Istana: Kita Harus Punya Kontra Narasi Buat Mengatasi Hoaks
Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodharwani membahas terkait kerasnya gelombang informasi hoaks yang bertebaran di masyarakat. Hal ini tidak lepas dari semakin tingginya tren penggunaan sosial media.
Deputi V Kantor Staf Presiden Jaleswari Pramodharwani membahas terkait kerasnya gelombang informasi hoaks yang bertebaran di masyarakat. Hal ini tidak lepas dari semakin tingginya tren penggunaan sosial media.
"Kalau kita melihat hal terakhir ini, saya rasa kehadiran media sosial ini selain kecepatan informasi instan, tapi juga kerapuhan dalam memotong, mem-framing, persoalan utuh yang harusnya bisa diketahui publik," tutur Jaleswari di kawasan Menteng, Jakarta Selatan, Minggu (3/11).
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa prakiraan cuaca di Jakarta hari ini? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di Jakarta dan Kepulauan Seribu cerah dan cerah berawan pada Sabtu (30/9).
-
Dimana letak Kota Tua Jakarta? Di jantung ibu kota Indonesia, tersembunyi sebuah permata sejarah yang tak ternilai—Kota Tua Jakarta.
-
Apa yang dilakukan Mies van Bekkum di Jakarta? Pada zaman dahulu, Mies van Bekkum datang ke tempat itu untuk menyatukan kembali keluarga Belanda yang terpisah akibat ditawan Jepang.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
Menurut Jaleswari, masyarakat kini lebih banyak kurang betah membaca informasi yang disajikan dalam bentuk panjang. Sementara mereka selalu mengonsumsi tulisan renyah, receh, dan singkat di sosial media yang mem-framing sesuatu dan kemudian diviralkan.
"Jadi ketelatenan kita melihat fakta terkesan tidak terjadi. Misalnya kita tahu hasil survei Burhanuddin Muhtadi, yang terpapar hoaks itu mereka yang pendidikannya tinggi. Pertanyaan kita, kenapa yang berpendidikan tinggi malah kena. Kominfo merilis ada 486 berita hoaks yang 296 itu persoalan politik, selama Pilpres 2019, 800 ribu situs memproduksi hoaks," jelas dia.
Secara umum, hoaks memang menjadi masalah di seluruh negara dunia, termasuk Amerika dan Jerman. Sementara di Indonesia, masyarakat masih terlalu meremehkan bahaya dari sejumlah karakter huruf yang diketik di Twitter tanpa sadar akibatnya, melihat pengalaman pahit sejumlah negara maju.
"Berita-berita yang tidak dapat klarifikasi, sehingga dipercaya sebagai kebenaran itu menjadi fakta sendiri. Kita tahu ini hal baru di pemerintahan ini. Kita harus punya kontra narasi yang harus cepat mengatasi. Kalau sudah 24 jam saja bisa terlambat dan itu dipercaya sebagai kebenaran," beber Jaleswari.
Dia mencontohkan sejumlah program di pemerintahan yang menjadi sasaran berita hoaks lantaran pembelahan dalam berpolitik. Dampaknya, banyak program populis yang akhirnya tidak sampai informasinya kepada masyarakat bawah.
"Dan hak-hak mereka ini jadi tertunda mendapatkannya. Misalnya KIS, KIP, rujukan kepada korban-korban maupun kepada perempuan korban di-grassroot, itu tidak tersampaikan dengan baik," terangnya.
Jaleswari mencontohkan saat kunjungannya ke Aceh untuk bertemu korban pelanggaran HAM masa lalu. Ketika membicarakan tentang pemberdayaan ekonomi lokal, bahwa ada program pemerintah gratis yang bisa diakses, masyarakat pun tidak tahu.
"Mereka tidak tahu informasi karena itu selalu disebarkan berita hoaks. Karena itu bukan program, itu bohong dari pemerintah, dan lain-lain. Jadi hoaks bukan hanya merugikan karena memecahbelah kita, tetapi juga mengabaikan, menunda hak yang harusnya didapatkan masyarakat di kalangan grassroot," Jaleswari menandaskan.
Reporter: Nanda Perdana (Liputan6.com)
(mdk/did)