Kemenkes Harap Makin Banyak Obat Manfaatkan Bahan Baku Lokal
Selain itu, guna mendorong peningkatan TKDN untuk produk farmasi dalam negeri, pemerintah melalui Kemenkes juga menyusun rencana dan strategi (renstra) untuk mempercepat ketahanan industri sediaan farmasi nasional.
Plt Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Arianti Anaya mengatakan, Kemenkes terus menjamin penyerapan obat dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang tinggi.
“Dengan adanya aturan-aturan yang mendukung TKDN, diharapkan adanya pemanfaatan bahan baku lokal yang makin besar. Kami, tentunya akan menjamin pasar obat dalam negeri dengan TKDN tinggi,” katanya dalam Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi, Selasa (9/11).
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Mengapa kemacetan di Jakarta meningkat? Syafrin juga menuturkan peringkat kemacetan DKI Jakarta mengalami kenaikan. Sebelumnya peringkat 46, kini menjadi peringkat 29.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kenapa KEK Singhasari penting? KEK Singhasari berkonsentrasi pada platform ekonomi digital untuk bersinergi dengan perkembangan antara bisnis pariwisata dan ekonomi digital.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
Selain itu, guna mendorong peningkatan TKDN untuk produk farmasi dalam negeri, pemerintah melalui Kemenkes juga menyusun rencana dan strategi (renstra) untuk mempercepat ketahanan industri sediaan farmasi nasional.
Renstra tersebut menargetkan Indonesia dapat memproduksi 10 molekul atau Bahan Baku Obat (BBO), 10 alat kesehatan, dan 14 vaksin reguler sampai 2024.
“Sebagian besar masih impor dan ini menjadi sasaran target ke depan untuk diproduksi di dalam negeri,” ujarnya.
Untuk menarik investasi agar Indonesia dapat mencapai target produksi tersebut, Arianti mengatakan pemerintah akan membuat regulasi untuk memastikan bahwa produk kesehatan dalam negeri akan diserap oleh pengguna, seperti dokter, perawat, dan tenaga kesehatan mau menggunakan produk ini.
“Tentunya industri dalam negeri harus mampu membuat produk-produk yang berdaya saing, bukan hanya untuk dikonsumsi dalam negeri, tapi juga diekspor ke negara-negara lain,” imbuhnya seperti dilansir dari Antara.
Arianti meyakini, Indonesia akan mampu memenuhi target renstra 2024, karena memiliki banyak sumber daya alam (SDA) untuk diolah menjadi produk farmasi.
“Kita negara dengan SDA cukup banyak yang bisa dimanfaatkan, baik untuk bahan baku obat tradisional maupun obat kimia. Juga ada produk-produk biologi yang bisa kita kembangkan, tentu melalui kerja sama dengan akademisi dan BPOM, kita berkomitmen untuk mengembangkan produk-produk dalam negeri,” tutupnya.
(mdk/fik)