Kemenkes Sebut Ada Kemungkinan Perbedaan Hasil Tes Covid-19 Pembanding
Perbedaan hasil tes Covid-19 pembanding dengan tes awal ini bisa disebabkan sejumlah hal. Di antaranya, alat polymerase chain reaction (PCR) yang digunakan saat tes Covid-19 awal dan pembanding berbeda. Kemudian, reagen yang digunakan dalam pemeriksaan PCR berbeda.
Koordinator Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan, Imran Prambudi, mengatakan ada kemungkinan perbedaan hasil tes Covid-19 bagi pelaku perjalanan internasional, baik WNA maupun WNI yang menjalani karantina di hotel dengan tes pembanding di laboratorium. Perbedaan hasil tes Covid-19 ini bisa positif atau negatif.
"Ya, seberapa besar terjadi perbedaan hasil tes pembanding, kalau kami itu akan sangat mungkin," kata Imran dalam konferensi pers, Jumat (16/7).
-
Dimana para ilmuwan mengambil inti es yang berisi virus purba? Pada 2015 tim peneliti internasional menjelajah ke Gletser Guliya yang terpencil di Dataran Tinggi Tibet di Himalaya untuk mengumpulkan inti es sepanjang ratusan meter.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Bagaimana para peneliti menemukan virus tertua yang pernah ditemukan? Dalam sekuens mentah tersebut, mereka mencari sisa-sisa genom atau keseluruhan informasi genetik suatu organisme dari tiga jenis virus DNA: adenovirus, herpesvirus, dan papillomavirus. Dari analisis tersebut, para peneliti berhasil menemukan virus tertua yang pernah ditemukan.
-
Bagaimana para peneliti menemukan virus-virus tersebut di peternakan bulu? Tim peneliti internasional menggunakan teknik yang disebut pengurutan metagenomik, jenis analisis yang memeriksa seluruh sampel DNA dan RNA. Tim meneliti jaringan paru-paru dan usus dari 461 hewan.
-
Mengapa penggunaan tetes hidung saline efektif mengurangi penularan virus di rumah? Hasilnya sangat menjanjikan. "Kami menemukan bahwa anak-anak yang menggunakan tetes hidung saline memiliki gejala pilek selama rata-rata enam hari, sedangkan mereka yang mendapatkan perawatan biasa mengalami gejala selama delapan hari. Selain itu, anak-anak yang menerima tetes hidung saline juga membutuhkan lebih sedikit obat-obatan selama sakit," jelas Profesor Cunningham.
-
Bagaimana cara virus menyebar di dalam tubuh? Dalam tubuh manusia, virus dapat menyebar melalui udara saat seseorang yang terinfeksi batuk atau bersin, melalui cairan tubuh seperti darah atau air liur, serta melalui kontak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi virus.
Perbedaan hasil tes Covid-19 pembanding dengan tes awal ini bisa disebabkan sejumlah hal. Di antaranya, alat polymerase chain reaction (PCR) yang digunakan saat tes Covid-19 awal dan pembanding berbeda. Kemudian, reagen yang digunakan dalam pemeriksaan PCR berbeda.
"Belum lagi pada saat orangnya itu ambil swab kurang dalam atau terlalu dalam itu akan mendapatkan hasil berbeda. Jadi kemungkinan (perbedaan hasil tes) itu sangat pasti ada. Cuma seberapa besar, itu kita belum tahu," sambungnya.
Imran kemudian mencontohkan dirinya yang dinyatakan positif Covid-19 beberapa waktu lalu berdasarkan pemeriksaan swab antigen. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan ulang, ternyata hasilnya negatif Covid-19.
"Contohnya saya sendiri kemarin kan, swab antigen saya positif. Setelah saya lakukan konfirmasi lagi, ternyata saya negatif. Jadi ada sekali perbedaan itu," pungkasnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menegaskan, pelaku perjalanan internasional yang menjalani karantina di hotel berhak melakukan tes Covid-19 pembanding. Aturan ini tertuang dalam surat Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19.
"Di sini kami sampaikan, dari surat Kasatgas nomor B 84 a, setiap WNI, WNA yang melakukan karantina memiliki hak untuk melakukan tes pembanding," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB, Abdul Muhari dalam konferensi pers, Jumat (16/7).
