Kenali anak Dyslexia, sulit membaca tetapi ber-IQ tinggi
Individu dyslexia yang berhasil di antaranya Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Tom Cruise, John Lennon dan lain-lain.
Pernah melihat anak-anak lasak yang susah membaca dan susah memahami huruf-huruf, atau bahkan sering terbalik-balik dalam berbicara, dan kosa kata yang digunakannya terkadang baku? Itulah yang disebut anak yang Dyslexia.
Dyslexia merupakan seseorang yang mengalami gangguan membaca, yang berupa kekurangmampuan mengenali simbol huruf, bentuk huruf, tulisannya jelek, membaca tulisan terkesan lambat.
"Namun anak-anak yang mengalami hal seperti itu, Inteletigency Qoertient (IQ) nya di atas rata-rata, namun jika IQ anak-anak yang seperti itu di bawah rata-rata maka itu baru dikatakan anak-anak yang memiliki kekurangan, atau bisa dibilang bodoh," ujar Sari Matualesy M PSi, Psikolog anak yang bekerja di Rumah Sakit Awal Bross Pekanbaru, kepada merdeka.com Minggu (22/12).
Menurutnya, anak yang dikategorikan Dyslexia itu bukanlah anak yang bodoh, selain itu anak tersebut kreatif dan inovatif. Bahkan banyak anak Dyslexia menjadi orang hebat, pemikir ulung dan menjadi profesor.
"Biasanya anak tersebut sulit konsentrasi saat belajar, kesulitan berbahasa di usia dini (speach delayed), kesulitan membaca, mengeja dan menulis saat sekolah usia sekolah dasar, juga kesulitan yang nyata dalam berhitung, terutama soal cerita matematika, anak yang mengalami tersebut bukan bodoh, tapi cerdas hanya belum diintervensi dengan tepat," ujar Sari Matualesy.
Anak yang mengalami Dyslexia Awareness, membuatnya lasak ke sana kemari, sehingga terkadang dinilai nakal dan bodoh, tapi kenyataannya berlawanan. Anak tersebutlah yang memiliki kemampuan berpikir lebih dari pada anak-anak lainnya.
Selain Sari Matualesy, rekan seprofesinya Syalwa MPSi juga mengungkapkan hal yang senada. Menurutnya anak yang mengalami Dyslexia itu anak yang cenderung kesulitan memikirkan simbol huruf dengan bunyi huruf yang akan dikatakannya.
"Contohnya huruf B tertukar dengan huruf D, saat dia diminta menulis kata 'Bola' namun yang ditulisnya 'Dola', 'Sabtu' ditulis menjadi 'Saptu', "ujar Syalwa.
Selain itu, kosa kata pun sering terbalik-balik diucapkan oleh anak yang mengalami Dyslexia, misalnya 'tertabrak' menjadi 'tertarbak', kecoak dibaca menjadi 'cekoak'.
"Dyslexia tidak disebabkan karena kebodohan, melainkan karena faktor genetik. Dyslexia disandang seumur hidup namun jika dikenali dini dan diintervensi dini, maka kelak menjadi individu yang berhasil. Individu dyslexia yang berhasil di antaranya Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Tom Cruise, John Lennon dan lain-lain," kata Syalwa.
Sedangkan untuk Di Indonesia, orang yang mengalami Dyslexia seperti Deddy Corbuzier, namun masih banyak orang Indonesia yang mengalami Dyslexia namun belum diketahui, karena di Indonesia tidak ada tes untuk orang-orang yang Dyslexia.
"Di luar negeri seperti di Inggris ada tes untuk orang-orang Dyslexia, nama tempatnya itu adalah Dyslexia Scerening test dikeluarkan oleh British Asosiation Dyslexia United Kingdom (Inggris)," kata Syalwa.
Maka dari itu, Sari Matualesy M Psi selaku Psikolog Riau yang sudah mengikuti seminar Dyslexia di Kuching Malaysia Konferensi Asia Pasifik tentang Learning Disorder, dia juga telah mengikuti Workshop Learning Disorder di Singapura. Sari mendirikan Asosiasi Dyslexia Indonesia (ADI) Cabang Riau. ADI dipimpin Dr Kristiantini Dewi SpA. Untuk di Riau, ADI Cabang Riau diketuai oleh Sari Matualesy.
"Kami membuat wadah untuk membimbing anak Dyslexia, kami berikan informasi kepada para orangtua yang memiliki anak ciri-ciri Dyslexia, agar tidak menyebut anaknya bodoh, kami siap menjadikan anak Dyslexia menjadi orang yang cerdas dan bisa belajar normal seperti anak lainnya, "ujar Sari.
ADI cabang Riau bisa ditemui di kantornya jalan Rindang nomor 16 B, Tangkerang Selatan Pekanbaru Riau, atau bisa menghubungi 0761 39636, atau email Dyslexiaindonesiariau@gmail.com, nomor hp 081334554147.