Keberanian Prajurit Sutarmono habisi 3 tentara Belanda di Irian
Rata-rata pasukan mendarat di puncak pohon setinggi 50 meter
17 Mei 1962, Letnan Udara Manuhua memimpin anak buahnya terjun di Klamono, Irian Barat. Mereka adalah salah satu pasukan Gerak Tjepat Angkatan Udara Republik Indonesia yang tergabung dalam Operasi Serigala.
Sama seperti operasi lain, pasukan ini pun kesulitan saat mendarat. Rata-rata pasukan mendarat di puncak pohon setinggi 50 meter. Banyak yang ditemukan dalam kondisi lemah dengan tulang yang patah.
Dari pasukan yang diterjunkan, hanya 15 orang yang bisa berkumpul di belantara Papua. Kondisi kesehatan pasukan tak begitu baik dan kekurangan makanan.
Topik pilihan: Sejarah Indonesia | Pahlawan Nasional
-
Di mana ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Bagaimana anggota TNI itu ditemukan? Anggota TNI dari kesatuan POM AD III/Siliwangi itu pertama kali ditemukan tergeletak berlumuran darah oleh warga di halaman bengkel mobil, Jalan Pangkalan 5, Kelurahan Ciketing Udik, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (29/3) sekira pukul 03.30 WIB.
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Kapan ledakan gudang amunisi TNI terjadi? Lokasi ledakan Gudang Amunisi Daerah (Gudmurad) Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) lalu menyisakan pertanyaan.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Apa yang terjadi pada anggota TNI di Bekasi? Seorang anggota TNI Angkatan Darat (AD) berinisial Praka S (27) tewas dengan luka-luka dan berlumuran darah di tubuhnya. Korban tewas setelah menjalani perawatan di Unit Gawat Darurat RSUD Kota Bekasi.
Hal ini dikisahkan dalam buku 52 Tahun Infiltrasi PGT di Irian Barat, Bertahan dan Diburu di Belantara Irian. Buku Terbitan Majalah Angkasa ini ditulis Beny Adrian dan diluncurkan di Jakarta, Jumat (25/4) lalu di Jakarta.
Letnan Manuhua membagi pasukannya jadi dua tim. Yang pertama untuk misi sabotase, sisanya stand by menunggu perintah.
Tim sabotase dipimpin Manuhua dibantu Sutarmono. Pengawalnya Angkow, Muis, Hamid Umar, Kusaeri, Suyatno dan Silitibun.
Mereka bergerak dalam hutan. Setelah berhari-hari, mereka menemukan kampung kecil berisi beberapa rumah dan gereja.
Pasukan kecil itu beristirahat semalam di sebuah gubuk di pinggir desa. Keesokan harinya seorang penduduk meminta mereka dengan ramah untuk pindah ke tempat yang katanya lebih aman. Manuhua dan pasukannya pun diberi makanan berupa pisang dan sagu.
Tanpa curiga mereka pindah ke tempat baru. Baru beristirahat sebentar, seorang anggota curiga. Lewat celah dinding dia melihat beberapa serdadu Belanda mendekat. Benar saja. Ini jebakan.
Pasukan Belanda memberondong gubuk itu dengan ratusan peluru. Rupanya gubuk itu sengaja disiapkan sebagai killing ground. Saking gencarnya, Sutarmono mengingat tembakan Belanda ibarat air yang disemprotkan dengan deras dari selang.
Prajurit Udara I Sugiyanto tewas dalam serangan ini. Kopral Muis tertembak di kaki.
Sutarmono menyelamatkan diri keluar gubuk. Dia melihat dua tentara Belanda memberondong gubuk dengan bren. Prajurit Udara I itu meraih senapan G3 miliknya. Dibidiknya dua Belanda itu.
Dor! Dor! Keduanya roboh ditembus peluru 7,62 mm dari senapan G3.
Sutarmono melihat seorang Belanda lain di dekatnya. Serdadu itu pun berhasil dihabisi. Sutarmono kemudian mengambil bren milik Belanda.
Namun kegembiraannya tak lama. Dia melihat komandannya Letnan Manuhua yang sudah terluka terus diberondong peluru oleh Belanda hingga tewas.
Walau berat Sutarmono terpaksa meninggalkan tempat itu. Dia menutupi tubuhnya dengan tanah dan daun-daunan. Demikian ahlinya Sutarmono hingga tak ketahuan Belanda yang lewat di dekatnya.
Sutarmono bisa bergabung dengan tim kedua yang stand by. Dia kembali masuk hutan. Namun beberapa hari kemudian pertempuran pecah. Dua orang rekan Sutarmono tewas, sementara dirinya dan tiga rekan ditangkap Belanda.
Dalam tahanan di Sorong, Sutarmono mengaku bernama Sutardjo. Namun kemudian dia ketahuan juga. Seperti tahanan lain, Sutarmono disiksa.
Dia mengingat yang paling kejam adalah polisi Belanda dari Jombang, Jawa Timur yang beristrikan wanita Belanda. Dia mengingat tak semua jahat, ada juga tentara Belanda yang bersimpati pada para gerilyawan.
Sutarmono baru dibebaskan dan dikembalikan ke tanah air tahun berikutnya saat tercapai gencatan senjata Indonesia-Belanda di bawah PBB.
Baca juga:
Sersan Mengko pertama kali kibarkan Bendera Merah Putih di Irian
Kisah heroik tentara makan sepatu untuk hidup di Papua
Danang tembak kucing, Letnan Sumo hancurkan tiga pesawat Belanda
Usai zaman Kalabendu, Herucokro tiba dengan prajurit kelabang