Hasil investigasi BKSDA, kandang Kebun Binatang Bandung tak terurus
Banyak pihak meminta dalam 30 hari ke depan harus ada perubahan signifikan di Kebun Binatang Bandung.
Tata kelola Kebun Binatang Bandung banyak dikeluhkan masyarakat. Bahkan muncul petisi dari komunitas SaveBandungZooProject di website www.change.org.
Hasil investigasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Jawa Barat menyebutkan tata kelola Kebun Binatang Bandung masih buruk. Banyak kandang tidak diurus dengan baik oleh pengelola.
"Kandang lain banyak yang tidak terurus. Sebagian besar memang (tidak terurus)," kata Kepala BBKSDA Provinsi Jabar Sylvana Ratina, di pintu I Kebun Binatang, Bandung, Kamis (12/5).
Surat teguranpun sudah dilayangkan pada Yayasan Margasatwa Tamansari yang selama ini dipercaya mengelola Kebun Binatang Bandung. Tidak main-main, imbauan itu meminta dalam 30 hari ke depan harus ada perubahan signifikan di Kebun Binatang Bandung.
Salah satunya perbaikan sarana dan prasarana di dalam Kebun Binatang. Saban hari kedatangan ribuan pengunjung sudah tentu perbaikan tersebut mutlak dilakukan untuk keamanan dan kenyamanan. Selanjutnya, teguran untuk menjaga kesehatan para hewan. Bahkan muncul petisi dari komunitas SaveBandungZooProject di website www.change.org untuk perbaikan kebun binatang ini.
Untuk diketahui Yani, gajah betina asal Sumatera tersebut mati lantaran tidak ada dokter yang menangani. Yani sudah tak berdaya sejak sepekan ke belakang dan menghirupkan nafas terakhir pada Rabu (11/5) petang.
Jika beberapa poin tidak dilakukan pengelola, BBKSDA mengancam akan mengambil seluruh satwa yang ada di Kebun Binatang Bandung. "Seluruh satwa ini milik negara," tandasnya seraya menegaskan petugas akan memonitor perbaikan Kebun Binatang dalam 30 hari ke depan.
Ketua Yayasan Marga Satwa Tamansari Bandung Dadang Danu Miharja tampak membela diri. Menurutnya Kebun Binatang Bandung kerap dibersihkan saban harinya. Kalaupun terlihat kotor karena warga yang melempar makanan seenaknya.
"Pagi dibersihkan, sore juga dibersihkan. Kami selalu memperhatikan kebersihan," ungkap Dadang. Kalaupun Yani mati, dia mengakui, bahwa tindakan medis yang diambil terlambat. Selama ini pengelola tidak memiliki dokter tetap, melainkan panggilan.