Ini cara Presiden Soeharto pilih 2 Jenderal calon Kapolri
Proses pemilihan Kapolri saat itu selesai. Jika saat itu Kunarto memilih Jenderal Pamudji, mungkin sejarah akan lain.
Pergantian Kapolri selalu menyisakan cerita menarik. Proses pemilihan orang nomor satu di Korps Bhayangkara oleh presiden juga selalu beragam. Namun sosok yang tepat akan dipilih sesuai kondisi keamanan negara saat itu.
Ada kisah menarik bagaimana Presiden Soeharto memilih calon Kapolri. Saat itu Soeharto akan mengganti Jenderal Awaluddin Djamin dengan Kapolri baru.
Untuk mendapatkan masukan, Soeharto memanggil ajudannya, Kombes Kunarto.
"Kun, Awaludin akan diganti. Pamudji atau Anton Metro. Lebih baik yang mana?" Kata Soeharto.
Kunarto kaget mendengar pertanyaan Presiden Soeharto. Dia langsung memeras ingatannya. Kebetulan Kunarto mengenal dua sosok calon Kapolri yang merupakan seniornya itu.
"Bapak merasakan apa yang harus dibenahi? Kalau Jenderal Pamudji kuat di bidang administrasi, kalau Jenderal Anton kuat di operasional," jawab Kunarto.
Soeharto terdiam. Dia seperti bergumam. "Kalau zamannya seperti ini, yang dibutuhkan tentu yang bisa mengamankan negara," katanya.
"Jadi kalau Anton kuat di operasional ya?" Pak Harto menegaskan kembali.
"Inggih Pak," jawab Kunarto. Kisah itu diceritakan Kunarto dalam biografi Jenderal Antin Soedjarwo koleksi Museum Polri.
Pertemuan pagi itu berakhir. Satu jam kemudian Kunarto melihat sebuah surat dari Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dengan disposisi Setneg. Isinya singkat dan padat: PROSES ANTON.
Artinya Anton yang dipilih Pak Harto menjadi Kapolri. Anton yang dimaksud adalah Mayor Jenderal Anton Soedjarwo yang saat itu menjabat Kapolda Metro Jaya. Anton dibesarkan di Korps Brimob dan dikenal tegas.
Nah, tanpa sepengetahuan Pak Harto, Kuntoro mengopi surat itu. Dia menyampaikan kabar baik itu pada Anton di Polda Metro Jaya.
"Ini bener Dik. Terima kasih Dik!" gembira benar Anton menerima kabar itu dari Kunarto. Sang ajudan presiden yang junior Anton cuma berpesan agar merahasiakan kabar baik itu dulu, jangan sampai tersebar ke luar karena masih rahasia.
Proses pemilihan Kapolri saat itu selesai. Jika saat itu Kunarto lebih memilih Jenderal Pamudji, mungkin sejarah akan lain. Bisa jadi bukan Anton Soedjarwo yang terpilih. Maka bisa dikatakan saat itu calon Kapolri ditentukan oleh seorang perwira menengah. Walau tetap keputusan akhir di tangan Soeharto.
Jenderal Anton Soedjarwo dilantik menjadi Kapolri bulan Desember 1982 dan menjabat hingga tahun 1986.
Sementara itu, Kunarto menyusul menjadi Kapolri tahun 1991 hingga 1993.
-
Kapan Presiden Soeharto biasanya berangkat ke kantor? Pak Harto Terbiasa Berangkat ke Kantor Jam 09.00 Atau Jam 10.00 WIB Pagi harinya dia akan bekerja di Jl Cendana, seperti memanggil menteri atau memeriksa laporan dari para pejabat.
-
Kapan Soeharto hampir diracun? Di Blitar Selatan, TNI juga menggelar Operasi Trisula. Saat Itulah, Soeharto Mengaku Sempat Mau Dibunuh Dengan Racun Tikus
-
Kapan Soeharto mendapat gelar Jenderal Besar? Presiden Soeharto mendapat anugerah jenderal bintang lima menjelang HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) ke-52, tanggal 5 Oktober 1997.
-
Kapan Soeharto bertugas di Sulawesi Selatan? Soeharto dan keluarga BJ Habibie sudah saling kenal dan dekat sejak tahun 1950. Kala itu, Soeharto berdinas di Sulawesi Selatan dan kebetulan rumah BJ Habibie tepat di depan markasnya, Brigade Mataram.
-
Siapa yang berencana meracuni Soeharto? Rupanya tamu wanita yang tidak kami undang itu berencana meracuni kami sekaluarga," kata Soeharto.
-
Apa yang dilakukan Soeharto saat rombongan presiden akan melintasi Jalan Tol Semanggi? Di tol Semanggi, tiba-tiba Soeharto menepuk pundak ajudannya, Kolonel Wiranto. "Wiranto, Beri Tahu Polisi itu Kendaraan di Jalan Tol, Tidak Perlu Dihentikan." Mereka itu membayar untuk jalan bebas hambatan, bukan malah disetop gara-gara presiden mau lewat," kata Soeharto. "Kalau Mereka Dibiarkan Jalan Pelan-Pelan kan Tidak Mengganggu Rombongan."
Baca juga:
Selangkah lagi Tito jadi Kapolri, ke mana Budi Gunawan berlabuh?
Kisah Presiden Soekarno promosikan AKBP langsung jadi Kapolri
Berkali-kali Kapolri minta jenderal Polri tunduk kepada Tito
Pengamat sebut Tito Karnavian punya semua syarat sebagai Kapolri
Buat polemik, UU Kepolisian diusulkan direvisi