Ini sosok copilot Trigana yang jatuh di Papua di mata sang istri
Lisensi atau sertifikat izin terbang Co-Pilot dari Federal Aviation Administration (FAA) milik suaminya sempat hilang.
Rosnila (40), merupakan istri almarhum Co-Pilot Trigana Air, Ariadin Falani yang meninggal dunia dalam kecelakaan di Papua. Dirinya mengatakan kalau lisensi atau sertifikat izin terbang dari Federal Aviation Administration (FAA) milik suaminya sempat hilang.
"Sebelum melamar jadi pilot, lisensi FAA-nya sempat hilang. Saya bantu dia untuk mencarinya dan memperoleh kembali sertifikatnya," kata Rosnila saat ditemui dikediamannya, Perumahan Kenari B1 No 11, Kelurahan Tanah Baru, Kota Bogor, Jawa Barat, seperti dilansir Antara, Rabu (19/8).
Rosnila mengatakan, suaminya sangat ingin bekerja di penerbangan yang menjadi cita-citanya dari kecil. Pada usia lima tahun pernikahannya atau tujuh tahun silam, suaminya melamar pekerja di PT Trigana Air setelah mengantongi lisensi FAA yang sempat hilang.
"Suami saya melamar di Trigana Air dan langsung diterima sampai sekarang sudah tujuh tahun bekerja disana," katanya.
Dia mengatakan, suaminya lulus strata pertama jurusan ekonomi di Universitas Persada Indonesia YAI, Salemba. Lalu suaminya mengambil sekolah penerbangan di Sounthwind, Texas, Amerika Serikat, hingga mengantongi sertifikat FAA.
Ariadin tidak langsung bekerja di dunia penerbangan, setelah menikah dengan Rosnila yang berprofesi sebagai konsultan lingkungan. Bapak tiga anak itu mengawali karirnya dengan melakoni berbagai pekerjaan, termasuk menjadi sales.
"Suami saya itu orang yang tekun, saat menjadi sales dia pernah berkata, menjadi sales adalah sekolah hidup. Ia punya prinsip dalam pekerjaan, apapun pekerjaan kita, tekuni dan tutup celah orang untuk marah kepada kita. Artinya bekerja maksimal, jangan sampai orang kecewa," katanya.
Fokus Pelajaran hidup dari suaminya sangat melekat terpatri di keseharian Rosnila yang memiliki sifat teledor, sementara suaminya sangat apik dan telaten. Setelah melahirkan anak kedua wanita berdarah Minang ini memilih fokus menjadi ibu rumah tangga sambil bekerja dari rumah membantu teman-teman yang membutuhkan konsultasi lingkungan.
Dirinya sangat mendukung keinginan sang suami yang ingin menjadi pilot. Ketika suaminya ingin mendaftarkan diri di salah satu maskapai penerbangan, mengalami kendala karena lisensi FAA-nya hilang entah kemana.
"Saya coba bantu mengupayakan untuk mengurus mendapatkan kembali sertifikat itu. Kebetulan suami saya lancar bahasa Inggris, kita coba buka situs FAA, ada informasi ketika lisensi hilang bisa diurus kembali," kata Rosnila mengenang masa-masa bersama suami.
Nila mengatakan, dengan modal sekitar 20 dolar Amerika untuk mengirim lisensi dari FAA ke Indonesia, akhirnya suami mendapatkan kembali sertifikat izin menerbangkan pesawatnya dan mengikuti pelatihan untuk mengasah kembali kemampuannya.
Ia mengatakan, sudah tujuh tahun suaminya bekerja di Trigana Air suaminya sangat menyukai perusahaan tempat ia bekerja. Meski harus terpisah dari anak dan istri saat bertugas menerbangkan pesawat jarak pendek milik Trigana Air.
"Kami selalu menjaga komunikasi, selepas bekerja sebelum istirahat suami saya selalu menelpon menanyakan anak-anak," katanya.
Izin Sebelum pesawat hilang kontak, Rosnila terakhir berkomunikasi dengan sang suami sehari sebelum pesawat dinyatakan hilang. Saat itu ia meminta izin suaminya untuk keluar rumah menghadiri persiapan pernikahan sanak saudaranya di wilayah Depok.
"Saat itu suami saya mengizinkan saya pergi dan berpesan untuk hati-hati dan cepat pulang ke rumah," katanya.
Nila (sapaan Rosnila) tidak menyangka pembicaraan tersebut menjadi komunikasi terakhir dirinya dengan suami. Minggu sore dia mendapat kabar dari perusahaan tempat suaminya bekerja bahwa pesawat yang ditumpangi suaminya mengalami hilang kontak.
Ariadin Falani adalah sulung dari tiga bersaudara pasangan Muniarti (61) dan Djaelani Saberah (73). Kakak dari Zaki (36) dan Eva KW (35) ini pergi meninggalkan tiga orang anak, yakni Aura Fadhilah R (10), Maysa Kyranina yang baru berulang tahun ketujuh dan Aiman Bahtiar Yazid (5).
Keluarga Ariadin telah tinggal di Kota Bogor baru delapan bulan, selama ini ia tinggal di kawasan Cileduk, Jakarta Selatan. Alasan ini juga yang membuat pihak keluarga ingin almarhum dimakamkan di tanah kelahirannya di Banjarbaru, Kota Banjarmasin.
Pesawat Trigana Air dengan nomor registrasi PK-YRN dan nomor penerbangan IL-257 "take off" dari Bandara Sentani Jayapura pukul 14.22 LT (local time/waktu setempat) dan diperkirakan tiba di Oksibil pada pukul 15.04 LT.
Pesawat Trigana Air PK-YRN kontak terakhir dengan Menara Oksibil pada pukul 14.55 LT. Pada pukul 15.00 LT Menara Oksibil kontak dengan pesawat, namun tidak ada jawaban. Pesawat dinyatakan jatuh di Pegunungan Bintang Provinsi Papua.
Pesawat tersebut membawa 49 orang penumpang terdiri dari 44 orang dewasa, tiga orang anak-anak dan dua orang bayi. Selain itu terdapat lima orang kru dalam pesawat, yakni Pilot Capt Hasanudin, Flight Officer Ariadin F, Flight Attendent Ika N, dan Dita A, Engineer Mario.