Kisah Akbar Wibriansyah, jadi dokter serba bisa saat tangani korban gempa Sulteng
Akbar adalah seorang dokter umum yang sedang menjalani setase untuk menjadi spesialis saraf yang sedang ditugaskan di daerah, Kebetulan pada Oktober ini dia bertugas di RSUD Undata. Akbar menjadikan kesempatan ini pengalaman yang paling berharga karena kondisi korban yang ditangani tak melulu sesuai ilmunya.
Akbar Wibriansyah (29) seorang dokter umum yang sedang menjalani stase untuk menjadi spesialis saraf. Selama setahun ini, dia ekan mendatangi berbagai daerah.
Tepat bulan Oktober, giliran di RSUD Undata, Palu yang dikunjungi. Jadwal itu bertepatan dengan dibutuhkannya banyak tenaga medis pascagempa dan tsunami di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah. Akbar menjadikan kesempatan ini pengalaman yang paling berharga.
-
Mengapa Indonesia sering mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, dan gunung meletus? Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Hal itu mengakibatkan Indonesia kerap mengalami bencana alam seperti tanah longsor, tsunami, gempa, maupun gunung meletus.
-
Bakat apa yang dimiliki Gempi? Gempita Nora Marten saat ini telah menginjak usia 9 tahun. Bagi mereka yang telah mengikuti perjalanan hidupnya sejak bayi hingga sekarang, tentu tidak percaya melihatnya tumbuh sebesar ini. Walaupun usianya masih muda, Gempi menunjukkan bakat yang luar biasa.
-
Dimanakah letak Pulau Sumba yang menjadi jawaban dari tebak-tebakan 'kuda, berjenggot, luas, serba ada'? Ya, jawaban dari petunjuk kuda, berjenggot, luas, serba ada ini mengarah ke Pulau Sumba.
-
Kapan Pilkada serentak berikutnya di Indonesia? Indonesia juga kembali akan menggelar pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak di tahun 2024. Pilkada 2024 akan dilasanakan ada 27 November 2024 untuk memilih gubernur, wali kota, dan bupati.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Apa yang terjadi pada Gunung Ruang di Sulawesi Utara? Gunung Ruang yang berada di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara meletus pada Selasa (16/4) malam.
Sebanyak 109 korban menjadi pasien RSUD Undata. Banyak jumlah pasien yang masuk tak sebanding dengan dokter yang sedang berjaga. Di situ, Akbar mendadak menjadi dokter serba bisa.
Betapa tidak, saat kejadian cuma ada empat dokter. Selebihnya, mahasiswa koas atau ko-asisten.
"Ada dokter IGD dua orang, satu saya sebagai residen saraf. Ditambah satu lagi dokter," ucap dia ketika berbincang, Sabtu (6/10).
Di hari pertama, pasien yang dirawat rata-rata mengalami patah tulang. Sebenarnya itu bukan kewenangannya. Tapi dalam keadaan darurat, mau tidak mau itu menjadi tanggung jawabnya.
"Kalau jadi dokter bisa semua. Cuma kalau bedah saraf saya cuma operasi otak sama tulang belakang ibaratnya udah bukan kompetensinya lagi. Tapi kita pernah mengerjakan itu," ucap dia.
Contohnya, kala menangani beberapa pasien yang mengalami patah di saluran kencing.
"Orang pasang selang kencing biasa. Banyak yang patah di saluran kencing berarti kita kan gak bisa pasang selang. Kita harus tusuk di kantung kecing. Dimasukan kateter. Itu saya seumur hidup belum tanganin, akhirnya karena tidak ada dokter saya kerjain aja," cerita dia.
Tercatat yang ditangani pada hari pertama sekira 30 pasien. Selain itu cerita yang mungkin tidak dapat terlupakan yakni keberanian mahasiswa koas yang totalnya 100 orang. Mereka terpaksa menangani pasien yang sebetulnya bukan bagian dari kompetensinya.
Tapi, bagi Akbar itu sesuatu yang wajar sebab kondisinya sedang darurat.
"Hari pertama belum ada tim yang lain. Ini kebanyakan masih ko-asisten KOAS. Mereka harusnya belum boleh pasang infus. Jadinya belum punya izin melakukan tindakan apapun. Tapi kan mereka sesuai prosedur. Dia juga udah ujian sebelum KOAS," papar dia.
Abdi mengaku, tidak dapat menggambarkan perasaan terkait berbagai tindakan selama berada di RSUD Provinsi tersebut.
"Rasanya kalau dokter bedah begitu ketemu tindakan seneng banget. Dulu kita pernah mengerjakan cuma gak ada kesempatan. Misalnya semasa KOAS
pengen bikin ini tidak dikasih, sekarang dapat. Jadi ungkapannya seneng, seneng, sedih, ngeri-ngeri sedap gitulah," ujar dia.
Tapi yang selalu diingatnya pengalaman ini menjadi bukti sudah berhasil di dunia kedokteran.
"Saya akan kasih tau bisa macam-macam yang harusnya bukan bagian dari kerja saya dan sampai seterusnya gak akan kerjain itu," ungkapnya bangga.
Reporter: Ady Anugrahadi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Geliat ekonomi mulai hidup di Palu, warga antre di warung-warung
AS gelontorkan dana Rp 60 miliar buat bantu korban gempa Sulawesi Tengah
Wiranto: 1.648 Korban tewas gempa dan tsunami Sulteng sudah dimakamkan
Anggota DPR puji peran TNI dalam bantuan bencana dan cegah penyelundupan
Meski rumahnya di Sigi rata dengan tanah, Ahmad bersyukur istri dan 3 anaknya selamat
GKR Hemas sumbang suara demi penggalangan dana untuk Palu dan Donggala
Tim normalisasi perekonomian dari Ster TNI tiba di Palu