namun bisa mundur karena diperlukan cara agar proyek tetap berjalan normal.
"Ya mau bagaimana lagi jika memang terhambat. Tapi, kami akan meminta agar pembangunan dipercepat nantinya," ungkap Alex.
Menurut Alex, pengerjaan proyek sudah sesuai standar operasional prosedur (SOP). Hanya saja, rumah di sekitar masih dihuni padahal sudah diingatkan untuk dikosongkan sementara.
"Ini musibah, baru kali ini terjadi, padahal sudah berjalan selama satu setengah tahun. Kita minta pemilik kosongkan rumahnya dulu jika lagi ada pengerjaan," ujarnya.
Terkait dengan ganti rugi bagi rumah yang rusak, Alex menyerahkan sepenuhnya kepada pihak kontraktor. Meski demikian, dirinya meminta Kepolisian mengusut kasus ini untuk mengetahui adanya kelalaian atau tidak.
"Kita tunggu saja. Untuk korban sudah dibolehkan pulang," pungkasnya.
Sepuluh karyawan PT Waskita Karya (Persero) menjalani pemeriksaan di kantor polisi, terkait kejadian ini. Kapolresta Palembang Kombes Pol Wahyu Bintono Hari Bawono mengungkapkan, dari total yang bakal diperiksa, baru tiga karyawan yang sudah diperiksa. Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui adanya kelalaian yang dilakukan atau tidak.
"Ya, bakal ada sepuluh orang. Untuk sementara baru tiga orang yang diperiksa, semuanya dari Waskita," ungkap Wahyu.
Dari pemeriksaan awal, kronologi kejadian berawal dari operator dua crane Andri dan Bachtiar yang mengangkat girder. Ketika girder sudah di atas, salah satu crane yang dibawa Andri landasan aspalnya amblas dan kemudian crane terjungkal ke depan. Setelah crane pertama terjungkal, crane kedua tidak mampu mengangkat girder sehingga terjatuh menimpa dua rumah warga.
"Olah TKP sudah, tinggal hasil Puslabfor. Setelah itu kita analisis lagi," pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, lantaran tanah pijakan tak kuat, crane crauler yang mengangkut girder (steel bok) LRT di zona lima Simpang Jakabaring Palembang terbalik dan menimpa rumah, Selasa (1/8) pukul 03.00 WIB. Sedikitnya delapan warga mengalami luka-luka akibat musibah itu.
Begitu gerder sudah di atas, aspal yang menjadi landasan crane seberat 70 itu retak sehingga membuat crane terjungkal dan diikuti boom crane seberat 80 ton terjatuh.
Dua rumah milik keluarga Syaiful hancur tertimpa steel bok. Seisi rumah menjadi korban. Mereka adalah Syaiful (pemilik rumah), Eliana (60) luka di kepala, Fifi (28), Andri (32), dan empat anak-anak, masing-masing Ilmi (8), Fitri (8), Athala (2), serta Rahma (2).
Seluruh korban dibawa ke rumah sakit untuk menjalani perawatan karena mengalami luka serius. Saat kejadian, mereka sedang tertidur lelap dan evakuasi cukup sulit dilakukan.