Kelompok JAD Masih Eksis Sebar Gerakan Radikal Via Medsos
Densus 88 Anti-Teror menangkap sejumlah terduga teroris di Kota Palangka Raya dan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. Ditenggarai mereka adalah bagian dari kelompok terduga teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD).
Densus 88 Anti-Teror menangkap sejumlah terduga teroris di Kota Palangka Raya dan Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, beberapa waktu lalu. Ditenggarai mereka adalah bagian dari kelompok terduga teroris Jaringan Ansharut Daulah (JAD).
Juru Bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan H Purwanto mengatakan, dalam pengamatannya sejauh ini pergerakan JAD masih eksis untuk menyebarkan paham radikal melalui media sosial. Untuk menyamarkan aksinya mereka juga kerap berganti nama.
-
Bagaimana peran Ditjen Polpum Kemendagri dalam menangani radikalisme dan terorisme? Ketua Tim Kerjasama Intelijen Timotius dalam laporannya mengatakan, Ditjen Polpum terus berperan aktif mendukung upaya penanganan radikalisme dan terorisme. Hal ini dilakukan sejalan dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme Tahun 2020-2024.
-
Kenapa Ditjen Polpum Kemendagri menggelar FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme? Direktorat Jenderal (Ditjen) Politik dan Pemerintahan Umum (Polpum) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Fasilitasi Penanganan Radikalisme dan Terorisme di Aula Cendrawasih, Kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah, Rabu (23/8).
-
Bagaimana cara mencegah tindakan terorisme? Cara mencegah terorisme yang pertama adalah memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar. Pengetahuan tentang ilmu yang baik dan benar ini harus ditekankan kepada siapa saja, terutama generasi muda.
-
Apa tujuan dari FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme yang diselenggarakan Ditjen Polpum Kemendagri? Lebih lanjut, Handoko berharap, FGD Penanganan Radikalisme dan Terorisme ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman dalam upaya penanganan penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Dengan demikian, nantinya dapat terbangun stabilitas sosial politik dan keamanan dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
-
Dimana serangan teroris terjadi? Serangan tersebut terjadi di gedung teater Crocus City Hall yang berlokasi di Krasnogorsk, sebuah kota yang terletak di barat ibu kota Rusia, Moskow.
-
Siapa saja yang terlibat dalam FGD tentang penanganan radikalisme dan terorisme yang diselenggarakan Ditjen Polpum Kemendagri? FGD melibatkan sejumlah narasumber dari berbagai instansi terkait. Mereka di antaranya Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Binda Jawa Tengah, Satuan Tugas Wilayah Densus 88, serta Sekretaris Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah.
"Jadi kenyataannya sekarang kelompok JAD ini masih eksis dalam penyebaran gerakan radikal via medsos," ujar Wawan dalam keterangan tertulis, Senin (17/6).
Menurutnya, penyedia platform media sosial seperti Youtube, Facebook dan lain-lain, harus ikut turun tangan terhadap radikalisasi via medsos. Selama ini, lanjutnya, Kominfo telah membendung masalah ini dengan memblokir, men-take down, dan meng-counter konten radikal terorisme. Namun faktanya konten itu masih berkeliaran bebas di medsos.
"Mereka (penyedia platform) seharusnya bisa memfilter sebelum konten radikal tersebut tersebar ke masyarakat. Apalagi masalah terorisme ini termasuk dalam kategori extraordinary crime," tutur mantan Pengamat Intelijen dan Terorisme ini.
Wawan menegaskan, radikalisasi via online melalui medsos sudah menjadi ancaman nyata sehingga perlu diwaspadai. Karena bagi kelompok radikal terorisme media sosial merupakan sarana efektif untuk merekrut dan melakukan indoktrinasi karena jangkauan yang luas.
"Dari beberapa kasus banyak pihak terpapar melalui medsos. Bai'at mereka (kelompok teroris) juga sudah via medsos. Bahkan mereka juga bisa melakukan tanya jawab jika mereka mengalami kesulitan dalam membuat bahan peledak. Sehingga rekrutmen sekarang ini tidak perlu tatap muka lagi," ungkap Wawan.
Terakhir, kata Wawan, perlu upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat termasuk juga lembaga pendidikan di semua jenjang terhadap pentingnya literasi digital anti-paham radikal secara berkelanjutan.
"Literasi digital ini harus berkelanjutan dan harus menyebar ke seluruh elemen masyarakat tentang bahayanya penyebaran paham-paham radikal melalui dunia maya atau media sosial," tandasnya.
Baca juga:
Polisi Dalami Keterkaitan 2 WNI yang Ditangkap di Malaysia dan Kelompok Teroris JAD
Wali Kota Anggap Wajar Bekasi Jadi 'Sarang' Teroris
Polri Sebut Anggota JAD Bekasi Berjumlah Belasan Orang
Sosok Pemimpin JAD Bekasi di Mata Tetangga
YM Direkrut JAD Bekasi untuk Merakit Bom dan Ahli Beladiri
Terduga Teroris EY Belajar Rakit Bom dari Internet