Kasus Kematian Akibat Covid-19 di Garut Tertinggi di Jawa Barat
Sebanyak 30 persen kasus kematian terjadi pada Juni 2021. Pada bulan itu juga terjadi lonjakan kasus yang signifikan. Selama Juni melonjak enam kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
Kabupaten Garut menjadi wilayah tertinggi kasus kematian akibat Covid-19 di Jawa Barat. Angkanya mencapai 4,7 persen dari total jumlah kasus warga yang terkonfirmasi Covid-19 sejak awal pandemi di Kabupaten Garut.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Asep Surachman mengatakan, kasus kematian di Garut sudah mencapai 1.100 kasus.
-
Apa yang terjadi pada kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Kasus Covid-19 meningkat di Ibu Kota menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Bagaimana peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Nataru? Peningkatan kasus Covis-19 di DKI Jakarta aman dan sangat terkendali. Tidak ada kenaikan bermakna angka perawatan rumah sakit juga.
"Angka 1.100 lebih dari total kasus 23.000. Artinya ada 4,7 persen," kata Asep, Minggu (1/8).
Dari jumlah kasus kematian kasus itu, sebanyak 30 persen diantaranya terjadi pada Juni 2021. Pada bulan itu juga terjadi lonjakan kasus yang signifikan. Selama Juni melonjak enam kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.
"Penambahan kasus yang signifikan itu secara otomatis berdampak kepada tingkat kematian. Banyaknya kasus berdampak kepada kebutuhan bed di rumah sakit. Jadi kelabakan di rumah sakit," jelas Asep.
Kondisi rumah sakit dengan tingkat keterisian tinggi menyebabkan penanganan Covid-19 di Garut terhambat. Di sisi lain, tidak sedikit pasien Covid-19 di Puskesmas yang harus dirujuk ke rumah sakit namun masuk daftar tunggu. Akhirnya mereka baru bisa dirujuk setelah dua hingga tiga hari kemudian.
"Di sisi lain, kondisi pasien tersebut juga semakin memburuk. Alhasil, mereka masuk ke rumah sakit dalam kondisi yang sudah buruk. Jadinya terjadi kematian yang cukup besar," ungkapnya.
Penyebab lain, keterlambatan deteksi akibat rendahnya pemahaman masyarakat akan Covid-19. Salah satunya, saat merasakan gejala Covid-19 dianggap flu biasa. Ketika hendak memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, kondisinya sudah memburuk.
Faktor terakhir yang membuat tingkat kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Garut tinggi adalah keterbatasan alat kesehatan, terutama ventilator. Ketersediaan alkes di Kabupaten Garut masih minim. Kelengkapan yang ada tak bisa dibandingkan dengan di daerah lain.
"Di Bekasi atau Bandung misalnya, faskes dan alkesnya sudah mumpuni. Sementara di Garut terbatas. Semua bertumpu ke RSUD," katanya.
Saat ini Dinkes terus menggencarkan penelusuran dan pengetesan. Salah satunya saat ada pasien yang datang ke Puskesmas dengan gejala mirip Covid-19, akan langsung dites antigen untuk deteksi awal.
"Ketika dinyatakan positif, dalam 72 jam tim harus dapat melakukan tracing kepada minimal 15 kontak erat. Tujuannya agar yang OTG semua terdeteksi, jangan sampai mereka berkeliaran. Kita juga karantina mereka, awasi selama 14 hari. Kalau dia keluar, kontak dengan komorbid, kasus kematian akan terus terjadi," ucapnya.
Menurut Asep, kasus terkonfirmasi dan kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Garut saat ini mulai mengalami penurunan. Hingga Minggu (1/8), jumlah warga Garut yang terpapar virus corona mencapai 23.351 orang. Dari jumlah tersebut, 21.524 orang dinyatakan sembuh, 553 orang menjalani isolasi mandiri, 162 orang dirawat dan diisolasi di rumah sakit, dan 1.112 orang meninggal dunia.
(mdk/noe)