Jejak dapur di Gua Pawon
Penemuan kerangka manusia purba dan beberapa benda lain diharapkan menjadi sumbangan buat ilmu pengetahuan.
Kawasan karst Citatah, Kabupaten Bandung Barat, selalu menjadi perhatian peneliti. Sebab, kegiatan penambangan pasir di sekitar kawasan itu semakin luas dan mengkhawatirkan.
Merdeka.com masih sempat berkesempatan menjelajah ke salah satu situs purbakala di sana, Gua Pawon. Sebab, konon di tempat ini pernah hidup orang purba, yang kabarnya menjadi cikal-bakal masyarakat dan peradaban Sunda.
Buat mencapai lokasi kini tidak terlalu sulit. Papan nama dan gapura besar sebagai penanda terpampang di depan jalan masuk. Lokasinya di pinggir Jalan Raya Cipatat.Jalan itu pun sudah lapis beton hingga kawasan Gua Pawon. Meski jalurnya turun naik, kita tak perlu khawatir. Hanya saja mesti waspada dengan jurang dan jalan yang sempit.
Tiba di sana, kita harus membayar uang masuk Rp 5500 per orang, dan tarif kendaraan. Setelah membubuhkan data diri dan tanda tangan, kami melangkah memasuki gua, ditemani seorang pemandi, Kang Hendi.Menurut Hendi dan dari paparan literatur, Gua Pawon tadinya berada di bawah permukaan laut. Seiring dengan pergerakan lapisan bumi memakan waktu ratusan juta tahun, perlahan naik.
Karakter dari karst adalah wilayahnya mempunyai banyak lubang. Menurut Kang Hendi, itulah sebabnya ada manusia tinggal di tempat itu di masa lalu.
"Menurut hasil penelitian, kemungkinan manusia yang hidup saat itu dari masa mesolitikum, preneolitik, dan neolitik," kata Kang Hendi.
Menurut Kang Hendi, penelitian dan penggalian di Gua Pawon dilakukan dalam dua tahap. Yakni pertama pada 2003, dan terakhir pada 2013. Sampai saat ini, lokasi penggalian bisa dilihat. Hanya saja dibatasi oleh sebuah pagar dirantai dan digembok. Kegiatan ekskavasi digelar karena awalnya para peneliti geologi menemukan batuan mirip dengan perangkat manusia purba."Dinamakan Gua Pawon karena waktu penggalian banyak ditemukan sisa makanan dan bagian dapur di dalam gua. Kalau bahasa Sunda-nya, dapur itu Pawon," ujar Kang Hendi.
Kendati begitu, kerangka manusia purba itu kini disimpan. Penemuan itu terbagi dalam beberapa tahap. Yakni serpihan tulang manusia berusia 600 tahun di kedalaman tanah 80 sentimeter. Kemudian, potongan tulang manusia berusia 7.300 tahun pada kedalaman tanah 120 centimeter, dan kerangka manusia Goa Pawon utuh berusia 9.500 tahun pada kedalaman 143 centimeter. Jasad itu yang kini dibuatkan replika dan disimpan di Gua Pawon.
-
Di mana Museum Karst Indonesia ini berada? Museum Karst Indonesia di Wonogiri merupakan satu-satunya museum karst yang ada di Indonesia. Museum ini terletak di Desa Gebangharjo, Pracimantoro, Wonogiri. Jaraknya sekitar 45 kilometer dari pusat Kota Wonogiri.
-
Mengapa Museum Karst Indonesia dibangun? Museum itu dibangun mulai tahun 2008 berdasarkan kesepakatan bersama antara Kementerian ESDM, Pemprov Jateng, serta Bupati Wonogiri.
-
Dimana Kawasan Karst Sangkulirang berada? Kawasan Karst Sangkulirang membentang hingga ke Kabupaten Berau dan menyatu dengan Karst Mangkalihat.
-
Dimana letak Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat yang mendunia? Kabupaten Kutai Timur memiliki bentang alam dan peninggalan sejarah yang mendunia. Namanya Bentang Alam Kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di situs Kartago? Dari Abad ke-3 SM Dilansir laman Arkeonews, arkeolog yang menggali situs Tophet, Kartago, mengumumkan temuan kumpulan persembahan untuk ritual itu.
Kang Hendi menyatakan, di dalam area gua pawon juga terdapat beberapa gua lain. Yaitu Gua Ketuk, Gua Peteng (peteng artinya samar-samar), dan Gua Barong. Hanya saja lokasinya sulit dicapai.
Gua Pawon pun mempunyai tiga jendela di bagian atas. Saat kita masuk pertama kali, akan disambut dengan populasi kelelawar yang menghuni gedung. Semerbak bau kotoran kelelawar pun menyeruak ke hidung. Namun saat ini, nampaknya tempat itu rutin dibersihkan supaya tidak terlalu mengganggu turis. Menurut Kang Hendi, di dekat Gua Pawon dahulu terdapat sebuah danau.Menurut penelitian, orang purba saat itu tidak hidup menetap di Gua Pawon. Hanya saja, lanjut Kang Hendi, di lokasi penggalian juga ditemukan sisa taring binatang sudah dilubangi, tulang belulang hewan, dan sampah dapur lainnya.
Bagi yang ingin menjelajah gua itu, Kang Hendi menyarankan dilakukan pada pagi hari. Sebab, saat matahari mulai terbit, sinarnya akan menembus liang-liang di gua dan terlihat indah.
Gua pawon juga kerap dijadikan lokasi berlatih panjat tebing. Hal itu terbukti dengan beberapa pasak cincin terpasang di dindingnya.