Ketulusan dan Kegigihan Antarkan Atlet Difabel Raih Medali Emas
Pada Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVI Papua, 2-15 November 2021 lalu, Alfonsina meraih medali emas dan perunggu.
Alfonsina Yuliana Ondi, itulah nama dari seorang anak perempuan asal Papua berusia (23) Tahun. Meski memiliki keterbatasan atau difabel, namun tidak membuat dirinya malu untuk berusaha berjuang dan menjadi berkat dalam keluarganya.
Kendati ia tidak memiliki kesempurnaan tubuh seperti orang biasa pada umumnya, namun ketulusan dan kegigihannya untuk mengembangkan diri di bidang olahraga lempar lembing dan lempar cakram, membuatnya berprestasi.
-
Apa yang membuat kisah ini menjadi inspiratif? Kisah anak sopir berhasil lolos seleksi anggota Polri ini sontak mencuri perhatian publik.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Kapan Malaysia merdeka? Negara monarki konstitusional ini baru memperoleh kemerdekaannya pada 31 Agustus 1957.
-
Kapan Singapura merdeka? Singapore Independence Day was on the 9th of August 1965.
-
Kapan Indonesia merdeka? Hari ini, tepat 78 tahun yang lalu, Indonesia menyatakan diri sebagai sebuah negara merdeka.
-
Kenapa Kurikulum Merdeka diterapkan? Seperti disebutkan, Kurikulum Merdeka diterapkan untuk mengganti kurikulum sebelumnya. Meski belum mencakup seluruh Indonesia, namun mayoritas daerah terutama di kota besar sudah mulai menerapkan kurikulum baru ini.
Pada Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVI Papua, 2-15 November 2021 lalu, Alfonsina terpilih menjadi atlet yang bertanding pada laga bergengsi tersebut.
Sebagai atlet difabel, Alfonsina mengikuti dua cabang olahraga (cabor) yang diperlombakan, yakni kategori lempar lembing jarak 27 meter dan lempar cakram.
Dari kedua kategori cabor tersebut, ia berhasil meraih medali emas di cabor lempar lembing jarak 27 Meter, dan medali perunggu di cabor lempar cakram.
Sebagai atlet baru dalam cabor lempar lembing jarak 27 Meter itu, Alfonsina berhasil melempar sekuat tenaganya hingga capaian 16 meter.
©2022 Merdeka.com
Awal mula Alfonsina menjadi seorang atlet angkat berat dimulai di tahun 2020. Namun karena kesibukannya kuliah, dunia olahraga sempat dia tinggalkan. Sementara kawan-kawannya di atlet angkat berat, mereka sudah melakukan latihan dan uji tanding hingga tahun 2021.
Saat uji tanding ke luar Papua, ia memilih untuk tidak ikut bersama teman-temanya, karena sudah keluar dari atlet angkat berat dan fokus kuliah.
Di bulan September 2021, pelatih memanggil ia kembali untuk bergabung ke tim, tapi bukan di cabor angkat berat, melainkan ke cabor lain yakni, atlektik lempar lembing dan lempar cakram.
Setelah bergabung ke cabor baru tersebut, ia mulai menyesuaikan diri dengan berlatih selama tiga bulan, sementara teman-temannya yang lain sudah berlatih dan uji tanding sejak Februari 2021, hingga penyelenggaraan lomba di November 2021.
Saat dipanggil oleh pelatih untuk bergabung ke cabor atletik lempar lembing dan lempar cakram, ia tidak menceritakan ke orang tua. Alasannya, karena orang tua melarang keras untuk dia mengikuti lomba, dan ingin fokus kuliah saja.
Mengingat pada saat itu, ia harus melakukan praktik pengalaman papangan (PPL), pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) Papua.
"Seusai lakukan program PPL, dan sedang meyusun laporan, jadwal latihan dan uji tanding berjalan, sehingga harus membagi waktu antara latihan dan membuat laporan hasil PPL-nya itu," kata Alfonsina kepada merdeka.com, Senin (4/4).
Jelang penyelenggaraan PEPARNAS XVI Papua, 2-15 November 2021 lalu itu, ia bersama teman-temannya sudah dikarantikan guna mengikuti jadwal lomba yang sudah ditetapkan.
Di tengah suasana karantina, baru dia mengabarkan kepada kedua orangnya bahwa ia sedang mengikuti lomba PEPARNAS XVI Papua, mewakili Papua di cabang olahraga atletik lempar lembing dan lempar cakram.
Mendegar kabar tersebut, kedua orang tuanya pun marah, namun ia menyampaikan kepada kedua orang tuanya untuk mendukung dirinya dalam doa.
Dia tidak menyangka, dan bahkan tak tahu, kalau kemudian dalam lomba tersebut ia berhasil menjadi juaranya.
Raihan juara tersebut, kemudian ia sampaikan kepada kedua orang tuanya, bahwa ia mendapat medali emas di cabang olahraga atletik lempar lembing, dan mendapat medali perunggu dicabor lempar cakram.
Dia bersyukur atas torehan prestasi di ajang nasional tersebut. Alfonsina lantas membeli rumah untuk adik-adiknya yang bersekolah di Kota Jayapura. Lantaran selama ini mereka indekos.
"Dan juga orang tua (bapak) sudah pensiun. Jadi membeli rumah untuk tinggal sama-sama," terangnya.
Dia berpesan kepada penyandang disabilitas lainnya agar terus berusaha dan jangan lupa berdoa kepada Tuhan, atas segala usaha dan upayakan yang dilakukan.
Kini mahasiswi FKIP Uncen Papua tengah fokus menyusun skripsi di semester terakhirnya.
(mdk/cob)