Kelangkaan Minyak Goreng Bisa Jadi Momentum Menuju Pola Hidup Sehat
Kelangkaan minyak goreng masih terjadi di Indonesia. Pakar kesehatan menilai kondisi ini bisa jadi momentum untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Kelangkaan minyak goreng masih terjadi di Indonesia. Pakar kesehatan menilai kondisi ini bisa jadi momentum untuk mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Profesor Ari Fahrial Syam mengatakan, kelangkaan minyak goreng bisa menjadi saat yang tepat untuk mengurangi konsumsinya.
-
Kapan minyak zaitun mulai menarik perhatian para peneliti dan ahli gizi? Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian ilmiah telah mengungkapkan berbagai manfaat diet minyak zaitun, yang berkisar dari melindungi jantung hingga memperpanjang umur.
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Kenapa makanan yang digoreng dalam minyak banyak berbahaya untuk kesehatan usus? Makanan ini dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan inflamasi, gas, dan kram perut.
-
Kapan minyak goreng akan membeku? Minyak goreng yang membeku biasanya terjadi pada saat berada pada suhu ruang yang lebih dingin, yaitu di bawah 24 derajat celcius.
-
Siapa yang mengatakan bahwa pengetahuan perkayuan dan pengeboran minyak suku Kalang perlu dikembangkan? Warisan Arkeolog Agus Aris Munandar mengatakan bahwa warisan pengetahuan perkayuan dan pengeboran minyak yang dimiliki suku Kalang perlu dikembangkan lebih lanjut.
-
Bagaimana para ilmuwan meneliti lukisan gua tersebut? Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Indonesia Adhi Augus Oktaviana menggunakan teknik yang disebut pencitraan seri U ablasi laser, yang menurut mereka dalam penelitian tersebut adalah “aplikasi baru dari pendekatan ini”.
"Sudah saatnya masyarakat mengurangi makanan yang digoreng. Mengurangi makanan yang digoreng berarti membuat pola hidup lebih sehat," kata Ari, Jumat (4/2).
Dia menjelaskan, terlalu sering mengonsumsi makanan yang digoreng dengan minyak goreng berisiko menaikkan kadar kolesterol dan mengakibatkan aterosklerosis, yaitu pembuluh darah menjadi lebih sensitif dan kaku. Dampaknya, risiko terkena penyakit jantung koroner ikut meningkat.
Bahaya Konsumsi Minyak Goreng Berlebihan
Senada dengan Ari, dokter spesialis penyakit dalam Adaninggar mengatakan minyak goreng sebagai salah satu sumber lemak jenuh yang berbahaya bagi tubuh jika dikonsumsi berlebihan. Karena itu, konsumsi makanan yang digoreng pun perlu dibatasi.
"Minyak goreng ini kan juga salah satu sumber lemak jenuh, lemak yang cukup berbahaya untuk tubuh. Sebenarnya kita dalam sehari itu ada batasannya untuk konsumsi minyak goreng," tutur dokter yang akrab disapa Ning.
Jika kandungan lemak jenuh dalam minyak goreng tinggi, dikhawatirkan akan meningkatkan kadar kolesterol buruk dalam darah yang disebut low-density lipoprotein (LDL). Efeknya adalah meningkatkan risiko berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung koroner.
Dianjurkan Kurang dari 5 Sendok Makan per Hari
Mengutip anjuran Kementerian Kesehatan mengenai pola hidup sehat salah satunya dengan memerhatikan asupan lemak yang hanya 67 gram atau setara lima sendok makan per hari untuk setiap orang. Ini artinya konsumsi minyak goreng tiap orang sebaiknya kurang dari lima sendok makan per hari karena asupan lemak juga datang dari lauk pauk yang dikonsumsi.
"Jadi kalau (minyak goreng) langka, ya pakai takaran sehat itu sekalian menghemat," ujar Ning.
Dia sepakat jika kelangkaan minyak goreng dijadikan momentum untuk mengubah gaya hidup jadi lebih sehat. Menurutnya, pola hidup sehat menjadi keharusan di tengah pandemi Covid-19, terutama bagi mereka yang masuk kategori rentan.
"Kalau tidak menjaga pola hidup sehat, kita bisa masuk dalam populasi rentan tersebut," katanya.
Populasi rentan yang dimaksud Ning adalah individu dengan komorbid seperti obesitas, diabetes, penyakit jantung dan lainnya. Kelompok rentan tersebut berisiko mengalami keparahan bahkan hingga kematian jika terinfeksi Covid-19.
Cara Mengolah Makanan
Tak hanya jenis makanan yang dikonsumi, cara mengolah makanan jadi salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menjalani pola hidup sehat, khususnya ketika mengurangi konsumsi makanan berminyak.
Memasak dengan cara mengukus dan memanggang bisa jadi pilihan. Keduanya efektif mengurangi penggunaan minyak goreng dalam mengolah makanan.
"Dikukus atau dipanggang itu lebih sehat karena mengurangi lemak juga," ucap Ning.
Meski demikian Ning mengingatkan bahwa makanan yang diolah dengan cara dipanggang pun tidak 100 persen sehat. Terlebih jika menggunakan arang. Bagian yang menjadi gosong ketika dipanggang sebaiknya tidak dikonsumsi.
Hal tersebut pun diutarakan Ari Fahrial. Dia juga mengingatkan agar bagian makanan yang hitam tidak dimakan karena bisa menjadi karsinogenik atau zat yang memicu pertumbuhan sel kanker.
(mdk/yan)