Kisah kereta kencana ki Jaga Rasa dari Purwakarta hingga ke istana
Kereta kencana ini begitu disakralkan. Tidak mudah bagi Bupati Dedi mengizinkan kereta Ki Jaga Rasa dipakai orang lain.
Kereta Ki Jaga Rasa milik Pemda Purwakarta, didaulat menjadi pembawa bendera pusaka di Istana Merdeka dalam perayaan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Rabu (17/8).
Kereta ki Jaga Rasa, adalah satu dari empat kereta kencana lain yang biasa menghiasi pendopo Kabupaten Purwakarta.
Menurut Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, Kereta Ki Jaga Rasa memiliki filosopi Ki yang artinya sebagai lambang, benda atau sosok. Jaga adalah melindungi, mengayomi, hidup dengan kasih sayang.
"Rasa artinya perasaan hati. Karena Kepemimpinan sejati itu adalah kepemimpinan yang meletakan hati sebagai sendi dalam mengambil keputusan," kata Dedi kepada merdeka.com usai mengikuti rangkaian upacara bendera di Taman Pasanggrahan Purwakarta, Rabu (17/8).
Dikatakan Dedi, itu berangkat dari falsafah orang Sunda dari Kerajaan siliwangi, di mana pemimpinnya menggunakan rasa, sehingga diberi gelar si pamanah rasa.
"Untuk kereta Ki Jaga Rasa dibuat tahun 2009 lalu, ketika saya menjabat sebagai Bupati pada periode pertama. Tujuannya memberi rasa hormat kepada leluhur Sunda, Prabu Siliwangi dengan gelar Ki Pamanah Rasa Ratu Haji. Sebagai simbol kejayaan Kerajaan Sunda di masa lampau," ujar Dedi.
Biasanya kereta tersebut juga hanya digunakan setahun sekali yaitu pada puncak kegiatan hari jadi Kabupaten Purwakarta.
"Selebihnya diletakan di Balai Nagri, Pemda Purwakarta," tambah Dedi.
Dedi menjelaskan dari filosofi itu, hasilnya adalah bisa dilihat pada Purwakarta hari ini, sebagai kabupaten yang mampu memadukan memadukan masa lalu dan masa depan.
"Masa lalu desain arsitektur pembangunan di Purwakarta diletakan pada sejarahnya, bangunan atapnya berbentuk Julangapak, menggunakan ijuk, jendela lebar, dan setiap bangunannya tertata dengan baik. Serta menggunakan bambu sebagai filosofi dasar pembangunan," jelas Dedi.
Namun Dedi membantah jika Purwakarta hanya berbicara pada masa lalu. Karena memiliki masa depan, mulai dari pembangunan infrastruktur dan pelayanan publik, Meski diakui Dedi dilakukan di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki.
Sedangkan dalam menatap masa depan Purwakarta dapat mengelola teknologi dengan baik. Di antaranya adalah teknologi air mancur dengan menggunakan putra daerah.
"Artinya bahwa kita bukan hanya berbicara tradisi masa lalu. Tapi kita memiliki masa depan, dan itulah prinsip dasar filosofi dibuatnya kereta Ki Jaga Rasa," tambah Dedi.
Kemudian sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan. Kepada pemerintah pusat melalui Presiden Joko Widodo yang telah meletakan kebudayaan sebagai basis dasar pembangunan, yang ditandai dengan pengelolaan protokoler upacara di Istana Negara pada 17 agustus tahun ini dengan memadukan tradisi. Dedi menyatakan mengizinkan kereta itu digunakan sebagai pengantar pembawa bendera pusaka, padahal sebelumnya tidak pernah diisi oleh siapa pun termasuk dirinya.
Seiring dengan langkah Presiden Jokowi yang mengelola pola protokoler dalam upacara peringatan HUT RI, di Kabupaten Purwakarta Dedi Mulyadi juga melakukan yang serupa dengan di Istana Negara, yaitu meletakkan bendera merah putih di museum Diorama Ki Sunda untuk kemudian dibawa menggunakan sejumlah kereta untuk dikibarkan di Taman Pasanggrahan Padjajaran, sebagai lokasi upacara 17 Agustus.
"Selain itu tahun ini Purwakarta juga memiliki bendera pusaka yang hanya dikibarkan setahun sekali, bendera itu berbahan dasar kain sutra. Sehingga sangat elok cara berkibarnya. Artinya kita meletakkan kesempurnaan pembangunan dalam prinsip-prinsip dasar kesederajatan, keutuhan kemanusiaan, dan prinsip dasar ploretariatisme dengan semangat sosialisme yang religius," pungkas Dedi.