Jangan tergiur iming-iming wanita cantik oleh ISIS
Perkembangan teknologi dimanfaatkan jaringan teroris untuk merekrut anggota baru. Hanya melalui chatting seseorang dengan mudah dicuci otaknya. Pola seperti ini juga dilakukan oleh ISIS. Mantan teroris yang telah bertobat Abdurrahman Ayyub menceritakan temannya warga Aceh dibaiat oleh organisasi sadis tersebut.
Perkembangan teknologi dimanfaatkan jaringan teroris untuk merekrut anggota baru. Hanya melalui chatting seseorang dengan mudah dicuci otaknya. Pola seperti ini juga dilakukan oleh ISIS.
Mantan teroris yang telah bertobat Abdurrahman Ayyub menceritakan temannya warga Aceh dibaiat oleh organisasi sadis tersebut di dunia maya. Orang itu tertarik bergabung karena kecanduan bermain game online.
Menurutnya, game yang dimainkan adalah perang. Dari sana ada komunikasi dan mulai diberikan janji-janji hadiah sehingga membuat penasaran. Pemain terlebih dahulu diberi hadiah senjata, granat, roket, RPG, dan lain-lain.
"Dari sinilah anak itu hampir berangkat ke Suriah. Dalam pengakuannya, dia sudah disiapkan tiket gratis, iming-iming gaji besar, serta disiapkan perempuan cantik," katanya dalam keterangan tertulis kepada merdeka.com, Rabu (21/9).
Dia menegaskan apa yang dilakukan ISIS sama sekali tidak dibenarkan oleh agama, terlebih berulang kali mereka berbuat keji. Tercatat beberapa orang yang ke Suriah justru mati konyol.
"Faktanya itu hanya mimpi. Beruntung anak ini sadar, meski empat temannya jadi berangkat dan sekarang sudah tewas di Suriah," ungkap mantan Ketua Mantiqi IV wilayah Australia Jamaah Islamiyah ini.
Jika seseorang telah terkena propaganda radikalisme dan terorisme, kata Abdurrahman, maka akal serta logikanya rusak. Dia mencontohkan saat terbawa pengaruh paham sesat saat menempuh ilmu di bangku STM.
Saat itu, Abdurrahman dibaiat beberapa kali mulai dari NII sampai Jamaah Islamiyah. Saat itu, dia menuruti permintaan pergi ke Malaysia, kemudian ke Afganistan selama 5 tahun tanpa diketahui orangtuanya.
"Jadi logika dan akal sehatnya dimatikan melalui doktrin-doktrin sesat mereka," kata Abdurrahman yang telah berkomitmen membantu pemerintah Indonesia menanggulangi terorisme.
Paling parah yang dilakukannya saat sang ayah meninggal dia sama sekali tidak mau tahu. Bahkan, ia juga tidak merasa ingin bertemu dengan orangtua dan keluarganya.
"Saat masih front saya mendapat doktrin, kalau mimpi keluarga itu adalah gangguan setan," imbuh pria yang pernah perang di Moro, Filipina Selatan dan Afganistan itu.
Untuk mencegah kejadian seperti ini, menurut Abdurrahman, peran keluarga sangat penting, khususnya dalam membentengi anak-anak dari paham radikalisme dan terorisme. Jika keluarga mampu mengarahkan dalam belajar agama, dia yakin anak-anak muda Indonesia akan kebal dari sasaran rekrutmen ISIS.
"Carilah guru atau ustaz yang benar-benar paham agama. Jangan sekali-kali membiarkan anak belajar dari ustaz google atau situs pencari apapun di internet," tandasnya.