Keluarga korban AirAsia mulai marah dan tagih janji JK
"Terus, kapan ada perkembangan lagi? Sekarang sudah hampir jam lima sore (17.30 WIB)," kata Frengky dengan nada keras.
Tak mendapat informasi pasti terkait nasib penumpang AirAsia QZ 8501, keluarga salah satu korban bentak Kepala Kantor SAR di Surabaya, Jawa Timur, Hernanto, Senin (29/12). Apalagi, saat ini sudah menginjak hari kedua sejak pesawat yang dipiloti Iriyanto itu dikabarkan hilang kontak Minggu (28/12) pagi.
Keluarga korban yang kesal atas informasi itu adalah Frengky Candra, warga Mulyosari, Surabaya. Dia adalah kakak kandung Gani Candra, salah satu penumpang AirAsia QZ 8501.
Kemarahan Frengky itu terjadi usai dialog tertutup dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di ruang Crisis Center di Terminal 2 Bandara International Juanda Surabaya. Setelah JK meninggalkan lokasi, Frengky mendatangi meja Basarnas untuk meminta informasi perkembangan pencarian AirAsia. Di meja tersebut, ada Hernanto.
Kemudian, kepada Frangky, Hernanto menjelaskan tujuh area yang menjadi titik pencarian. "Pencarian dipusatkan di tujuh area. Dan, untuk perkembangannya, sampai saat ini belum ada laporan," kata Hernanto.
Hanya mendapat informasi itu, Frangky bertanya dengan nada keras. "Terus, kapan ada perkembangan lagi? Sekarang sudah hampir jam lima sore (17.30 WIB), apa akan dihentikan lagi?," kata Frangky dengan nada keras kepada Hernanto.
Dijawab oleh Hernanto, "Saya hanya menyampaikan, ini informasi dari Basarnas pusat," ucap pria berkacamata yang saat itu mengenakan baju batik warna coklat itu.
Frangky sendiri mengeluh, untuk mendapat informasi nasib AirAsia, dia harus rela bersusah paya mencari foto copy peta pencarian. "Saya ini belum mendapat penjelasan yang memuaskan, foto copy ini saja (peta area), saya meminta sendiri, tapi tidak ada perkembangan apa-apa sampai saat ini," ujarnya kepada wartawan.
Dia juga menagih janji JK, yang pernah menjanjikan kalau pemerintah siap menyediakan peralatan komunikasi lengkap agar seluruh keluarga korban bisa mengetahui secara langsung proses pencarian. Hanya saja, fasilitas itu bisa disediakan di tempat seperti hotel. "Wapres kan pernah menjanjikan akan menyediakan itu untuk keluarga korban, tapi mana?," tagihnya.
Franky juga mengungkap, saat berdialog dengan JK di ruang Crisis Center, keluarga korban juga tidak mendapat penjelasan pasti. "Obrolannya biasa-biasa saja, tidak ada yang penting, karena tidak ada penjelasan perkembangannya," ujarnya mengeluh.