Jangan Mudah Terpancing, Bentengi Diri dari Info Hoaks dan Adu Domba
Ulama serta para tokoh berpengaruh diminta terus mengingatkan masyarakat agar tidak mudah termakan hasutan dan upaya adu domba.
Ulama serta para tokoh berpengaruh diminta terus mengingatkan masyarakat agar tidak mudah termakan hasutan dan upaya adu domba. Terlebih saat ini bulan puasa masyarakat harus bisa menahan diri.
"Ketika ada berita hoaks, informasi menghasut, mengadu domba dan memprovokasi jadikan puasamu sebagai benteng," kata Presiden Lajnah Tanfidziyah (LT) Syarikat Islam Indonesia (SII), Muflich Chalif Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (22/4).
-
Apa yang ditemukan di Bekasi? Warga Bekasi digegerkan temuan kerangka manusia di sebuah lahan kosong. Polisi pun melakukan penyelidikan.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
-
Kapan Ayam Kodok menjadi makanan khas Jakarta? Menurut kisah, menu ini sudah ratusan tahun digemari warga ibu kota, bersamaan dengan kuliner legendaris lainnya yakni ikan gabus pucung dan sup daging sapi.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Dimana kerangka manusia ditemukan di Bekasi? Dia menjelaskan, kerangka manusia ditemukan di lahan Kosong Grand Wisata, Kampung Bulak Jambu, Tambun Selatan Kabupaten Bekasi pada pukul 17:00 WIB pada Rabu, 4 September 2024.
Menurutnya, dalam situasi seperti sekarang ini para tokoh harus menjadi contoh dan tauladan baik. Karena, lanjutnya, tak dapat dipungkiri masih ada pihak menebarkan kebencian, menebarkan caci maki dan saling mencela.
"Untuk itu marilah kita bersama-sama meningkatkan ketakwaan agar kita semua juga terbentengi dari hoaks, provokasi dan ujaran kebencian," tuturnya.
Muflich menambahkan bahwa sinergisitas para ulama dan umara harus terus dilakukan agar kebijakan diambil bisa lebih maksimal. Setelah itu para ulama bisa membantu mensosialisasikan ke masyarakat serta mengingatkan jangan mudah percaya informasi belum tentu kebenarannya.
"Jadi kewajiban kita untuk menyampaikan. Insya Allah masyarakat akan mudah mengerti dan mengikuti imbauan-imbauan pemerintah," ujarnya.
Terakhir, dia mengingatkan semua pihak bahwa memaknai puasa bukan sekedar menahan lapar dan haus. Namun lebih kepada memperbaiki hati, melatih, menyucikan, dan membersihkannya.
"Kalau puasa tetap mengadu domba, ghibah, menyebar fitnah tentu akan tidak bermakna," tandasnya.
(mdk/did)