Kesaksian Para Pemburu Harta Karun Kerajaan Sriwijaya
Ratusan warga dari Kecamatan Cengal, Tulung Selapan dan Sungai Menang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, berduyun-duyun memburu harta karun yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Kegiatan ini mereka lakukan demi menyambung lantaran harga karet sebagai mata pencarian utama anjlok.
Ratusan warga dari Kecamatan Cengal, Tulung Selapan dan Sungai Menang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, berduyun-duyun memburu harta karun yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Kegiatan ini mereka lakukan demi menyambung lantaran harga karet sebagai mata pencarian utama anjlok.
Ratusan warga tersebut berburu di lahan pinggir milik salah satu perusahaan sawit di Desa Pelimbangan, Kecamatan Cengal. Desa itu sekitar dua jam dari ibukota kecamatan dengan kendaraan bermotor dan setengah jam dari Tulung Selapan melalui jalur sungai.
-
Di mana situs Kerajaan Sriwijaya ditemukan? Pemancing Temukan "Pulau Emas", Situs Kerajaan Sriwijaya Berusia 400 Tahun Situs kerajaan Sriwijaya pada zaman dahulu yang dikenal sebagai Pulau Emas telah ditemukan para pemancing lokal yang melakukan penyelaman malam hari di Sungai Musi, Sumatera Selatan.
-
Siapa yang meyakini penemuan situs Kerajaan Sriwijaya? Sean Kingsley, arkeolog maritim asal Inggris meyakini penemuan tersebut, termasuk temuan patung Buddha emas seukuran batu rubi yang bernilai jutaan dolar.
-
Kapan Tarian Gending Sriwijaya resmi ditampilkan? Resmi Ditampilkan Setelah melewati rangkaian percobaan, Tari Gending Sriwijaya resmi dibawakan pada tanggal 2 Agustus 1945 dalam rangka menyambut pejabat Jepang dari Bukittinggi.
-
Bagaimana Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan di perairan nusantara? Kerajaan Sriwijaya menguasai jalur perdagangan di perairan nusantara selama 400 tahun.Kota istana yang terletak di sekitaran kota Palembang juga dikenal sebagai “Venesia dari Timur”, terletak di arteri utama Jalur Sutra versi maritim.
-
Bagaimana Tarian Gending Sriwijaya ditampilkan? Tarian ini dibawakan oleh gadis Palembang untuk menerima tamu penting. Palembang tak hanya terkenal dengan makanan khasnya, melainkan juga tradisi dan budayanya yang begitu beragam dan unik. Salah satu budaya Palembang yang terkenal adalah Tari Gending Sriwijaya.
-
Dimana ditemukan keramik kuno peninggalan Kerajaan Sriwijaya? Keramik-keramik dari Negeri Cina kemudian menyebar ke kepulauan Nusantara pada masa Hindu-Budha. Hal ini berdasarkan penemuan keramik-keramik kuno peninggalan Sriwijaya.
Untuk menuju lokasi perburuan, warga harus melewati jalanan tanah yang rusak dan berdebu. Terik matahari tak menyurutkan niat mereka mencari penghidupan di musim kemarau.
Lokasi perburuan adalah Sungai Pelimbangan yang digali perusahaan akibat erosi. Lebarnya hanya sekitar empat meter dengan kedalaman satu meter.
Warga membawa alat seadanya, seperti cangkul, baskom plastik besar, keranjang, dan bekas botol air mineral. Untuk istirahat, warga mendirikan tenda ala kadarnya di pinggir sungai.
Menurut Herni (36), dia sudah tiga pekan memburu harta karun di beberapa lokasi, yakni di Talang Petai, Desa Sungai Jeruju, Desa Serdang, dan terakhir di Desa Pelimbangan. Dia meninggalkan pekerjaannya sebagai petani dan rela berpanas-panasan mencari emas atau apapun barang berharga lain karena harga karet anjlok di kisaran harga Rp6.500 per kilogram.
"Biasanya mahat (nyadap karet), harganya murah, tak cukup buat makan sebulan. Dari emas yang saya dapatkan bisa nyambung hidup," ungkap Herni kepada merdeka.com beberapa hari lalu.
Selama tiga pekan memburu, dia mengaku sudah mendapatkan beberapa jenis emas dan manik-manik. Ada emas yang berbentuk perhiasan seperti cincin, liontin, dan serpihan kecil. Sementara manik-manik beragam warna, ada yang merah, kuning, putih, hijau, hitam, dan oranye.
Emas dijual ke pedagang emas di Desa Sungai Jeruju dengan harga Rp450.000 per gram. Terkadang satu perhiasan yang dia dapatkan seberat 7 gram. Sementara manik-manik paling mahal berwarna oranye dengan harga Rp4 juta per ons.
"Seminggu kadang dapat Rp2 juta, kadang lebih. Kalau manik-manik masih saya dikumpulkan di rumah sampai satu ons agar bisa dijual," kata dia.
Selama musim kemarau, Herni masih terus menekuni memburu harga karun. Setiap pukul 07.00 WIB, dia berangkat dari rumah menuju lokasi dengan membawa bekal makanan.
"Mahat libur dulu, mumpung sungai surut cari terus. Karena kalau hujan jalan ke Sungai Pelimbangan tak bisa dilewati, lagian tempatnya itu lebak, tergenang kalau musim hujan," kata dia.
Sementara Otong (40), warga Cengal mengaku sudah tiga tahun memburu emas Sriwijaya. Selama itu, dia berhasil mendapatkan 60 cincin dan belasan guci unik. Semua cincin itu telah dijualnya dan jika ditotal sebesar Rp150 juta.
"Tidak ada yang saya simpan karena niatnya untuk dijual buat tambahan keluarga," kata Otong.
Dibanding tahun-tahun sebelumnya, Otong mengaku cukup sulit mendapatkan harta buruan di tahun ini. Hal itu karena semakin banyaknya pemburu sehingga areal pencarian menyempit.
"Kalau dulu tidak sebanyak sekarang, mungkin karena tahu dari mulut ke mulut jadi semuanya ikut mencari," ujarnya.
Dikatakannya, banyak warga yang awalnya hanya coba-coba mencari dan penasaran dengan fenomena itu. Setelah mendapatkan barang berharga, mereka akhirnya setiap hari memburu harta karun.
"Banyak cuma nonton-nonton saja, karena penasaran ikut cari juga. Tidak mungkin orang terus mencari kalau barangnya tidak ada atau tidak dapat, pasti mereka semangat mencari karena sudah membuktikannya," terang Otong.
Otong mengatakan, emas yang didapatkan terbilang memiliki kadar yang tinggi dibanding emas di masa kini. Hanya saja, motifnya belum beragam dan ukirannya terlihat kasar. "Mungkin orang zaman itu pakai alat seadanya, beda dengan motif-motif sekarang," tuturnya.
Baca juga:
Awal Mula Penemuan Harta Karun Sriwijaya di Cengal
Berburu Harta Karun Peninggalan Sriwijaya
Marak Perburuan Harta Karun, Pelaku Bisa Dipenjara 5 Tahun
2 Wilayah di OKI Bekas Permukiman Pra-Sriwijaya, Banyak Ditemukan Harta Karun
Polres OKI Buru Penyebar Hoaks Penemuan Harta Karun