Tes pembanding bagi WNA maupun WNI yang menjalani karantina di hotel bisa dilakukan di tiga laboratorium yang direkomendasikan pemerintah. Pertama, laboratorium Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Kedua, laboratorium Rumah Sakit Polri. Ketiga, laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo.
"Jadi kami harapkan dengan klarifikasi ini, tidak ada lagi pemberitaan yang menyebutkan bahwa WNI, WNA yang melakukan karantina atau dilarang untuk mendapatkan tes pembanding. Itu hak dari mereka dan itu kita jamin," tegasnya.
Sebelumnya, BNPB membantah terlibat dalam dugaan pemerasan terhadap pelaku perjalanan internasional yang menjalani karantina di hotel. Bantahan BNPB ini terkait tiga hal.
Pertama, BNPB tidak melakukan tes PCR kepada WNA maupun WNI yang menjalani karantina di hotel. Kedua, BNPB tidak terlibat dalam larangan bagi WNA atau WNI untuk mendapatkan tes pembanding. Ketiga, BNPB tidak menawarkan ambulans berbayar.
"Jadi ini penting buat kita untuk menjelaskan duduk masalah seperti apa sehingga mungkin opini publik yang menggiring seakan-akan BNPB yang melakukan PCR test itu perlu kita klarifikasi bahwa itu tidak benar," tegas Abdul Muhari dalam konferensi pers, Jumat (16/7).
Dia menjelaskan, di tengah pandemi Covid-19, BNPB yang juga selaku Satuan Tugas Penanganan Covid-19 berfungsi sebagai regulator bukan pelaksana aturan. Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Ganip Warsito telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2021 Tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional Dalam Masa Pandemi Covid-19.
Selain itu, Ganip Warsito juga menerbitkan addendum Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2021 yang memperpanjang masa karantina bagi pelaku perjalanan internasional. Dari sebelumnya hanya lima hari, kini naik menjadi delapan hari.
"Di sini saya tegaskan, implementasi di lapangan seperti pengambilan swab, PCR, ambulans, kemudian pengawasan atau tidak mengizinkan WNA, WNI yang dikarantina untuk mendapatkan tes pembanding itu bukan dari BNPB," ujarnya.
Abdul Muhari menyebut, pihak yang bertugas mengawasi pelaku perjalanan internasional saat masuk wilayah Indonesia adalah Kantor Kesehatan Pelabuhan di bawah koordinasi Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan. Tugas Kantor Kesehatan Pelabuhan dibantu oleh personel TNI dan Polri.
Dia menambahkan, saat ini, BNPB sedang memanggil manajemen hotel yang disebut dalam pemberitaan dugaan pemerasan terhadap pelaku perjalanan internasional yang sedang melakukan karantina. Pemanggilan ini untuk memastikan apakah benar ada oknum BNPB yang terlibat dalam kasus dugaan tersebut.
"Jika benar ada BNPB di situ, tentu saja secara internal melakukan investigasi, dari mana, dari unit eselon berapa dan kita tentu akan melakukan sanksi-sanksi sesuai dengan ketentuan hukum," ucapnya.
"Tetapi jika bukan petugas BNPB, tentu saja kita akan meminta manajemen hotel untuk mengklarifikasi ini hitam di atas putih. Karena sangat penting untuk kita bisa menjelaskan bahwa liputan yang diangkat menjadi laporan utama itu bukan berdasarkan dari interview yang dijelaskan oleh pihak hotel," tandasnya.
Baca juga:
BNPB Tegaskan WNA dan WNI saat Karantina Berhak Dapat Tes Pembanding
Abbott Produksi Alat Tes Covid-19 Antigen Anti Sakit
Kasus Covid-19 Melonjak, Neomed Indonesia Operasikan Layanan Drive Thru Test Station
Aturan Baru untuk Penerbangan dari Luar Negeri, Termasuk Penumpang di Tes PCR Ulang
BPKP Nilai Wajar Banyak Swab Antigen Murah di Bawah Harga Acuan Tertinggi
Warga Masuk Kota Palangka Raya Wajib PCR