Kemenkes Diminta Libatkan IDI Analisis Penyebab Tingginya Angka Kematian Covid
Wakil Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Slamet Budiarto meminta agar Kementerian Kesehatan melibatkan IDI untuk menganalisis penyebab tingginya angka kematian Covid-19. Sebab, Kemenkes memiliki data soal angka kematian.
Wakil Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Slamet Budiarto meminta agar Kementerian Kesehatan melibatkan IDI untuk menganalisis penyebab tingginya angka kematian Covid-19. Sebab, Kemenkes memiliki data soal angka kematian.
"Kami belum bisa melakukan analisis (faktor kematian), karena data itu ada di Kementerian Kesehatan harusnya secepatnya dilakukan analisis secara bersama-sama dan tentunya Kementerian Kesehatan melibatkan IDI untuk menganalisis hal tersebut," ujarnya dalam diskusi 'Suara Nakes untuk Indonesia', Sabtu (21/8).
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kapan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) resmi terbentuk? Tepat pada 24 Oktober 1950, IDI secara resmi mendapatkan legalitas hukum di depan notaris.
-
Kapan peningkatan kasus Covid-19 terjadi di Jakarta? Adapun kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 pertama di Indonesia diumumkan? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
"Belum, belum, dilibatkan (IDI), jadi angka kematian kita masih tertinggi dibanding luar negeri, per hari, per minggu," sambungnya.
Menurutnya, Kementerian Kesehatan punya sumber daya hingga ke daerah untuk mendapatkan data kematian. Kemudian, bisa mencari tahu faktor dominan tingginya orang meninggal karena Covid-19.
"Misalnya Jawa Tengah nih ada kematian, yang punya resources sampai Jawa Tengah kan Kementerian Kesehatan kenapa sih meninggalnya banyak sekali, atau di Jawa Barat atau Jawa Timur, kalau itu dilakukan saya kira bisa menekan," tuturnya.
Slamet mengingatkan, bahwa output penanganan pandemi Covid-19 sebenarnya adalah angka kematian. Menurutnya, tidak jadi masalah ketika orang terpapar virus selama bisa ditangani agar tidak meninggal.
"Mau seluruh Indonesia terinfeksi, pilek pilek saja jadi masalah gak? tidak jadi masalah. Tapi karena dia sakit, sesak, meninggal itu baru jadi masalah, jadi nomor satu adalah indikatornya adalah angka kematian," ujarnya.
Slamet menegaskan, bahwa angka kematian corona di Tanah Air masih terlalu tinggi. Dia mengibaratkan sudah lampu merah.
"Masih terlalu tinggi kita bandingkan dengan negara lain itu masih sangat tinggi, jadi istilahnya masih lampu merah, sudah lampu merah," pungkasnya.
Baca juga:
IDI Minta Pemerintah Tak Abaikan Angka Kematian Covid di Tengah Gencarnya Vaksinasi
Sri Mulyani Sebut Perubahan Iklim jadi Tantangan Global Selain Pandemi Covid-19
Pemprov DKI Masih Data Jumlah Anak Yatim Piatu Akibat Covid-19
Ade Yasin Ingatkan Fasyankes Kabupaten Bogor Tak Coba-Coba Mainkan Harga Tes PCR
Menparekraf Sandiaga Sebar 10.000 Beasiswa ke Anak Yatim Terdampak Covid-19