Kalend Oshin peletak dasar budaya ngobrol bahasa Inggris di Pare
"Sangat mungkin terjadi alumni jadi tukang becak, kan mereka butuh uang," kata Kalend.
Jangan kaget kalau anda ke Pare, Kediri, Jawa Timur, tiba-tiba disapa oleh tukang becak dengan bahasa Inggris. ‘Where will you go sir? To Mr Kalend, Singgahan?" Karena mereka mengira kalau para penumpang bus yang turun di tongkrongannya hampir dipastikan siswa-siswi yang sedang belajar di Kampung Inggris.
Mr Kalend yang dimaksud adalah Muhammad Kalend Oshin pendiri BEC (Basic English Course), lembaga kursus pertama berdiri di lingkungan kampung Berbahasa Inggris. Sementara Singahan adalah pedukuhan atau dusun, tepatnya Singgahan, Desa Pelem, Kecamatan Pare. Nama Mr Kalend sangat dikenal luas sebagai pendiri dan ‘teacher ‘ peletak dasar budaya Berbahasa Inggris.
"Sangat mungkin terjadi alumni jadi tukang becak, kan mereka butuh uang. Ini saja orang yang jual batagor, itu kan juga suka ngomong Bahasa Inggris. Yang jualan di muka sini biasa ngomong Bahasa Inggris. Modalnya itu-itu saja kan nggak masalah. Dia kan nggak serius kan main-main, dan bahasanya juga belum tentu benar betul," kata Kalend merendah kepada merdeka.com, Sabtu (29/11)
Kalend sebagai pribadi gigih yang kemudian mengantarkan kesuksesannya hingga sekarang. Kalimat-kalimatnya yang keluar selalu tegas, namun penuh kesantunan dan selalu berusaha merendah. Kendati hasil kerjanya sudah luar biasa, dia selalu menolak disebut sebagai orang di balik sukses Kampung Inggris.
"Itu (Kampung Inggris) sebuah gelar yang tidak jelas sumbernya. Saya sendiri belum dapat memenuhi. Saya takutnya banyak orang salah paham. Dikira semua orang di sini mahir berbahasa Inggris. Kan Kampung Inggris? Asosiasinya pasti penduduknya pintar-pintar Bahasa Inggris. Tebakan orang kan begitu, orang yang baru dengar," katanya.
"Maka alangkah mudahnya kalau di sini dipahami, dengan alasan banyaknya lembaga kursus, yang terhitung luar biasa banyaknya. Bayangkan di Pare, kota kecamatan kok tempat kursusnya ratusan. Itu kan luar biasa dibandingkan kecamatan lain di Indonesia, jumlah ini kan luar biasa," tuturnya.
Kampung Singgahan yang berbatasan dengan Desa Tulungrejo ini memang memiliki lebih dari 150 tempat kursus dengan geliat ekonomi yang menghidupi para penduduknya. Seiring waktu muncul aneka bisnis, seperti tempat kos, kaki lima, kafe, travel bahkan persewaan sepeda ontel (sepeda angin).
Namun yang paling unik adalah budaya komunikasi Berbahasa Inggris para penghuninya, yakni para siswa yang sedang belajar dengan masyarakat di sekitarnya. Penjaga warung atau para penjual dan pembeli terbiasa komunikasi dengan Bahasa Inggris. Kos-kosan juga didesain untuk para penghuni yang sedang belajar Berbahasa Inggris. Antar penghuninya sudah lazim bercakap-cakap tentang apapun dengan Bahasa Inggris.
Panggung pertunjukan rutin digelar yang menampilkan aneka bakat para siswa dari berbagai daerah. Biasanya digelar setiap minggu sebagai roleplay, tentunya dengan dialog Bahasa Inggris. Setiap siswa wajib memberikan penampilan. Kemudian di setiap kenaikan level mereka juga akan memberikan performance setiap kelas, begitupun saat perpisahan di akhir masa belajar mereka selama 9 bulan.
Kalend yang kelahiran Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur, itu mendirikan BEC pada 15 Juni 1977, setahun setelah menginjakkan kaki di Pare. Dia sempat belajar di Pondok Gontor, Ponorogo selama 4 tahun 9 bulan, namun harus keluar karena kehabisan modal. Ilmu bahasa Inggrisnya diperoleh dari Ahmad Yazid, tokoh dan kiai yang menguasai 9 bahasa asing.
Dari Kampung Inggris-Singgahan, Kalend, setidaknya telah mengajak tukang becak mau mencoba berbahasa Inggris.