Kadinkes Tasikmalaya Sebut Siswa Meninggal Bukan Karena Vaksinasi
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangkat membenarkan bahwa ada seorang siswa SD yang meninggal dunia usai divaksinasi. Meski begitu, ia belum bisa memastikan bahwa penyebab meninggalnya siswa tersebut adalah akibat mendapatkan vaksinasi.
Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) di Kota Tasikmalaya, Senin (18/1) malam diketahui meninggal dunia di RSUD dr Soekardjo. Siswa yang diketahui berusia 10 tahun itu, sebelum meninggal diketahui menjalani vaksinasi Covid-19 pada Sabtu (16/1).
Berdasarkan informasi yang dihimpun, siswa tersebut sebelumnya sempat mengalami kejang-kejang dan mengalami penurunan kesadaran hingga akhirnya kritis pada Minggu (17/1). Siswa tersebut pun langsung dibawa ke RSUD dr Soekardjo untuk mendapatkan penanganan dan kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Senin (18/1) malam.
-
Apa saja gejala DBD pada anak? Gejala penyakit DBD atau demam berdarah dengue pada anak antara lain adalah sebagai berikut: Demam tinggi. Anak akan mengalami demam tinggi hingga mencapai 40°C selama 2-7 hari. Demam ini bisa memiliki pola pelana kuda, yaitu demam naik turun dengan fase kritis di saat suhu menurun.
-
Bagaimana cara mencegah DBD pada anak? Berikut ini adalah 8 cara mencegah DBD pada anak yang efektif: Mendapatkan vaksin dengue Mengenakan pakaian tertutup Memasang kelambu Memasang kawat kasa Menggunakan losion antinyamuk Menjaga kebersihan lingkungan Memberikan larvasida pada penampungan air Menanam tanaman pengusir nyamuk
-
Kapan biasanya gejala DBD muncul pada anak? Gejala flu ini biasanya muncul antara 1,5-10 hari setelah digigit oleh nyamuk DBD.
-
Apa yang dimaksud dengan DBD? Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering disalahpahami oleh masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa seseorang yang pernah terkena DBD tidak akan terinfeksi lagi karena sudah kebal terhadap virus dengue.
-
Kenapa DBD berbahaya untuk anak? DBD, atau demam berdarah dengue, adalah penyakit yang sangat berbahaya, terutama bagi anak-anak. DBD dapat menyebabkan gejala yang mengganggu dan bisa menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti syok, gagal organ, atau kematian.
-
Kenapa orang tua harus waspada terhadap gejala DBD pada anak? Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang berbahaya karena dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, para orang tua tak boleh menyepelekan gejala-gejala DBD yang terjadi pada sang buah hati.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangkat membenarkan bahwa ada seorang siswa SD yang meninggal dunia usai divaksinasi. Meski begitu, ia belum bisa memastikan bahwa penyebab meninggalnya siswa tersebut adalah akibat mendapatkan vaksinasi.
Usai menerima kabar meninggalnya siswa itu, Uus mengaku bahwa pihaknya langsung melakukan pengecekan, khususnya analisa dokter terkait penyebab kematiannya.
"Jadi pada awalnya korban itu diduga mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Sebelum dirawat kondisinya itu mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Saya juga sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif. Ketua (Komda) KIPI (Kota Tasik) dan (dokter) spesialis anak menyampaikan kepada saya, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui ada penyakit lain yang mendasarinya," kata Uus, Selasa (18/1).
Ia menjelaskan bahwa siswa tersebut diduga mengalami KIPI koinsiden setelah imunisasi, namun bukan akibat vaksinasi, tapi karena ada penyakit lain.
"Diduga korban saat vaksinasi Covid-19 sedang mengalami masa inkubasi serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD)," jelasnya.
Atas hal tersebut, Uus mengungkapkan bahwa pihaknya belum bisa dipastikan bahwa penyebab fatalitas kematiannya akibat vaksinasi Covid-19. Hasil kajian tim dokter, penyebab kematiannya adalah karena DBD.
"Konklusi medis ini bisa diambil karena ada hasil NS1 yang positif bahwa terinfeksi penyakit lain dan bukan dari vaksinasi Covid-19," ungkapnya.
DBD pada siswa itu, ditambahkan Uus, menyebabkan kerusakan di beberapa organ tubuh yaitu ensefalopati, kegagalan akut di hati yang ditandai SGOT dan SGPT sangat tinggi, dan terjadinya kegagalan akut pada liver ditambah encelopati yang menyebabkan kematian.
Dengan adanya siswa yang meninggal itu, Uus berharap agar masyarakat tidak menilai bahwa vaksinasi bahaya bagi masyarakat, khususnya anak. Apalagi anak tersebut meninggal dua hari setelah mendapatkan vaksinasi.
"Ini harus dipahami bahwa kejadian tersebut karena korban meninggal dunia telah memiliki penyakit yang mendasarinya setelah dua hari menjalani vaksinasi. Namun setelah masuk ke rumah sakit, anak tersebut hasil pemeriksaan laboratorium dan medis yang dilakukannya itu sudah sudah diketahui dan didahului penyakit demam berdarah," tutup Uus.
Baca juga:
Belasan Anak di Kupang Terjangkit Demam Berdarah
Berantas DBD, Warga Kudus Ciptakan Alat Sederhana Ini
Menderita DBD, M Kece Dirawat di Rumah Sakit
Ayahnya Terkena DBD, Baim Wong Minta Dukungan Doa dan Semangat
Kasus DBD Tangsel Naik Sepanjang Juli-November 2021
Kasus DBD di Tangerang Terus Meningkat, 350 Warga Terjangkit Selama Bulan Oktober