Irjen Umar soal mobil ditabrak: Orangtua bilang jangan simpan dendam
Kakor Sabhara Baharkam Polri, Irjen Pol Umar Septono tengah ramai menjadi perbincangan publik. Penyebabnya, mobil dinas yang ditumpanginya ditabrak pengendara lain hingga penyok saat tengah memantau arus mudik di Tol Cipali KM 120, Rabu 21 Juni lalu.
Kakor Sabhara Baharkam Polri, Irjen Pol Umar Septono tengah ramai menjadi perbincangan publik. Penyebabnya, mobil dinas yang ditumpanginya ditabrak pengendara lain hingga penyok saat tengah memantau arus mudik di Tol Cipali KM 120, Rabu 21 Juni lalu.
Bukannya marah, sang jenderal justru bertamu ke kediaman sang penabrak yang bernama Suyatim di Perumahan Pura Bojong Gede Tajur Halang. Hal ini sontak ramai menjadi perbincangan di dunia maya.
Jenderal polisi bintang dua itu mengaku sikap itu dilakukannya sebagai implementasi ajaran agama Islam yang dianutnya. Menurutnya, segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah SWT, bukan karena kehendak manusia.
"Misalnya kecelakaan itu, kan peristiwa Allah SWT yang menghendaki. Enggak ada yang mau itu terjadi," kata Irjen Umar saat berbincang dengan merdeka.com melalui sambungan telepon, Jumat (7/7).
Dia mengatakan di balik semua peristiwa ada maknanya. Karenanya, tiap orang harus pintar mengambil makna dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.
"Kalau kita pakai hawa nafsu misal saya marah ya enggak benar. Kan saya polisi. Saya pelayan masyarakat. Saya letakan dunia di tangan dan Allah segalanya bagi saya," katanya.
Suyatim dan istri ketakutan didatangi jenderal bintang dua
Mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat ini menjelaskan tujuan dirinya meminta sang ajudan memotret pelat dan mobil Suyatim usai menabrak adalah untuk diketahui identitas pemilik dan alamatnya. Sebab, dirinya berniat untuk mendatangi rumah Suyatim untuk bersilaturahmi.
"Karena belum tuntas saat kejadian situasi crowded dan saya harus meneruskan memantau mudik dan dia juga harus melanjutkan perjalanan mudik," katanya.
Saat mendengar dirinya hendak datang, istri Suyatim yang masih berada di kampung halaman di Surabaya sempat takut. Kemudian saat dirinya tiba, Suyatim pun terlihat ketakutan. Namun suasana kemudian menjadi cair setelah dirinya mengajak Suyatim ngobrol santai.
"Nah saat itu dia minta maaf, saya prinsipnya sebelum dia minta saya maafkan. Dari kecil saya prinsip seperti itu orangtua saya bilang jangan menyimpan dendam, karena ajaran Allah SWT enggak seperti itu," katanya.