Gubernur Bali malu murid SD di Denpasar belajar lesehan di kelas
Untuk belajar, siswa-siswa SD tersebut membawa tikar dari rumah sebagai alas untuk duduk lesehan di kelas.
Gubernur Bali I Made Mangku Pastika melakukan inspeksi mendadak untuk memantau langsung keadaan para siswa di SD Negeri 3 Sesetan, Denpasar. Mereka belajar lesehan setelah ramai diberitakan media.
Pastika yang datang sekitar pukul 10.00 Wita itu langsung menuju ruang kelas yang digunakan oleh anak-anak kelas II, yang saat itu tengah belajar beralaskan tikar dan meja kecil dibawa dari rumah masing-masing.
"Malu ini. Ini tidak boleh terjadi," katanya kepada para guru dan Kepala SD setempat, seperti diberitakan Antara, Kamis (02/10).
Dengan menunjukkan raut muka kecewa, Pastika mengaku ingin membelikan bangku dan meja belajar bagi para siswa sekolah dasar itu.
"Saya saja yang belikan. Saya pribadi yang belikan (meja dan bangku)," ucapnya. Dia juga menolak diwawancarai wartawan.
Orang nomor satu di jajaran Pemprov Bali itu seakan terpukul melihat kenyataan memprihatinkan itu di sekolah yang justru berada di pusat Ibu Kota Provinsi Bali.
Hanya sekitar 10 menit berada di sekolah itu, gubernur kemudian berlalu meninggalkan ruang sekolah yang terletak di Jalan Tukad Buaji tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Eddy Mulya mengatakan siswa kelas I dan II yang belajar di lantai itu karena penjadwalan sekolah.
"Kami akan segera menjadwal ulang. Anak-anak ini semula belajar siang, kemudian dijadwalkan pagi. Kalau sekolah pagi jelas, kesiapan sarana belum siap. Tetapi kalau kembali jadwal siang, tentu tidak jadi masalah," katanya.
Sedangkan kesiapan guru untuk mengajar hingga sore, Eddy mengaku para guru tidak ada masalah terkait hal itu. "Guru kelas itu mengajar di kelas, saya kira guru tidak ada masalah," katanya.
Ketua Komite SDN 3 Sesetan, Wayan Dudik mengaku telah melakukan uji coba terhadap anak-anak kelas II untuk masuk pagi meskipun kenyataannya ruang kelas tidak mencukupi.
"Ini uji coba biar semua (masuk) pagi, kemudian ada masalah. Kalau tidak berhasil, akan dikembalikan lagi ke (masuk) siang," katanya.
Sebelumnya kepada wartawan, Rabu (1/10), Dudik menyatakan bahwa para siswa khususnya kelas II belajar di lantai sebagai dampak dari pemberlakuan kurikulum 2013 yang menambah jam pelajaran siswa dari empat jam menjadi enam jam.
Sebelum kurikulum 2013, siswa kelas I pulang pukul 10.00 wita dan siswa kelas II masuk sekolah pukul 10.00 Wita dan pulang pukul 11.30 Wita dengan sistem bergiliran menggunakan ruangan yang sama.
"Sekarang tidak bisa seperti itu karena mereka (kelas I) pulang pukul 11.30 Wita. Kalau dipaksa (siswa kelas II) masuk sekolah pukul 11.30, bisa pukul 16.00 Wita baru pulang. Kasihan anak-anak dan guru-guru juga tidak mau pulang sore," katanya.
Mengingat para siswa masuk sekolah pagi dan tidak adanya ruang kelas mencukupi, maka pihak sekolah menggunakan ruangan yang tidak representatif dan tidak memiliki bangku.